webnovel

HARI PERTAMA

Hari ini tepat dimana kami masuk sekolah pertama kalinya dan mengakhiri libur panjang kami selama 2 minggu pekan, senang rasanya bisa memulai pelajaran dan bertemu lagi dengan teman-teman yang lainnya.

Banyak cerita yang pasti kami akan cerita setelah menghabiskan liburan selama 2 minggu ini dengan teman-teman lainnya, dan yang pasti aku sudah tidak sabar lagi untuk memulai pelajaran ku dan mendengarkan guru-guru favorit ku untuk menjelaskan mata pelajaran.

Oh ya mata pelajaran favorit ku matematika dan bahasa Inggris, aku selalu unggul dari kedua mata pelajaran itu ketimbang Dina yg menduduki peringkat pertama di kelas kami, ya setidaknya dari kedua mata pelajaran itu Dina tidak bisa menandingi nilaiku selama ini.

Tepat pukul 07.00 kami memasuki kelas baru kami dan berlomba mecari tempat duduk kami masing-masing yang menjadi rebutan 1 kelas, aku mendapatkan kursi paling depan seperti biasanya. Karena aku lebih nyaman dan fokus ketika duduk paling depan untuk mengamati pelajaran setiap guru menjelaskan.

Hari pertama sangat menyenangkan seperti biasanya, karena banyak cerita yang akan kami curahkan kepada teman-teman di kelas lainnya. Hari ini tidak terlalu banyak mata pelajaran yang kami pelajari, karena sangat wajar bagiku setiap kali pertama memasuki sekolah setelah liburan panjang tidak banyak guru yang masuk ke kelas.

Mereka memberi kami luang dan waktu untuk bercerita tentang liburan panjang kami dengan yang lainnya, waktu demi waktu berjalan tidak terasa sudah pukul 10.00 yang menandakan lonceng sekolah berbunyi untuk beristirahat 1 jam di luar kelas.

Seperti biasanya Aku, Memet, Ari dan Iwan pergi ke kelas sebelah untuk menjemput Ela dan Rina. Setelah menjemput mereka kamipun menuju ke kantin untuk membeli makanan dan minuman sesambil bersantai-santai disana.

"Oh ya Dit, dengar-dengar Bima ikut samamu ya liburan ke Bintan ?" tanya Rina denganku tiba-tiba dan membuat aku tersentak kaget dari mana mereka mengetahui hal itu.

"Iya kok dirimu tau sih ?" ujarku menjawab sekaligus bertanya heran dengan Rina.

"Tau dong apa sih yang gak aku ketahui, percuma aku di juluki Miss kepo se-nusantara masalah gitu mah sepele banget buatku cari informasi nya," ujar Rina dengan kepedeannya yang selalu over bagiku.

"Wait..wait..wait... Bima ikut dengan keluarga mu buat holiday.? haaaaaaa...aku gak salah dengar ?" ujar Ari yang memotong pembicaraan kami secara tiba-tiba dengan rasa penasarannya.

"Iya loh guyssss.... masak kita aja sahabat baiknya aja dari kecil aja gak ada tuh di tawarin ikut, masak Bima teman barunya aja bisa ikut," ujar Ela dengan wajah yang bete.

"Oh ini gak bener ni, kita butuh klarifikasi sekarang kalau udah kayak gini, sebenarnya apa yang udah kita lewati sampai hal yang kayak gini aja kita gak tau sama sekali," ujar Memet dengan memaksa.

Jujur ini membuat ku sedikit grogi dan tidak tau harus menjawab apa dengan mereka, yang pasti mereka berlima saat ini saling bertanya-tanya dengan rasa heran dan curiga, kenapa Bima yang baru ku kenal bisa ikut bersama keluargaku untuk merayakan ulangtahun ku di Bintan.

"Gak usah berisik dulu dong, aku bakal jelasin kok," ujarku kepada mereka semua.

"Jelasin sekarang juga, kami gak mau tau. Pokoknya harus dengan alasan yang dimasuk akal, kalau gak jangan ngomong sama lagi," ujar Iwan memotong pembicaraan ku yang terlihat tidak terima.

"Iya-iya.. aku awalnya juga kaget tiba-tiba Bima datang kerumah pagi-pagi pas kami lagi berberes untuk berangkat, eh pas ku tanya, dianya bilang bakal ikut sama kami buat ke Bintan, akunya kaget dong," ujar ku ke mereka untuk menjelaskan.

"Terussssssssss..," ujar mereka semua serentak.

"Iya terus dia ikut, apa lagi," ujarku dengan singkat.

"Gitu doang, gak mungkin dong dia ikut secara tiba-tiba tanpa sebab," ujar Ela dengan rasa penasarannya.

"Iya aku sempat nanya sih ke Bima, kok bisa ikut sama kami. Dia bilang jumpa ibuku kemarin nya, terus ibuku nawarin dia ikut dan udah minta izin dengan ibu dia dan di bolehin katanya," ujarku menjelaskan ke mereka.

"Hmmmmm... kayaknya ada yang aneh ni, aku belum puas dengan penjelasanmu Dit, pasti ada yang di sembunyikan dengan kitakan," ujar Ela yang masih kurang puas dengan penjelasanku.

"Ya Allah bener loh, aku gk bohong sama kalian. Kalau gak percaya bisa nanya sama ibuku nanti," ujar ku

" Apa jangan-jangan !!!!!" ujar Rina dengan tiba-tiba membuat jantungan.

"Jangan-jangan apaan, ?" ujarku.

"Jangan-jangan ibumu mau menjodohkan kan Bima sama Kak Dinda mungkin ya," ujar Rina dengan rasa penasarannya.

"Aduhhhh.. dirimu mah jangan aneh-aneh, gak mungkinlah," ujarku dengan merasa lega dan berpura-pura tidak yakin, karena aku takut Rina akan bilang jangan-jangan karena aku menyukai Bima yang membuat aku sedikit takut mereka akan tau hal itu.

"Iya mungkin aja sih, secara Bima cakep dan baik banget aku lihat, kakakmu juga cantik. Cocok sih," ujar Rina dengan rasa percaya diri mengatakan itu.

Jujur itu sedikit aku merasa sedih dan khawatir, bisa jadi yang apa di katakan Rina ada benarnya. Gimana cobak perasaanku jika itu benar-benar terjadi. Kakakku akan di jodohkan dengan seseorang yang aku kagumi dan sukai selama ini, apa tidak membuatku depresi dan merasa bersalah dengan kakakku.

"Iya bener tu, tapi aku kok gak rela ya, pada hal aku suka sama Bima. Tapi malah di tikung sama kakak sahabatku sendiri, sumpah nyeksek banget," ujar Ela dengan muka bersedih.

Sebenarnya aku juga mau mengatakan hal yang sama dengan Ela, dan aku juga baru tau Ela selama ini juga memendam perasaannya terhadap Bima, sumpah ini membuat aku semakin depresi. Aku harus bersaing dengan 2 orang wanita yang sangat dekat denganku, yang pastinya mereka benar-benar perempuan asli sedangkan aku seorang laki-laki.

"Hahahha... lagian Bima gak bakal mau samamu La, secara Bima cakep banget ,,nah dirimu..? " ujar Iwan meledek Ela yang lagi bersedih.

"Hahahah..parah banget lu Wan, gitu" Ela sahabat kita juga kali, seharusnya harus mendukung bukan menjatuhkan dia dong," ujar Rina membela Ela.

"Ntah syirik banget ni orang, bilang aja dirimu gak rela aku bisa dapetin Bima," ujar Ela

"Udah-udah jangan di perpanjang, sekarang intinya apa sih maksudnya ibu Radit ngajak Bima, sedangkan kita aja gak di tawarin tu, ih sumpah aku masih gak rela," ujar Ari dengan kesal karena tidak terima orang yang baru kami kenal malah ikut bersama keluarga waktu itu.

Belum selesai pembicaraan kami tentang masalah ini, lonceng sekolah pun berbunyi menandakan untuk memulai pelajaran kami selanjutnya, kami pun tergesa-gesa membayar jajanan kami yang tidak terasa sudah satu jam berlalu jam istirahat, karena asik mengobrol tentang Bima yang ikut bersama aku dan keluarga ketikan merayakan ulang tahunku beberapa hari yang lalu.

Siguiente capítulo