Hembusan angin sore menebarkan kesejukan bagi para makhluk di dunia ini.
Pepohonan yang rindang melambai-lambai, hingga sang surya yang mulai tenggelam.
Dedaunan kering berterbangan terbawa hembusan angin seolah melambai dan bersuka ria menyambut bergantinya waktu.
"Ah, udah sore aja gak kerasa," Marpuah mengusap dahinya yang berkeringat karna lelah menggalih tanah untuk menanam kecubungnya.
"Puah, kamu itu mau buat halaman rumah ini menjadi hutan ya?" tanya Jeng Oktaf dengan nada meledak-ledak.
"Eh, Mami, kok udah ada di sini aja sih? Bukannya tadi lagi masak ya?" tanya Marpuah.
"Mami, gak jadi masak gasnya habis!" jawab Jeng Okta sambil bertolak pinggang.
"Oh, gitu ...." Marpuah manggut-manggut seakan mengerti. Dan setelah itu dia melanjutkan pekerjaannya.
"'Oh', doang?! Kamu gak ada niat buat beliin Mami, tabung gas gitu?!" tanya Jeng Oktaf dengan nada ketus menyindir.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com