webnovel

Menuduh Tanpa Bukti

Ambulance mulai datang ke rumah Nada dan sempat menghebohkan beberapa tetangga bahkan warga setempat yang berdatangan hanya untuk melihat apa yang terjadi. Sepertinya, mereka sudah tidak kaget lagi mengenai hal ini, karena memang dari tahun ke tahun sudah dapat dipastikan ada kejadian seperti ini.

Hampir 30 menit banyak sekali orang-orang yang bertanya tentang kronologi kejadian, namun nyatanya Bela, Nada dan Alex lebih memilih untuk menutup mulut karena mereka tahu jika ber suara atau menjelaskan kronologi nya kepada mereka, sudah dapat dipastikan mereka tidak akan percaya.

Dan kini, Nada sudah ikut ke rumah sakit terdekat yang merawat ayahnya. Ia tidak ada habisnya untuk menangis, membiarkan air mata membasahi kedua pipinya.

Bela tidak ikut bersamanya, ibu tirinya itu sibuk untuk melakukan wawancara dengan polisi satu tempat yang datang ke rumah mereka. Entah kenapa Nada merasa jika Bela menyembunyikan sesuatu darinya, karena apa?

Flashback

Nada mendengar Bella yang sibuk menyalahkan dirinya atas kejadian ini, namun ia tidak peduli kalau memang ia menjadi tersangka atas kejadian buruk yang menimpa ayahnya.

Setelah tubuh Mike dibawa oleh ambulan, sebelumnya nada bercakap cakap terlebih dahulu kepada belas sebelum para warga yang datang mewancarai mereka.

"Apa ibu tidak ingat dengan apa yang ibu lakukan? Ini semua bukan salah ku ini semua salah ibu…" Nada berkata, tentu saja ia akan membela diri di depan Bella walaupun ia ragu untuk membela diri saat ibu tirinya menuduhnya di depan publik.

Bela menaikkan sebelah alis, yang ia ingat hanya terakhir merawat Mike yang entah kenapa pingsan di area dapur rumah. "Kenapa jadi menyalahkan ibu, huh? Kau tau? Ibu tadi terbangun di dekat kamar mandi, dan ibu sama sekali tidak tau apa yang terjadi."

Kedua sorot mata Nada mengamati tatapan Bela yang seperti yang kosong, ia tidak tahu sih rasanya seperti ada yang berbeda dari tatapan ibu tirinya.

Tunggu sebentar, ini hanya perasaannya saja atau ia benar-benar melihat Bela yang seperti merasa kepuasan?

"Kenapa ibu tidak bersedih?" Mata sembab Nada menelusuri masuk ke dalam tatapan Bela, masuk lebih dalam untuk menyelediki sekiranya apa yang dirasakan sang ibu tiri.

Bela menaikkan sebelah alis, pandangannya pun berubah menjadi sinis. "Hei, jangan mengalihkan prasangku buruk dari mu untukku. Jangan menggiring opini baru seolah-olah aku yang salah," balasnya sambil memutar kedua bola matanya.

Setelah itu, Bela berlalu begitu saja dari hadapan Nada. Entah mengapa, namun firasat Nada memang sangat kuat dalam hal ini.

"Aku harus mencari tau segala keanehan di rumah ini, kalau di biarkan terus-menerus terjadi bisa-bisa keadaan semakin parah."

Flashback off

"Hei kenapa melamun?"

Mendengar teguran dari suara bariton pun membuat Nada mengerjapkan mata, ia terkejut dan kini dunianya seperti kembali seperti semula.

Nada menggelengkan kepala, setelah itu menghembuskan napas. "Tidak, tidak apa-apa." balasnya, ia menghapus jejak air mata di pipi, ia tidak ingin laki-laki itu melihatnya dalam keadaan yang lemah.

Alex memilih untuk duduk di samping Nada. Tentu saja ia tidak akan meninggalkan perempuan ini sendirian, ia bukan ingin menjadi pahlawan, hanya saja memang lebih baik untuk menemani Nada supaya tidak terlalu merasa kesepian.

Mengenai kondisi Mike yang seperti itu, sudah pasti jika Nada sangat terpukul. Dan sudah seharusnya ada yang menemani perempuan tersebut, siapa lagi kalau bukan Alex?

Alex menatap Nada dari samping, setelah itu menjulurkan kedua tangan untuk memeluk tubuh mungil perempuan yang tengah di landa kesedihan. "Aku tau kalau ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita kejadian sebenarnya yang sebelum aku datang ke rumah mu, tapi siapa tau kamu ingin bercerita." ucapnya, ia hanya ingin Nada merasa lega jika memang perempuan itu bercerita kepadanya.

Menarik napas panjang terlebih dulu untuk mengumpulkan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, ia menatap kedua manik mata Alex, setelah itu memilih untuk menabrakan wajahnya ke dada bidang sang laki-laki. Ia membalas pelukan Alex yang terasa menenangkan, hidupnya akan benar-benar hancur setelah ini.

"A-aku harus pindah rumah, Alex." ucap Nada terbata-bata, tangannya menjadi gemetar apalagi mengingat kejadian beberapa jam lalu di saat ibunya seperti kerasukan makhluk yang paling ia hindari.

Alex menganggukkan kepala, setelah itu mengelus puncak kepala Nada dengan perlahan dan penuh dengan kelembutan. "Boleh saja, tapi jangan jauh-jauh dan harus ada orang yang memantau mu."

"A-aku tidak memiliki kenalan di daerah ini, Alex." balas Nada dengan nada bicara yang penuh dengan kebingungan. Ia memang selalu ingin ada yang menjaganya apapun kondisi yang ia hadapi, tapi ia tidak memiliki pelindung selain Mike. Dan kini, ayahnya itu berada di ruang ICU dan belum sadarkan diri.

Alex mungkin merasa gila dengan apa yang akan ia katakan di menit selanjutnya, namun memang tidak ada cara selain yang ia katakan. "Kamu bisa tinggal di rumah ku, nanti kamu bisa tidur bersama dengan ibu ku. Jika kau kesepian, kau bisa ke kamar ku untuk mengobrol atau mengerjakan tugas kuliah bersama-sama." ucapnya, sentuhan terakhir ia mengecup puncak kepala perempuan di dekapannya.

Nada menggelengkan kepala, setelah itu menghembuskan napasnya. "Tidak, tidak perlu. Pasti ibu ku semakin semena-mena dan aku tambah di perlakukan layaknya babu," balasnya. Semakin rasa sakit yang meremas hati, semakin erat juga tangannya bergerak untuk memeluk tubuh Alex.

Mengerti dengan kondisi dan situasi, Alex lebih dulu fokus untuk menenangkan Nada.

Sampai pada akhirnya, sudah 10 menit mereka berpelukan seperti ini. Dan Nada rasa, ia merasa sudah cukup untuk memeluk tubuh Alex supaya merasa tenang.

Nada melepaskan pelukan mereka, setelah itu mencoba untuk menghapus air matanya agar tidak turun kembali. "Terimakasih, perasaan ku sudah membaik, sedikit." balasnya sambil tersenyum.

Alex menganggukkan kepala. "Kalau sudah merasa membaik walaupun hanya sedikit, setidaknya aku sudah membantu mu menurunkan rasa sakit." ucapnya, entah mengapa disini sangat terlihat kalau ia sangat sayang dengan perempuan tersebut.

Mempersiapkan diri untuk bercerita, ya sebaiknya seperti itu karena Nada juga tidak mau jika Alex dilanda dengan kebingungan. "Ingin di ceritakan sekarang atau bagaimana?" Nada bertanya, ia sudah mempersiapkan diri walau tidak sepenuhnya.

"Nanti saja, aku ingin kamu menceritakan dengan detail sampai kamu sudah benar-benar siap untuk bercerita. Sekarang, kita tunggu informasi selanjutnya dari dokter tentang Om Mike."

Nada mengerjapkan kedua bola mata, ia melihat Alex yang sudah berpaling darinya, entah objek apa yang kini di tatap oleh laki-laki itu. Tapi, kini yang ia dapat simpulkan, jika Alex memang sangat peduli terhadapnya. Dan ia pun… mungkin merasa nyaman(?)

Hanya Tuhan dan dirinya sendiri yang mengerti dan tau tentang seberapa rasa nyaman yang sudah terjalin di hati untuk Alex.

Next chapter

Siguiente capítulo