webnovel

Menghilangnya Mike

"COME HERE, OPEN THE DOOR!"

Dada Nada bergemuruh, ia berkali-kali merasakan peluh yang menetes di keningnya. Berulang kali pula ia menghembuskan napasnya, antara takut, namun tidak memilih untuk pasrah.

"Apa ibu ku menjadi gila?" Nada segera menampar pipinya dengan perlahan. "Jangan berpikiran yang aneh, Nada." sambungnya yang malah merasa aneh dengan apa yang barusan ia katakan.

Ini adalah pertama kalinya Bela mengalami hal seperti ini, seperti tubuhnya yang dimasuki oleh makhluk halus dengan jiwa tidak tenang, menghasilkan situasi yang menegangkan karena memang yang terjadi sangat menyeramkan.

"Bagaimana caranya menenangkan ibu? Astaga, bahkan untuk keluar dan menghadapinya saja aku tidak berani."

Apalagi suara Bela sangat persia dengan suara 'makhluk' yang kala berinteraksi dengannya, benar-benar jika itu adalah suara yang sama.

"GET OUT AND FACE ME, OR WILL I KILL THE OLD MAN ON THE SOFA?"

"Ayah…?" gumam Nada, kini kedua bola matanya berkaca-kaca. Ia yang tadinya menjauh dari pintu pun kini mendekatkan dirinya.

"OKE OKE, APA YANG KAMU INGINKAN DARI KU?"

"Tidak ada, berhadapanlah dengan ku."

"ITU BUKAN PENAWARAN, TAPI BAGIAN DARI PENYERAHAN DIRI. KELUAR DARI TUBUH IBU KU, ATAU AKU AKAN MENGHANCURKAN SEMUA CERMIN DI RUMAH INI?!"

"Jika berani, lakukan."

Berinteraksi dengan 'makhluk' tersebut yang merasuki jiwa Bela dan menanggapi segala perkataannya adalah hal yang paling memuakkan, apalagi makhluk tersebut kini lebih leluasa berbicara dan dapat mengatakan apapun sesuka hati.

Tunggu sebentar, sebelumnya 'mereka' tidak bisa merasuki tubuh manusia. Tapi malam ini… apa yang terjadi? Atau setiap munculnya Halaman baru di buku yang Nada temukan di perpustakaan, maka level kekuatan mereka semakin bertambah?

Oh tidak. Jika iya, habis sudah riwayatnya dan orang-orang terdekat yang ia miliki.

"PERSETAN, PERGI DARI RUMAH KU SEKARANGGGGGG!"

Wush

Seperti ada angin malam yang menerpa seluruh permukaan kulit di tubuh Nada, seketika itu juga bunyi 'bruk' seperti ada yang terjatuh ke lantai. Ntah apa yang ia pikirkan, tapi ia yakin jika yang jatuh itu adalah tubuh Bela, jatuh ke lantai.

Dengan segala nekat, Nada meneguk saliva dengan susah payah karena kini tenggorokkannya terasa seperti tercekat.

Mungkin memang saking takut namun di campur dengan rasa penasaran, Nada kini membuka kunci pintu dan penahannya. Lalu, ia sedikit mengintip dan ya… ia mulai melihat tubuh Bela yang jatuh di lantai dengan mata terpejam.

"Astaga, ibu!"

Nada membuka pintu kamar mandi lebar-lebar, ia menghampiri dimana letak Bela terjatuh dan berjongkok untuk menepuk-nepuk pelan pipi ibunya.

"Bu, ibu bangun…"

"Bu, ini Nada. Ayo bangun, ibu kenapa?"

Kedua bola mata Nada tampak berawan, setelah itu ia merasakan air mata mulai membasahi kedua pipinya. "Hiks, ibu kenapa? Sadar…"

Mengepalkan kedua tangannya dengan erat, ia mulai beranjak dari posisi berjongkok barusan, setelah itu seusaha dan sebisa mungkin ia mengangkat tubuh ibunya walau tertatih-tatih.

Nada berjalan ke arah dimana ayahnya juga berada. Namun, ia tidak melihat kemana sang ayah.

Sebelum sempat bertanya-tanya dengan keadaan, Nada lebih dulu menidurkan Bela di atas sofa. Melepaskan sandal dari telapak kaki sang ibu, setelah merasa sudah berada di dalam posisi yang nyaman, Nada mulai menatap ke kanan dan ke kiri karena mencari sosok ayahnya.

"AYAH? AYAH DIMANA?"

Tidak ada sahutan, terdengar telapak kaki saja tidak. Biasanya, Nada bisa merasakan jika ada orang di sekitarnya —yang sekiranya belum sampai pada pandangannga—, tapi kali ini ia tidak merasakan apapun.

Malam-malam begini, memang tidak seharusnya Nada berteriak-teriak karena dapat mengganggu waktu rehat para tetangga. Namun, bagaimana ia bisa menahan untuk tidak teriak disaat berada dalam kondisi seperti ini?

Semakin banyak keringat yang bercucuran di pelipis Nada, rasa cemas, takut, semuanya seperti campur aduk dan semakin besar.

Bagaimana tidak? Mike adalah satu-satunya orang yang paling ia sayangi. Tidak ada yang menyayangi dirinya selain sang ayah, Bela pun tidak pernah menyayanginya walaupun dulu berani berjanji di hadapan pendeta untuk mencintai anak dari Mike, ayahnya yang tersayang.

Nada berlari ke setiap bagian rumah, tentu saja langkah berlarinya sangat tergesa-gesa dan ia sangat membutuhkan kepastian mengenai hal ini. Dimana ayahnya berada? Pasti ada sangkut pautnya dengan kejadian Bela beberapa menit yang lalu.

"Ah iya ponsel, aku harus menghubungi ayah."

Kini, Nada sudah berada kembali di kamarnya. Ia menerangkan setiap sudut ruangan, ia takut, tangannya gemetar.

Mencoba menghubungi nomor Mike, dan…

Kring… kring (suara panggilan telepon)

Nada mengerjapkan kedua bola mata, ia berlari keluar kamar dan berhenti di pembatas lantai. Ia menurunkan pandangan, mencari sumber suara ponsel dari lantai dua rumah.

"AYAHHHH?!"

Masih saja bertanya-tanya. Kini, teriakannya sudah terdengar serak karena di campur dengan tangisan. Kedua matanya memerah, hidung pun sama. Ia tidak ingin kehilangan Mike, TIDAK AKAN PERNAH.

Nada memukul dadanya yang terasa sesak kala panggilan telepon terputus dan terlihat cahaya layar ponsel yang berada di atas meja ruang tamu, namun tentu saja tidak ada Mike yang ia cari-cari.

"Ayah…" Nada menjatuhkan diri ke lantai, kakinya lemas dan kini ia terlihat seperti perempuan yang menyedihkan, sangat menyedihkan.

Kehilangan Mike bukanlah rencana yang tertampil di note dalam hidupnya, sungguh. Ia belum dan tidak pernah siap.

"Kau berjanji… kau berjanji mengajak ku jalan-jalan tepat besok hari seharian full. A-aku tidak tau bagaimana caranya menjalankan hidup tanpa mu…" Nada melirih, nada bicaranya terdengar sangat dalam dan ia benar-benar bersedih.

Hidup tanpa seorang ibu kandung sudah menjadi hal yang menyulitkan selama ia hidup, rasa rindu yang menyeruak pun terasa menyesakkan. Dan kali ini, ia di tinggal oleh ayahnya? Ayah yang selalu ada, penyayang, dan memberikan segalanya hanya demi melihat ia bahagia.

"Jika tidak ada ayah, pada siapa aku berkeluh kesah? Siapa yang melindungi dan menyayangi aku? Siapa yang… siapa yang bisa menjadikan ibu Bela tenang dan tidak memperbudak ku jika kau ada di samping ku?"

Air mata Nada turun dengan deras, ia merasakan dadanya yang sakit.

"AYAHHHHHH, AYAH DIMANAAA!!" Sekali lagi, Nada berteriak dengan lantang walaupun ia yakin suaranya sedikit tertutup karena ia berteriak sambil menangis sesengukkan.

Tidak ada yang menyahut, tidak ada juga tanda-tanda yang terjadi. Kemana Mike? Kemana satu-satunya cahaya yang dimiliki Nada berada? Nada seperti kehilangan arah, ia menjadi sedikit linglung, ia membutuhkan… membutuhkan seseorang yang membantunya dalam situasi yang seperti ini. Siapapun itu, tolonglah Nada.

"Ayah… ayah dimana…"

Kejadian aneh yang lagi-lagi tidak bisa di deskripsikan oleh Nada sebagai bentuk menceritakan kepada orang yang kemungkinan nantinya akan bertanya kepadanya.

Lidahnya kelu, Nada merasa harus mencari Mike sekali lagi. Hei, ia baru mencari di dalam rumah. Siapa tau Mike sudah sadar yang mengambil sesuatu di mobilnya yang berada di garasi rumah mereka, iya kan?

Oke, ayo pikiran positif tolong muncul agar pikiran negatif Nada tidak membasmi habis otaknya.

Next chapter

Siguiente capítulo