webnovel

Kemalangan

Bau obat-obatan adalah awal dari Caroline sadar, maniknya terus berkedip saat merasakan sebuah cahaya terang masuk ke retinanya. Sepertinya sekarang dia ada di rumah sakit, walau tidak tau siapa yang membawanya tapi Caroline bisa melihat Luis terbaring di ranjang sebelahnya.

Sepertinya mereka berdua terluka cukup parah, lalu siapa yang membawa mereka. Apakah ibunya?

"Caroline.."

Suara lembut yang menyapa indra pendengarannya membuat Caroline menoleh. Melihat ibunya yang berjalan mendekatinya dengan perlahan, tangannya di genggam dengan erat. Sepertinya Caroline baru menyadari bahwa ibunya mengkhawatirkan dirinya.

Terlihat jelas di manik kuning terangnya yang bergetar dengan air mata yang berlinang di pelupuk matanya.

"Ibu.."

Dan dia juga baru sadar bahwa selama ini dia tidak pernah memanggil ibunya dengan selembut dan senyaman ini. Apakah semuanya akan berubah sekarang, atau inikah awal dari kehancuran yang ada.

"Maafkan ibu sayang, seharusnya ibu tidak mengabaikan dirimu. Seharusnya ibu juga lebih berusaha menyakinkan ayahmu tapi ibu terlalu lemah untuk melakukan hal itu, maaf.."

Hati Caroline terasa sakit, dia baru saja mendengar sebuah kenyataan dan sebuah permintaan maaf dari ibunya. Ibu yang dia anggap hanya peduli soal pekerjaan itu sekarang mengkhawatirkan dirinya bahkan sampai meminta maaf padanya.

Apakah Caroline sekarang terlihat begitu jahat? Apakah dia menjadi anak durhaka sekarang?

"Tidak ibu, aku baik-baik saja. Ibu tidak salah semuanya memang takdir yang harus aku jalani. Apa ibu tau bahwa di balik rasa sakit akan selalu ada kebahagiaan, aku percaya akan hal itu. Jadi aku mohon jangan meminta maaf"

Caroline tidak tau harus mengekspresikan dirinya seperti apa, tapi dia hanya ingin meringankan beban ibunya. Beban dari sebuah kesalahan yang tidak ibunya buat tanpa sengaja. Semuanya itu terjadi karena takdir yang berjalan tanpa mereka sadari membawa sebuah petaka.

Dan Caroline sadar bahwa ucapannya ini hanya sebuah harapan yang dia tidak yakin sama sekali. Tapi dia tidak ingin membuat ibunya semakin khawatir, kali ini saja dia ingin bertindak seperti seorang anak yang baik.

"Aku akan bahagia suatu saat nanti, dan ibu juga harus janji padaku untuk bahagia"

Caroline bisa melihat sebuah tatapan bersalah dari ibunya. Tapi Caroline tersenyum mengabaikan raut wajah ibunya. Jari kelingkingnya dia angkat dengan senyuman lebar menatap sang ibu yang ikut tersenyum. Jari kelingking mereka bersatu membentuk sebuah janji untuk saling bahagia satu sama lain.

'Kali ini aku juga akan berusaha bahagia'

"Bagaimana keadaan Luis ibu?"

"Dia baik dan mungkin sebentar lagi Luis akan sadar"

Baru saja ibunya menjawab, suara lenguhan Luis terdengar membuat keduanya menoleh. Luis membuka matanya menatap Caroline yang tersenyum padaya "Caroline"

Luis kaget tapi dia langsung duduk dengan cepat, bahkan tubuhnya langsung kesakitan hanya untuk duduk saja.

"Kau itu jangan bertindak ceroboh" Caroline memperingati Luis tapi dia malah tertawa kecil melihat Luis yang terlihat kesakitan.

Apakah selucu itu? Padahal Luis merasa tubuhnya seperti mau hancur saat melakukan gerakan kecil.

"Kalian ini memang seperti saudara kandung saja" celetuk ibu Caroline melihat interaksi Caroline dengan Luis.

"Ah.. bibi, apa bibi baik-baik saja?" tanya Luis ingat kejadian di hutan tadi.

"Yang terpenting itu kalian, kalian harus segera sembuh oke"

Caroline paham, dia jelas tau bahwa ada hal yang di sembunyikan ibunya dan Luis. Dia tidak jelas ingat soal kejadian tadi, yang dia ingat dirinya berlari di saat Luis akan di bunuh oleh ayahnya lalu dia yang terluka. Dan setelah itu dia beradu mulut dengan ayahnya sampai akhirnya dia pingsan.

Dan setelah itu dia tidak tau apa pun, dan dia yakin ada hal yang Luis dan ibunya lakukan saat itu "apa yang terjadi setelah aku pingsan?"

Caroline itu tidak suka jika dirinya tidak tau apa pun, jadi selalu akan mencari tau dari orang lain. Terlihat jelas raut wajah Luis dan ibunya yang berubah panik, apakah pertanyaannya salah. Padahal dia hanya bertanya soal kejadian tadi, tapi kenapa mereka seperti menutupi sesuatu yang tidak boleh dia ketahui.

"Katakan!!"

Dan Caroline bukanlah orang yang sabar, bahkan dia sering berteriak pada Luis seperti kejadian di kamarnya kemarin.

"Kita akan pergi ke asrama"

Jawaban Luis membuat Caroline terdiam, raut wajahnya terlihat datar tapi sebuah suara tawa sumbang terdengar setelah itu. Tidak ada ekspresi, hanya suara tawa mengejek akan nasibnya yang selalu sial. Padahal dia baru saja berjanji pada ibunya akan bahagia.

Tapi apa ini, dia seperti di kembalikan oleh fakta bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi. Dan yang dia ingat adalah perkataan ayahnya yang mengatakan bahwa tempat itu akan menjadi sebuah penjara baginya. Bagi dirinya yang di buang oleh keluarga dan karena cacat.

Caroline berhenti tertawa dan langsung menyibak selimutnya, dia turun dari ranjangnya dan berniat pergi. Tapi tangan ibunya membuat dirinya berhenti, ibunya menatap dirinya dengan tatapan memohon. Tunggu! Apa dia tidak salah lihat, tatapan memohon itu untuk menyuruhnya menurut ternyata.

Sepertinya dia di permainkan oleh suara lembut dan hangat ibunya, dan dia malah terlena lalu melupakan tujuan awalnya. Semua yang ibunya lakukan hanyalah sebuah kepura-puraan untuk membuat dirinya menyetujui keinginan ayahnya.

"Aku tidak akan pergi ke sana!!"

Caroline berteriak dengan tangan yang menyentak tangan ibunya. Dia berjalan menuju pintu sebelum Luis menghalanginya. Kenapa sekarang Luis juga berubah pikiran, padahal dia yang mengajak kabur bersama tadi pagi. Tapi kenapa sekarang Luis malah mengikuti keinginan ayah dan ibunya.

Apa Luis sudah melupakan bahwa dirinya terluka sekarang? Dimana Luis yang mementingkan dirinya di bandingkan siapapun itu. Apa Luis yang dia kenal sudah mati dan di gantikan Luis sang boneka keluarga Edgar.

"Percaya padaku, kali ini akan baik-baik saja. Jika kita kabur paman tidak akan berhenti mencari kita, Lin percayalah aku akan menjagamu di sana. Kita akan bersama-sama dan saling menjaga satu sama lain, apakah kau tidak percaya padaku?"

Luis tau bahwa dia egois bahwa dia hanya bersembunyi di balik ketakutannya lagi, tapi dia sangat tau bahwa dirinya tidak akan bisa menjaga Caroline dari pamannya. Dan yang bisa dia lakukan adalah menuruti keinginan pamannya sekarang. Jika saja dia lebih kuat Luis pasti akan membawa Caroline kabur saja dari pada ke sana.

Tapi dia adalah alpha muda yang masih belum mahir bertarung, dan Luis sadar bahwa dirinya hanya akan menjadi beban bagi Caroline jika menuruti egonya.

"Percaya? Apa kau gila?"

"Ini demi kebaikanmu" ucap Luis dengan raut wajah sedu.

"Kebaikan? Apa kau tengah bermimpi, bukankah ini sebuah kemalangan"

Aku up langsung tiga chapter, selain karena mengejar target itu juga karena aku ingin. dan ini adalah chapter yang aku buat kemarin malam sebelum tidur. kalau ada typo aku minta maaf..

Park_Keyzacreators' thoughts
Siguiente capítulo