webnovel

Puncak Kekacauan 2

'Beberapa orang yang tidak boleh di bunuh untuk kelangsungan hidup dunia ini. Sembilan orang, mengerti.'

Asheel berpikir seperti mesin saat mengamati orang-orang di bawah. Dia lalu menoleh ke Malaikat Agung terakhir yang baru saja datang, Ludociel.

Ludociel memiliki penampilan pria berotot berambut hitam panjang, dengan nada bicara bergelombang, mata menyipit, dan sosok gagah. Seperti Klan Dewi pada umumnya, dia juga memiliki dua pasang sayap pada punggungnya.

"Orang terkuat..." Asheel bergumam sambil menatap Ludociel, dengan yang terakhir juga menatapnya dengan waspada.

"Faktor yang tidak dikenal, siapa kamu?" Ludociel bertanya.

"Kau makhluk fana yang memiliki kekuatan cahaya, sama sekali tidak pantas mendengar keagunganku !!!"

Asheel mengangkat tangannya dan mengerahkan kekuatan Chaos.

Melihat Asheel akan melakukan sesuatu, semua orang yang berada di sana langsung dalam posisi siap.

Tidak diketahui bagaimana caranya, dataran yang dulunya adalah hutan berubah menjadi tanah keras dengan lautan memenuhi sebagian tempat. Bangunan-bangunan aneh seperti jamur tumbuh di setiap tempat, dengan setiap bangunan itu seperti memiliki nyawanya sendiri.

Itu baru satu detik, dan di detik berikutnya, medan berubah lagi. Kali ini adalah lantai catur yang membentang ke segala arah, sampai hutan yang terdapat bangunan gedung Stigma, Light of Grace, terlihat.

"Sial, apa ini?" Derieri yang selamat dari Omega Ark mengutuk dalam ketidakberdayaannya.

"Ini bukan dimensi lain, juga bukan realitas lain. Orang itu mengubah dunia secara paksa. Di masa lalu, ada catatan yang berisi informasi mengenai kekuatan ini, tapi aku tidak tahu secara pasti..." Monspeet masih dengan wajah malasnya menganalisis keadaan di sekitarnya.

"Engkau adalah Tuhan dari cahaya sekaligus sumber ketakutan dari kegelapan. Perebut kebijaksanaan dunia, sang Raja Kekacauan. Engkaulah yang membuat Ibunda kami gelisah akhir-akhir ini," Ludociel berkata seperti sedang membaca syair.

"Ludociel, apa langkah kita selanjutnya? Hanya dengan keberadaan orang ini, dia mampu membuat dunia terbalik dalam hal keseimbangan." Tarmiel dengan cemas berkata.

"Untuk saat ini, kita harus tenang terlebih dahulu." Sariel menenangkan rekannya.

Selagi mereka berbicara, medan yang mereka pijak terus berubah pada setiap detiknya. Rasanya seperti sedang bermimpi atau terjebak dalam ilusi, tapi kali ini mereka merasakannya secara langsung masih dalam kenyataan yang sebenarnya.

"Hmm, kita harus melawannya. Dia adalah musuh bagi Dewa Tertinggi dan Klan Dewi."

Ludociel tanpa menunggu respon dari rekannya, langsung melesat dan mengaktifkan kekuatan karunianya.

...

"Huh..." Asheel menghembuskan napasnya, setelah selesai bermain-main dengan kekuatan barunya, kekuatan Chaos yang diresapi oleh otoritas.

Tepat setelah dia menonaktifkan kekuatannya, banyak tombak yang terbuat dari kilat telah membidik ke arahnya. Sekali lagi, dia tidak perlu menghindar karena semua tombak itu tidak ada yang mampu mengenainya.

Semuanya meleset setelah mengunci Asheel dalam fokus penyerangannya.

"Sungguh kekuataan yang curang..." Ludociel bergumam setelah melihat hal itu sebelum tubuhnya berubah menjadi cahaya kuning, dan tidak ada satu detik, sosoknya sudah berada tepat di depan Asheel sambil menyiapkan serangannya.

Karena musuh di depannya bukanlah seorang Iblis, dia tidak bisa menggunakan Ark dan hanya menyerang menggunakan kekuatan kasarnya.

Tapi siapa dia? Ludociel adalah Malaikat Agung terkuat setelah saudara laki-lakinya, Mael, yang merupakan Malaikat Agung dengan kekuatan tempur terhebat.

Walaupun dalam hal kekuatan dia masih berada di bawah Mael, namun dari segi karisma dan kesempurnaan, dia masih berada di atasnya.

Ludociel menyerang menggunakan pedang yang terbuat dari kilat, dan dia menebas ke arah Asheel beberapa kali. Keanehan sebelumnya terjadi sekali lagi, semua serangannya meleset seolah-olah dia tidak berniat menyerangnya sejak awal.

"Hanya ... kekuatan apa ini...?" Ludociel tidak menyerah dan terus menebas walaupun tidak ada satupun serangan yang mengenainya.

Semua orang yang melihatnya seperti sedang menonton pertunjukan yang lucu. Tapi mereka takut akan kekuatan yang tidak diketahui itu.

Asheel mengabaikan segalanya termasuk Ludociel yang sedang menyerangnya, dia sedang memikirkan bagaimana metode kali ini untuk mengantarkan kekacuan ke dunia ini.

"Semua pasukan kotor itu lenyap, hanya tersisa beberapa burung putih yang ada..." Dia bergumam sambil mengelus dagunya. Matanya kosong dan tampak mati, wajahnya masih dingin, dan aura tirani masih mengalir ke luar tubuhnya. "Kalau begitu, Yang Mulia ini akan membuat situasi perang yang sebenarnya."

Setelah memutuskan, saat itulah dia memperhatikan ada seekor lalat yang berkedip ke sana kemari mengelilinginya.

"Menganggu."

Asheel hanya mengayunkan tangannya ke samping, tapi kekuatan yang dibawa oleh gerakan sederhana itu sangat luar biasa.

Bahkan jika Ludociel memiliki kecepatan yang sebanding dengan teleportasi, dia tetap terkena serangan menakutkan itu.

Tubuhnya terbang seperti layang-layang putus, dengan armornya yang hancur seketika.

"Ludociel!"

Tarmiel dan Sariel berteriak dengan cemas. Mereka saling memandang sejenak sebelum mengangguk. Keduanya lalu melesat ke arah Asheel.

Melihat tindakan dua Malaikat Agung yang tersisa, Galand mencemooh: "Burung-burung itu bodoh, bahkan Ludociel diperlakukan seperti mainan olehnya. Bagaimana mereka akan berjuang?"

Saat Asheel akan menjalankan rencananya, dia tiba-tiba dipindahkan ke suatu tempat yang terdapat laut dan topan di mana-mana.

Tempat dia melayang adalah lautan, dengan angin kencang membentuk tornado yang mampu memengaruhi perairan di bawahnya.

"Buat dia ke bawah!" Tarmiel berteriak.

"Mengerti!"

Sariel segera mengendalikan kekuatan karunia miliknya dan mengendalikan topan untuk mencabik-cabik musuhnya menggunakan tekanan air dan udara.

Tapi Asheel bahkan tidak bergeming seperti menganggap topan mengerikan itu adalah angin sepoi-sepoi baginya. Hanya rambut panjangnya yang berkibar ke belakang dan ekspresinya tetap monoton seperti robot.

"Itu tidak berhasil!"

"Huh, agak mengesankan," Asheel memiliki tatapan kosong pada apa yang terjadi di sekitarnya.

Setiap Asheel berbicara menjadi lebih sedikit kalimatnya. Setelah merasakan kekuatan yang dihasilkan oleh produk Chaos yang menciptakan alam semesta ini, dia langsung mengerti cara kerja dibalik kekuatan itu.

Kemudian, dia hanya menghentakkan sedikit auranya dan dimensi buatan itu tiba-tiba retak. Seperti kaca yang rapuh, retakan itu menjalar seperti akar yang merambat, hingga seluruh ruang dipenuhi retakan dan tidak lagi mampu untuk mempertahankan keberadaannya.

Sariel dan Tarmiel memuntahkan darah karena serangan balik yang dihasilkan oleh kekuatan mereka sendiri. Tubuhnya jatuh tanpa tenaga ke tanah.

"Hanya lima detik berlalu, dua Malaikat Agung itu kalah dengan mudah." Galand berseru dengan tidak percaya.

"Hmm, bahkan jika kita berdua mengorbankan 6 jantung sekaligus, aku tidak yakin apakah masih bisa bertahan dari orang itu." Monspeet mengerutkan alisnya saat nadanya menjadi lebih gelisah.

"Ini sama sekali tidak menyenangkan!" Jawab Derieri.

"Kita tidak sedang bersenang-senang di sini."

Di sisi lain, Elizabeth yang telah pulih langsung bergegas ke dua orang yang baru saja kalah itu.

"Sariel! Tarmiel!"

Menggunakan kekuatan cahaya, Elizabeth mampu membuat mereka pulih sedikit demi sedikit.

"Elizabeth, aku akan melindungimu!"

Meliodas juga bergegas ke arahnya dan langsung mengambil sikap defensif di depan Elizabeth. Sebelumnya, dia harus terluka untuk mengeluarkan Elizabeth dari penghalang yang dipasang Malaikat Agung, tapi itu masih bukan masalah untuk Iblis kuat sepertinya.

Saat matanya menatap Asheel sekali lagi, alisnya berkerut.

'Itu memang orang yang kutemui beberapa tahun yang lalu, tidak salah lagi...

'Siapa yang menyangka, dia...'

Saat dia bertemu Asheel untuk pertama kali, kesan awalnya adalah dia hanya manusia biasa. Tapi setelah melihat Asheel dan kelompoknya mampu terbang di udara untuk waktu yang lama, dia tahu jika mereka bukan orang normal.

Karena situasi saat ini tidak diketahui, dia hanya bisa memprioritaskan keselamatan Elizabeth.

"Drole dan Gloxinia sudah kembali ke hutan setelah aku mendesaknya, sekarang..."

Melihat sekeliling, dia tahu situasinya tidak baik. Dia tidak bisa berpikir lebih jauh karena Sariel dan Tarmiel telah cukup pulih.

"Terimakasih, Elizabeth-sama." Tarmiel segera mengucapkan terima kasih.

"Tidak apa-apa," jawab Elizabeth.

"Tapi kami sangat menyedihkan sebelumnya. Dia bahkan tidak menyerang kami secara langsung, orang itu hanya menghancurkan teknik kita berdua yang membuat kita terluka oleh kekuatan kita sendiri." Sariel menyatakan ketidakberdayaannya.

Saat mereka berdua mengeluh, mereka mendengar suara Meliodas:

"Apakah ada kemungkinan dia sedang dikendalikan? Tidak, terlalu dini untuk menyimpulkannya..."

Tarmiel dan Sariel mengerutkan kening ketika melihat Meliodas, tapi sebelum dia bisa mempertanyakan keberadaannya, Elizabeth segera bertanya:

"Apa kau tahu sesuatu tentangnya, Meliodas?"

"Aku bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu, dia bertingkah seperti manusia pada umumnya."

"Benarkah?" Elizabeth dan yang lainnya terkejut. "Dia sekarang memang terlihat seperti tidak memiliki emosi dan kewarasan. Mungkin, kita bisa mencobanya..."

"Apa?"

Mereka menatapnya dengan penasaran sekaligus harapan.

"Aku akan mencoba berbicara dengannya!"

"...."

Siguiente capítulo