Caroline merenggut, merasa tidak percaya bahwa Livina menggunakan tubuhnya di saat dia tertidur. Jika bukan karena dia kelelahan, mungkin saja dia tidak akan membiarkan Livina merusak imegnya lagi. Selalu saja Livina membuat masalah dan dia benar-benar kesal. Memang benar Livina merindukan Selena, tapi bukan berarti bisa seenaknya seperti ini.
Dan Caroline hanya bisa pasrah karena semuanya sudah terjadi, tidak ada gunanya juga dia marah-marah tidak jelas, yang ada dia akan terlihat seperti orang gila. Kembali pada kegiatannya, gadis itu saat ini tengah berdiri di atas pohon dengan tatapan yang mengarah pada sebuah jendela yang terbuka.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com