webnovel

Tidak perduli

"Ibu, kenapa kau tega menjual anakmu kepada lelaki jahat itu?"

Mata gadis cantik itu terlihat berkaca-kaca, dia tidak menyangka jika sang ibu malah menunjukkan sifat dinginnya. Dia bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun atas apa yang sudah dia perbuat kepada putri kandungnya sendiri. Camelia sangat kecewa, dia sangat kesal pada takdir buruk yang selalu saja menimpanya. Apakah yang sebenarnya Tuhan inginkan? kenapa hidup gadis cantik ini terasa begitu berat. Dosa besar apa yang sudah Camelia lakukan? hingga penderitaan demi penderitaan selalu saja datang tiada akhir.

"Ibu, kenapa dia bisa kembali kemari?" tanya Johnny pada sang ibu.

Kania hanya menggelengkan kepalanya, dia juga merasa heran kenapa Camelia bisa kembali kerumah itu dengan mudah. Apakah Rey berubah pikiran?! hanya itu yang dipikirkan wanita yang haus akan harta dan kekayaan ini.

"Camelia, siapa yang mengijinkanmu untuk kembali kemari? kau sudah aku jual kepada lelaki kaya itu." ucap Kania terus terang.

Gadis itu menatap sang ibu dengan perasaan takut. "Kenapa ibu tega melakukan ini? kenapa ibu menjualku kepada lelaki jahat itu. Apa karena hutang? harusnya ibu beritahu aku terlebih dahulu, aku bisa melunasi semua nya tanpa harus seperti ini. Apa ibu tahu betapa menyeramkan nya lelaki bernama Rey itu? dia hampir saja membunuhku ibu!"

Ini adalah pertama kalinya Camelia berteriak sekencang itu dihadapan ibunya, Kania saja sampai terkejut dan hampir menampar wajah putrinya itu.

"Camelia dengar, apa kau tidak menyayangi ibumu hah? jika aku tidak membayar hutang itu dengan segera, maka kepalaku yang akan menjadi gantinya. Harusnya kau bersyukur bisa bersama lelaki tampan dan kaya seperti tuan Rey itu, sudahlah kembali kesana karena jiwamu sudah menjadi miliknya. Kau tidak ada hak lagi untuk datang kemari, jadi anggap saja semua ini pengorbanan untuk keluargamu sendiri." ucap Kania dengan senyum kecil dibibirnya.

Johnny menyeret Camelia dengan paksa keluar namun gadis itu terus berteriak kencang dan memanggil-manggil nama ibunya. Saking kesalnya Kania pun sampai menampar pipi Camelia beberapa kali kemudian kembali mengusirnya dengan paksa.

"Ibu aku akan menikah dengan lelaki itu! apa kau tidak mengkhawatirkan putrimu hah?" teriak Camelia di ujung pintu.

Mendengar kata menikah, wanita paruh baya itu langsung tertarik. Dia menatap sang putri dengan tajam sembari menanyakan semua kebenaran itu, jika benar lelaki bernama Rey itu akan menikahi Camelia maka gadis bodoh ini secara tidak langsung akan mendapatkan hak atas seluruh hartanya juga. Sebuah rencana busuk pun Kania pikiran.

"Camelia, kenapa dia ingin menikahimu hm? apa lelaki itu menyukaimu katakan padaku." tanya sang ibu antusias

"Ibu, dia hanya ingin mempermainkan perasaanku. Dia menganggap pernikahan sebagai mainan, dan aku harap ibu bisa membantuku untuk lepas dari semua masalah ini. Ibu tolong bicarakan lagi masalah ini dengannya, jangan sampai aku menikah dengan lelaki jahat itu ibu aku mohon." pinta Camelia kepada sang ibu.

Belum selesai berbicara, kedua bodyguard itu sudah masuk dan meminta Camelia untuk segera kembali kerumah Rey. Karena merasa tidak bisa melakukan apapun, gadis itu langsung menurut dan pergi dengan suka rela. Namun sebelum itu Kania sempat berpesan, jika besok atau mungkin nanti. Dia ingin bertemu dan bicara langsung kepada Rey, hati Camelia merasa sedikit senang. Dia berfikir jika sang ibu mungkin saja akan menolongnya dari pernikahan palsu itu, padahal yang sebenarnya terjadi adalah Kania ingin memanfaatkan Camelia sebagai alat untuk mencari uang.

***

Beberapa menit diperjalanan gadis itu sampai di rumah yang terasa seperti penjara oleh Camelia, disana sudah ada Rey yang menunggu dengan tatapan yang sangat tajam. Lelaki itu seolah bisa menebak apa yang sudah terjadi dirumah keluarga calon istri kontraknya.

"Kau sudah selesai bicara dengan ibumu yang menyebalkan itu Camelia?" tanya Rey dengan nada mengejek.

Camelia mengangguk. "Iya, dia juga meminta waktu untuk bertemu denganmu."

Lelaki itu tertawa kecil. "Wah sepertinya dia ingin memeras ku kembali, tapi sudahlah itu bukan masalah. Karena yang terpenting sekarang adalah kau harus segera menandatangani surat perjanjian kita, bagaimana?" tanya Rey dengan wajah yang serius.

"Aku butuh waktu lagi, tolong jangan terburu-buru." ucap gadis itu memohon.

Brakkk!

Rey memukul meja yang ada dihadapannya, dia sangat kesal dengan tingkah Camelia yang masih so jual mahal dengan pernikahan ini. Sebagai seorang yang sempurna dan mampu menarik semua wanita di dunia ini Rey merasa sangat terhina, jika bukan karena sang ibu mungkin dia bisa saja menghabisi gadis bodoh ini dalam sekali tembakan. Namun waktunya tidaklah banyak sekarang, jika besok Rey masih belum bisa memperkenalkan calon lain sebagai pengganti wanita pilihan sang ibu maka hidupnya akan sangat menderita nanti. Jadi sebisa mungkin, dia harus bisa membujuk Camelia agar mau menikah kontrak dengan dirinya.

"Jika kau tidak ingin tanda tangan, maka besok kau akan melihat mayat ibumu tergeletak tepat dihadapan wajahmu. Apa kau mau itu terjadi Camelia? baiklah kalau begitu." ucap lelaki angkuh itu dengan sombongnya.

Camelia mulai bingung dengan situasi yang tengah dihadapi, dia tidak ingin jika lelaki kejam ini sampai berani menyentuh keselamatan sang ibu. Karena bagaiamana pun wanita jahat dan tidak berperasaan itu adalah orang yang sangat gadis ini sayangi. Apakah Camelia harus berkorban sekarang? lagi pula pernikahan itu tidak selamanya terjadi. Dan dia bisa lepas dalam waktu beberapa tahun kemudian.

Rey menatap wajah gadis dihadapannya dengan tajam, dia tahu jika Camelia pasti sedang mengalami kegundahan didalam hatinya. Oleh karena itu dia tidak boleh sampai menyia-nyiakan situasi ini dan semakin memberikan ancaman terhadapnya.

"Oh jadi kau akan membiarkan ibumu mati? okay." ucap lelaki itu sembari berpura-pura hendak pergi dari hadapan Camelia.

Gadis itu berdiri dari tempatnya, dia memegang lengan lelaki tampan itu dengan gemetar. "Tuan Rey, jika aku menandatangani kontrak itu apakah semua masalah akan selesai?"

Rey tersenyum kecil sembari melirik ke arah Camelia. "Tentu saja, ibumu akan selamat dan semua hutang kalian aku anggap lunas. Asalkan dengan satu syarat, kau harus berperilaku baik dan terpuji di depan ibuku besok. Jangan sampai satu kesalahan kecil saja membuatnya kecewa."

Camelia menelan ludahnya kasar, ini adalah keputusan yang cukup sulit. Namun jika tidak dia jalani sang ibu mungkin akan semakin dalam kondisi yang berbahaya.

"Baiklah, aku akan menandatangani kontrak itu. Asalkan kau berjanji tidak akan menyentuh ibu dan kakakku lagi tuan Rey."

Lelaki itu kembali dengan dokumen di lengan kanannya, dia menyerahkan sebuah ballpoint kepada Camelia. Gadis itu mulai menarik nafasnya panjang, berharap jika tindakan yang dia lakukan sekarang tidak akan pernah dia sesali seumur hidupnya.

Siguiente capítulo