webnovel

Ambigu

"Wina, tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan pernah berusaha mencuri kue milikmu lagi ...." ucapnya ketakutan.

Dan Bandung yang melihat kejadian ini hanya bisa menghela nafas. "Apa kalian sedang memulai drama di sini?" komentarnya malas.

***

"Nyum ... nyum ... nyum ... rasanya benar-benar enak," puji Sabah begitu menyantap kue Sachertorte milik Wina dengan penuh rasa khidmat. Dia terlihat seperti baru saja menyantap kue yang berasal dari surga.

"Rasanya lebih akan jauh lebih enak kalau kau sudah meminta izin dahulu dari pemiliknya," sindir Bandung.

"Maaf," ucap Sabah menyesal. Diam-diam Sabah melirik ke arah Wina untuk memastikan ekspresi wajah seperti apa yang tengah dipasang oleh teman sekelasnya tersebut.

"Aku memaafkanmu, tidak perlu terlalu dipikirkan. Tapi sebagai ganti dari permintaan maafmu, bisakah aku bertanya satu hal darimu?" tanya Wina sembari menatap lekat Sabah.

"Iya, kau bisa tanyakan apa saja dariku. Baik itu masalah percintaanku atau nilai pelajaranku. Atau bahkan nomor celana dalam milikku," ujar Sabah diselingi candaan kotor di akhir.

Wina dan Bandung langsung menatap Sabah dengan tatapan menjijikkan. Keduanya serempak berkata seperti ini pada Sabah, "Dasar mesum!" kata keduanya serempak.

"Ah ... uh ... aku pikir, kalian bisa tertawa soal itu. Ah ... maaf ...." ucap Sabah gugup. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan reaksi seperti itu dari kedua temannya.

"Sejujurnya aku tidak tertarik dengan nilai pelajaranmu itu yang kerap kali mendapat nilai di bawah rata-rata standar kelas A. Dan soal percintaanmu ... aku rasa kau sendiri sudah tahu jawabannya, bahwa Kyoto tidak pernah menyukaimu sama sekali, jadi berhentilah berharap!" kata Wina dengan sangat lurus.

"Hei, kalian berdua itu menyukai orang yang sama jadi tidak perlu menjatuhkan satu sama lain. Sabah, kau tahu kalau Wina sebenarnya juga menyukai Kyoto karena itu wajar saja dia terlihat seperti ingin menjatuhkanmu." Bandung sengaja memanas-manasi Sabah.

Sabah menganga. "Hah? Kau juga menyukai Kyoto?" jeritnya tidak percaya.

"Sebaiknya kita tidak usah membahas hal itu. Karena ada hal lain yang jauh lebih penting dari masalah sepele seperti ini," keluh Wina.

"Uh memangnya apa yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Sabah penasaran.

"Maaf kalau pertanyaanku nantinya akan menyinggung perasaanmu. Tapi aku benar-benar penasaran mengenai soal ini darimu. Sabah ... apa kau memiliki hubungan dengan Sobert Kwok? Karena aku merasa, pernah melihat foto dirimu bersama beliau di sebuah artikel lama." Wina menunjukkan rasa penasarannya yang begitu tinggi pada Sabah.

Sabah meneguk air liurnya secara paksa. "Tidak. Mungkin, kau hanya salah lihat. Mana mungkin orang miskin sepertiku, bisa berhubungan dengan orang paling kaya di Malaysia. Aku ini hanyalah seorang anak desa yang kebetulan mendapat beasiswa dari SMA Algea. Kau bertanya mengenai hal yang tidak masuk akal Wina," jawab Sabah.

"Betulkah? Tapi sepertinya aku melihat adanya kemiripan tanda lahir yang dimiliki oleh anak itu denganmu." Wina menatap Sabah dengan sangat intens.

"Kau semakin berbicara tidak jelas. Apa kau memasukkan alkohol pada kuemu sehingga membuatmu menjadi mabuk?" Sabah terlihat sedikit gugup.

Wina menyeringai. "Kalau aku melakukannya, maka kau juga sama mabuknya denganku. Aku yakin ada satu hal yang memang sengaja kau sembunyikan di sana." Wina menarik kerah baju Sabah secara tiba-tiba dan berhasil membuat tubuh Sabah menjadi tertabrak meja di depannya. "Danielle Kwok," bisik Wina di telinga Sabah.

SRET

Bandung memisahkan Wina dan Sabah di mana, anak laki-laki asal Indonesia itu melepaskan tangan Wina dari kerah baju Sabah. "Tidak ada kekerasan di sini kawan. Negaraku adalah negara yang cinta damai, kalian jangan membuat keributan di sini."

"Aku tidak pernah membuat keributan di sini. Ah, maaf sikapku tadi tidak sopan, aku sedikit terbawa suasana. Maafkan aku Sabah," ucap Wina.

Sabah mengangguk. Sejujurnya saat ini, Sabah berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya dari Wina. Dia tahu betul bahwa, Wina tengah mencoba membongkar identitas dirinya. Ada ketakutan yang cukup begitu besar di dalam hati Sabah mendapati fakta baru tersebut.

"Itu tadi benar-benar tidak sopan kawan. Ah seleraku sedikit hilang karena ulahmu," keluh Bandung.

SREK

Sabah bangkit dari kursinya kemudian berkata seperti ini pada kedua temannya sebelum meninggalkan dapur, "Maaf tapi perutku terasa sakit, aku akan kembali ke kamarku, terima kasih atas kuenya Wina." Sabah buru-buru pergi meninggalkan kedua teman laki-lakinya tersebut.

Melihat Sabah pergi, Bandung dengan cepat melayangkan protes pada Wina. Remaja laki-laki itu menunjuk-nunjuk temannya tersebut dengan garpu di tangannya. "Lihat itu semua karena ulahmu. Kau ini aneh sekali, tiba-tiba saja bertingkah kasar seperti itu pada orang lain," protes Bandung.

Namun alih-alih menanggapi rasa protes dari temannya, Wina justru terlihat tersenyum puas. "Kau tahu, Bandung ... Sabah justru terlihat semakin cantik saat ketakutan seperti itu," ujarnya tiba-tiba.

Mendengar hal tersebut sukses membuat jantung Bandung nyaris berhenti berdetak. "HAH? KAU SUDAH GILA!" jeritnya tidak percaya.

***

Kamar Sabah

Sabah terlihat memandangi cermin di depannya dengan cukup lama. Setelah memandangi dirinya sendiri cukup lama, Sabah perlahan mulai membuka kancing bajunya dan terlihat di sana ada perban yang melilit di dadanya. Sabah menyentuh perban tersebut lalu ia kembali melihat pantulan dirinya di depan cermin. Di sana ia melihat potongan rambut cepak miliknya yang sebenarnya sangat ia benci.

PRANG

Sabah melempar sebuah pigura yang terletak tidak jauh dari dirinya ke arah cermin dan membuat cermin tersebut menjadi pecah berkeping-keping.

"AAAARGGGHH!" raung Sabah frusatasi.

***

"Aku tidak paham dengan pikiranmu saat ini," keluh Bandung.

Wina menaikkan sebelah alisnya, "Jujur saja pikiranku memang kacau saat ini," katanya acuh.

"Hah? Yak, hari ini kau memang berbicara dengan sangat tidak jelas. Kau membuat pengakuan secara tiba-tiba menyukai Kyoto dan sekarang kau memuji Sabah. cantik dan kau tahu sendiri bahwa Sabah itu merupakan seorang laki-laki. Astaga, Tuhan ada apa dengan hari ini, kenapa semuanya berjalan dengan sangat aneh ...." ucap Bandung frustasi.

TRAK

Wina menuangkan teh ke cangkir milik Bandung yang masih kosong. Dan saat menuangkan teh ke dalam cangkir Bandung, dia benar-benar terlihat sangat anggun.

"Maaf karena sudah membuatmu merasa frustasi Aku benar-benar tidak bermaksud sampai sejauh itu," katanya dengan nada suara yang terdengar menyesal.

Bandung diam saja. Anak laki-laki itu mengambil cangkir tehnya dan menyesap tehnya secara perlahan-lahan.

"Kau tahu Bandung, Sachertorte adalah salah satu jenis kue cokelat, atau torte yang diciptakan oleh Franz Sacher dari Austria pada tahun 1832 untuk Pangeran Wenzel von Metternich di Wina, Austria. Kue ini merupakan salah satu masakan khas Wina yang paling terkenal. Pada tnggal 5 Desember dinyatakan sebagai Hari Sachertorte Nasional." Tiba-tiba saja Wina memberi penjelasan mengenai kudapan manis yang tengah mereka makan saat ini.

Siguiente capítulo