Walaupun sudah ada Alex di rumahnya saat ini, Nada tetap was-was dengan keadaan sekelilingnya.
"Hei, freak! Bolehkah ku menyalakan musik? Rumah mu sangat hampa, pantas saja kau ketakukan."
Mendengar itu, Nada yang tadinya ingin berjalan masuk ke dalam ruangan kecil tempat menyimpan alat-alat kebersihan pun langsung saja menganggukkan kepala sambil menoleh ke sumber suara. "Tentu, lakukan apa yang kamu inginkan asal temani aku sampai pekerjaan rumah ku selesai." balasnya dengan tenang, padahal di dalam hatinya ragu akan permintaan laki-laki tersebut.
Tidak ada sedikitpun penolakan untuk Alex, ya karena nanti takutnya kalau cowok satu itu di tolak pasti menganggap kalau dirinya membosankan dan memutuskan untuk pergi.
"Ya, harus berapa lama ku menunggu di sini?" tanya Alex sambil menaikkan sebelah alisnya, masih menatap Nada dengan sorot mata intens. Di lihat-lihat, perempuan satu itu terlihat manis.
Nada mengangkat kedua bahunya, tidak pasti memiliki jawaban untuk pertanyaan Alex. "Entah? Tapi aku berjanji akan menyeselaikannya dalam waktu satu jam, apa kamu keberatan?" tanyanya.
Alex mendengus. Hei, laki-laki sepertinya yang menyandang status anak kuliahan ini tidak memiliki kesibukan yang pasti. Semua tugas kuliah sudah selesai, dan memangnya apalagi yang harus dirinya lakukan? "Tentu, semakin lama, semakin kamu membantu ku untuk menghilangkan rasa bosan." balasnya sambil tersenyum miring.
Alex mulai memposisikan duduknya senyaman mungkin, tidak buruk juga berkenalan dengan tetangga baru dan menginjakkan kaki di rumah Nada untuk pertama kalinya. Ia menatap layar ponsel, mencari playlist lagu yang mungkin akan dirinya putar untuk mengisi kekosongan.
"Terserah, pengangguran."
Setelah itu, Nada masuk ke dalam ruangan kecil. Bukan ruangan kecil yang benar-benar kecil, namun seperti hanya layaknya gudang kecil yang dipergunakkan untuk menampung berbagai macam alat kebersihan. Dari mulai peralatan baru sampai yang lama, semuanya diletakkan di sini.
Pertanyaannya, kemana kain pel yang tadi diberikan oleh Bela? Jawabannya, ia taruh di sudut ruang tamu. Ia masuk ke sini untuk mengambil ember dan juga pengharum lantai yang wanginya beraneka ragam, ia ingin memilah-milih.
"HEI, FREAK!"
Nada berdecak, ayolah, Alex selalu enggan memanggilnya dengan nama. Pasti selalu memanggil dengan embel-embel menjelekkan yang terdengar sangat menyebalkan. "NAMA KU NADA, STUPID!" serunya, ikutan sebal.
"OKE NADA, KU MAKAN CAMILAN-NYA YA? KAU LUPA SEDIAKAN AKU MINUM."
"Bawel." gumam Nada.
Ia mengambil beberapa barang seperlunya, lalu keluar dari ruangan itu. Untungnya, di sana tidak ada barang yang memiliki cermin. Jadi, aman-aman saja masuk ke sana.
Nada sudah menganbil beberapa pengharum sebagai gantian nanti, ia ingin wangi lantai rumahnya memiliki harum beraneka ragam, lalu mengambil kembali pel-an yang berada di sudut ruangan. "Ayo kita ke dapur." ucapnya pada Alex yang kini dengan tidak sopannya sudah menjulurkan kaki, di naikkan ke atas meja seperti tidak memiliki kesopanan. "Dan turunkan kaki mu, itu tidak sopan." sambungnya.
Alex mendengus, lalu beranjak dari duduknya. Jangan melupakan ponsel dan juga toples camilan, lalu mengikuti kemana Nada berjalan.
"Kenapa kau tidak membiarkan aku makan di ruang tamu, huh?"
"Supaya kalau ada Ibu ku, kamu bisa langsung bersembunyi."
"Takut sama Ibu tiri? Ternyata memang benar ya, seperti di kebanyakan novel kalau Ibu tiri itu menyeramkan dan tukang mengatur."
"Terserah, aku tak peduli apa yang kamu katakan."
Setelah itu, Nada meletakkan seluruh peralatan di lantai, terkecuali pewangi lantai yang diletakkan di atas meja dapur. Ia melihat Alex yang sudah mendaratkan bokong di kursi makan, dirinya memutuskan untuk mengambilkan air mineral dingin.
"Ini minum mu, selamat menikmati dan jangan mengeluh." ucapnya sambil menaruh segelas air mineral ke hadapan Alex.
Sedangkan Alex? Ia memutar kedua bola matanya. "Hanya air mineral? Yang benar saja."
Nada tidak peduli, setelah itu berbalik badan. "Sial, aku melupakan ponsel ku."
Pasti, segala kabar dan perintah yang diluncurkan Bela untuknya itu selalu di kirimkan melalui pesan —hanya saat Bela berada di luar rumah— dan tentunya wanita itu menyuruh ini dan itu.
"Mau kah kamu menemani ku ke kamar?" tanya Mada sambil membalikkan tubuhnya, kembali menatap Alex.
Mendengar itu, Alex yang sedang mengunyah kripik pun menolehkan kepala ke sumber suara dengan mulut yang mengunyah lalu di telan serasa sudah halus. "Tidak, untuk apa kamu mengajak ku ke kamar? Jangan membuat ku berpikiran negatif," balasnya sambil menggelengkan kepala.
Nada menaikkan sebelah alisnya. Hei, ia hanya akan meminta tolong untuk Alex menemaninya. "Ayolah, aku takut."
"Tidak mungkin, seharian kemarin aku mengawasi rumah mu. Dan Ibu mu kemarin juga keluar rumah, kemarin kamu baik-baik saja di sini sendirian."
"Itu kan kemarin,"
"Memang apa bedanya?"
"Kalau di ceritakan, kau tidak akan percaya."
Nada tau, kalau dirinya bersama dengan seseorang, pasti sosok tersebut tidak akan berani muncul di hadapannya karena Alex bukan-lah target mereka. Jadi, sangat aman kalau membawa laki-laki tersebut.
Alex menganggukkan kepala. "Of course, siapa yang ingin percaya dengan perempuan seperti kamu, huh?" jawabnya sambil terkekeh. Mengambil sifat tidak peduli, lau mengalihkan pandangan dari Nada dengan mulut yang kini berdendang mengikuti alunan musik.
Nada menghembuskan napas, lagipula kenapa dirinya menjadi sosok yang memaksa? Alex mau menemaninya saja sudah menjadi sebuah keberuntungan yang wajib di syukuri olehnya, jadi sudah seharusnya tidak banyak mau.
"Oke." balasnya, singkat. Lalu mulai melangkahkan kaki meninggalkan Alex yang tanpa dirinya sadari, melihat ke arahnya secara terus menerus dengan sorot mata yang terlihat aneh.
Nada sebenarnya tidak ingin kembali ke kamar karena disana adalah sumber, sumber dimana segala kesengsaraan yang dirasanya muncul. "Here we go again," gumamnya sambil menghembuskan napas berat.
Kakinya melangkah dengan perlahan, menaiki anak tangga yang membawanya ke lantai dua rumah. Sudah memiliki firasat yang tidak enak.
Sesampainya di depan pintu kamar, Nada merasa udara di sekitar mulai terasa menipis. Entah ini hanya sugesti, atau memang benar-benar kenyataan.
Dengan keberanian, ia memutuskan untuk membuka pintu dan terlihatlah tatanan kamarnya yang tersusun sangat rapi dan bersih.
~ Me with myself
A lot of blood is coming out of my body
It hurts, but I can't do anything
Shout out loud, ask for help
Need friend,
and waiting for the chosen turn to replace me ~
Suara nyanyian seorang perempuan langsung masuk ke dalam indra pendengaran Nada, membuat bulu kuduk-nya merinding.
Bertepatan dengan itu, kedua bola matanya melihat sesosok perempuan yang ternyata masih bisa memberikan interaksi kepada dirinya. Nada pikir, dia sudah lenyap, namun masih ada walaupun keadaannya sangat berbeda daripada sebelumnya.
Welcome, setiap detik di dalam hidup nada yang sekarang pasti terasa seperti berada di dalam neraka.
…