"Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja!"
Meido merasa situasinya akan sangat gawat jika rencana Asheel yang juga dia pikirkan benar-benar terjadi. Dia bahkan tidak menggunakan kehormatan yang biasa saat menyebut dirinya dan lawan bicaranya.
Meido bergegas dengan kecepatan penuh, tapi saat itu Asheel sudah merentangkan tangannya.
Meido yang tahu jika sudah terlambat untuk menghentikannya lalu melihat lubang cacing yang mengambang di punggung Asheel.
Itu adalah lubang ungu yang warna dan bentuknya selalu berubah. Tekanan yang sangat menindas keluar dari lubang dan dengan sangat cepat menyebar hingga menggerogoti ruang di sekitarnya.
"Anda ... benar-benar membuka lubang menuju Alam Kekacauan. Ini pemberontakan!" Meido berteriak dengan marah.
Meski marah, dia tidak kehilangan ketenangannya. Tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan asap saat generator yang menjadi inti tubuhnya diputar sangat keras. Dia benar-benar akan mengerahkan segalanya untuk menghentikan Asheel.
Asheel sudah terhubung dengan Alam Kekacauan, karena itu Meido juga harus segera mengerahkan kartu trufnya.
Tubuhnya menyala saat alpabet kuno yang sangat kompleks menjalar ditubuhnya seperti rune. Setiap huruf memiliki ukuran yang sangat kecil, dan masing-masing dari huruf itu mengandung kekuatan sebuah dimensi.
Sekarang, triliunan abjad telah mengakar ke tubuhnya membentuk armor. Kekuatannya meningkat jutaan kali lipat dari sebelumnya.
Armor Sutra Kebijaksanaan.
Itulah sebutan Meido pada armor yang mengandung kekuatan triliunan dimensi.
Dengung~!
Hempasan kecepatannya melampaui waktu masa kini, dan seolah-olah Meido telah melompati waktu, dia segera menghujani Asheel dengan rentetan pukulan.
Tapi lubang kekacauan yang berada di punggungnya secara alami mengganggu ruang dan waktu didekatnya, dengan demikian kecepatan Meido yang tidak mempedulikan ketiga masa; yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan tidak akan berguna melawan Asheel.
Tapi meski begitu, Meido masih bisa mendaratkan pukulannya pada Asheel.
BAM!
Tidak seperti yang dia harapkan, lubang kekacauan terbawa oleh dampak pukulannya yang sangat menghancurkan malah menambah kekacauan pada ruang. Segera, lubang kekacauan yang memanfaatkan kerusakan ruang yang digerogotinya tumbuh menjadi lebih lebar.
Meido yang melihat dampak pukulannya malah membantu Asheel merusak ruang, langsung melompat mundur dan tidak berani menyerang dengan gegabah.
Dengan kekuatan triliunan dimensi dalam dirinya, dia bisa menghancurkan Omniverse dengan pukulannya!
Karena itu, tidak berlebihan jika pukulan sederhana yang keluar darinya bisa meruntuhkan ketiadaan awal dengan mudah.
Tubuhnya terus berasap mengeluarkan energi kotor dari sisa-sisa energi yang dikonsumsi dalam dirinya menjadi kekuatan murni.
Perlu diingat, Meido adalah Dewa Omniverse terkuat di bawah Supreme One!
Performa kemampuannya dipusatkan pada kekuatan murni untuk pertarungan. Dengan demikian, dia menjadi dewa perang yang tak pernah kalah!
Bahkan saat dia pernah melayani di bawah D, nyatanya dia tidak belum kalah melawan D, itu karena mereka berdua belum pernah bertarung secara nyata. Alasan dia pernah melayani D juga karena yang terakhir mampu membuatnya berkembang menjadi sekuat ini.
Semua kekuatan yang dia punya bukan dia peroleh dari dirinya sendiri, melainkan dari pemberian orang lain.
Supreme One dan Administrator D.
Kedua orang itulah yang berperan besar menjadikan Meido yang seorang Seraph, menjadi seorang Dewa Perang yang tidak pernah mengalami kekalahan.
Harga diri dan kesombongan samar yang tidak pernah dia rasakan malah sangat mengguncangnya. Dia merasa tidak sudi karena tidak bisa menghentikan Asheel.
Tapi saat ini, lamunannya tiba-tiba buyar saat dia mendengar suara pria yang dikhawatirkannya:
"Dipikir aku akan kehilangan akal setelah terhubung dengan Alam Kekacauan? Tsk, tsk, kau benar-benar meremehkanku..."
"Anda..." Meido tertegun sejenak sebelum ekspresinya turun menjadi tenang lagi. "Setelah dipikir-pikir, asal kekuatan kita benar-benar mirip. Anda memperoleh kekuatan dari Alam Kekacauan, dan saya memperolehnya dari Tuan saya. Kita sama-sama memiliki kekuatan yang bukan dari milik kita sendiri."
"Haha, benar sekali! Rasanya tidak masuk akal saat seorang Dewa Omniverse seperti kita memiliki kekuatan yang kita sendiri benar-benar tidak bekerja keras untuk mendapat kekuatan yang begitu besar itu. Kekuatan yang kumiliki terhubung erat dengan takdir keberadaanku sendiri, bagaimana denganmu?"
"Kekuatan saya berasal dari Tuan saya, begitu pula dengan takdir keberadaan saya. Saya akan menggunakan kekuatan yang diberikan ini untuk Tuan saya sendiri. Saat ini, saya bertindak egois karena menggunakan kekuatan yang diberikan untuk kepuasan saya sendiri dalam menghentikan Anda."
"Kau terlalu terbelit-belit..."
Asheel memiliki senyum lebar di wajahnya saat rambutnya berkibar liar ke atas, matanya bercahaya dalam warna putih terang, dan terakhir, tubuhnya tampak menyala saat retakan ungu mulai memancarkan cahaya putih yang sama.
Penampilannya saat ini mirip seperti seekor telur yang akan menetas, dengan celah dalam telur itu bercahaya yang menunjukkan ketidakterdugaan.
Untuk kasus Asheel, kulitnya tampak seperti akan terkelupas saat seluruh lubang yang berada di tubuhnya mengeluarkan cahaya putih terang. Pada akhirnya, tubuhnya tetap seperti itu dan dia tidak mengalami perubahan selain warna kulitnya yang melebur menjadi ungu.
Dia menjadi tampak seperti seorang dewa yang turun ke dunia fana!
Rambut putih berkibar, celah mata bercahaya, dan aura menakutkan yang keluar darinya.
Kekuatannya saat disuntik oleh energi dari Alam Kekacauan secara langsung benar-benar mampu menandingi kekuatan Meido yang mengandung kekuatan triliunan dimensi.
Meido yang menyaksikan perubahan Asheel tahu jika dia tidak bisa lagi dikhawatirkan oleh Omniverse itu sendiri. Dia akan mati jika tidak serius saat menghadapinya.
Dia akan meninggalkan urusan Omniverse untuk nanti. Sekarang, dia benar-benar memprioritaskan keinginannya untuk bertempur melawan Asheel dari pada tugas awalnya dalam menjaga Omniverse.
Dia sudah tidak peduli lagi pada Omniverse selama dia masih bisa melanjutkan pertarungannya melawan Asheel.
Kekuatan triliunan dimensi sudah bisa menghasilkan Origin Primordial, begitu pula dengan Big Tree yang juga bisa menghasilkannya.
Dalam pertarungan yang memuaskan hasrat ini, Asheel tidak peduli lagi dengan menjaga Origin Primordial miliknya dan memilih untuk menyianyiakannya. Bahkan untuk dia, pertarungan semacam ini merupakan pengalaman seumur hidup. Dia tidak akan pernah membiarkan acara menggembirakan ini berakhir dengan kekecewaan.
Setelah menarik napas dalam-dalam, dia membuka mulutnya: "Aku ingin melanjutkan pertarungan ini lebih lama lagi. Tapi ketika perkembangan pertempuran sudah maju sejauh ini, tidak mungkin untuk melakukannya lagi. Oleh karena itu, aku memiliki usulan..."
"Akhiri pertempuran ini dalam satu gerakan. Kita tentukan siapa pemenangnya lewat satu kesempatan ini." Meido sudah menyelanya sebelum Asheel bisa mengatakannya.
"Hahaha, benar. Kau tampaknya telah melewati batasmu. Untuk orang yang menerima kekuatan pemberian, melampaui batasmu sendiri adalah hal yang tidak terduga."
Alis Meido berkerut mendengar perkataannya. Dia memang senang saat dia bisa melampaui batasnya sendiri, tapi sepertinya Asheel bisa bertarung lebih lama darinya. Kemampuannya yang bisa mengandung kekuatan dari triliunan dimensi tentu saja memiliki batasan waktu. Dia tidak bisa menggunakan teknik itu selamanya karena bisa membebani tubuhnya.
Di sisi lain, Asheel sepertinya tidak dibatasi oleh apapun. Dia bisa melanjutkan pertarungan lebih lama bahkan dalam mode-nya saat ini. Tapi sebenarnya, dia mengalami rasa sakit yang luar biasa.
Setiap kekuatan yang disuntikkan dalam dirinya dari Alam Kekacauan membuat inderanya lebih sensitif jutaan kali lipat. Rasa sakit tak terbayangkan itu, dia bisa menahannya dalam jangka waktu yang lama karena dia memang sudah terbiasa dengan rasa sakit.
Sekali lagi, setiap energi kekacauan yang mengalir dalam dirinya menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan bagi makhluk manapun, tapi bagi Asheel, itu sudah seperti bernafas baginya.
Setiap detiknya, Asheel mengalami rasa sakit yang luar biasa. Bahkan saat tidur, makan, mandi, berkedip, dan lain sebagainya, dia masih merasakan sakit yang tidak bisa dihentikan.
Oleh karena itulah dia menjadi mati rasa akan rasa sakit. Bahkan sekarang, saat sensitifitasnya meningkat jutaan kali lipat, ekspresi Asheel seperti sama sekali tidak terganggu olehnya.
Tapi, siapa yang tidak mengalami rasa sakit dalam proses menuju puncak kekuatan?
Rasa sakit adalah hal yang paling dasar yang harus dirasakan untuk menjadi lebih kuat. Setiap kultivator, mau itu Immortal ataupun fana, mereka harus mengalami rasa sakit dalam proses kultivasi mereka.
Tentu saja, rasa sakit yang dirasakan Asheel tidak akan terbayangkan oleh mereka. Jiwa, entitas, atau keberadaan apapun yang merasuki tubuh Asheel pasti akan langsung mati hanya karena rasa sakit yang luar biasa, bahkan jika itu tuhan sekalipun. Tapi sayangnya belum pernah ada yang bisa merasukinya karena perlindungan bawaan Chaos.
"Armor Sutra Kebijaksanaan, tunjukkan dominasimu dalam melawan kegilaan pertempuran. Triliun Tetes Penghancuran Alam Semesta!" Meido mengerahkan semua kekuatannya dalam satu serangan ini.
"..." Meski Asheel terganggu dengan penamaan tekniknya, dia juga melemparkan serangan terkuatnya. Meraih lubang kekacauan di belakangnya, dia hanya melemparkannya ke arah Meido.
Lubang itu berputar secara spiral saat lintasan serangannya menghancurkan ruang secara instan. Perputarannya bahkan menyedot energi di ketiadaan awal agar lebar dalam lubang kekacauan menjadi jauh lebih besar.
Sementara itu, titik-titik dalam armor Meido mengalir seperti sungai ke ujung telapak tangannya. Dia akan meledakkan triliunan kekuatan dimensi sekaligus!
Kedua serangan saling mendekat dengan kecepatan yang sangat menakutkan, tapi bagi Asheel dan Meido sendiri, keduanya merasa waktu telah diperlambat jutaan kali lipat saat mereka dengan gugup mempertaruhkan serangan terkuat mereka.
3
2
1
Kedua serangan akhirnya bertemu dan bersentuhan.
Dimulai dengan suara tabrakan yang tak terdengar, lalu cahaya menyilaukan yang timbul akibat bentrokan kedua serangan, dilanjutkan dengan segala macam suara yang bisa terdengar secara bersamaan, sebelum suara dari semua kesimpulan itu...
BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOM!