Samantha bertekad untuk menemukan tujuan hidup yang baru sepulang dari Filipina. Dia tak ingin berlarut terlalu lama di dalam ingatan sengsara yang ditinggalkan Nathan padanya.
Samantha bertekad jika dia akan membaik dan membuat harapannya kembali nol dan bisa mulai mengisinya menjadi lembaran baru tanpa bayang masa lalu.
Dia mempersiapkan diri, setelah mandi dan memakai pakaian kesehariannya, dia mengambil mobilnya dan menuju ke kantor tempatnya selama ini bekerja.
"Pak, apa saya boleh meminta cuti selama sebulan?"
"Samantha, bukankah itu terlalu banyak?"
"Itu sudah termasuk cuti tahunanku selama empat tahun terakhir pak, bahkan jika di kalkulasikan, saya masih punya beberapa hari."
Rainer membuka absen harian para pekerjanya, dan benar saja, Samantha tak pernah mengambil cutinya, karena dia memang mempersiapkan untuk berbulan madu setelah dia menikah.
"Baiklah, aku mengerti, Bapak harap setelah kamu kembali liburan, semuanya sudah selesai."
"Aku janji pak!" Samantha berfikir sejenak ketika akan berdiri, dia malah kembali duduk "Tapi, siapa yang akan menggantikanku selama pergi pak?"
"Althea akan belajar, jadi, seharian ini, tugasmu adalah mengajari Althea semua yang dibutuhkan."
"Loh? Kan Althea kesini mau liburan papa! Apa gunanya pulang coba?"
"Siapa lagi yang akan membantu kakakmu kalau bukan kamu Thea, menjadi sekertaris akan membantumu menyelesaikan beberapa masalah."
Dan akhirnya Althea menyerah dan meminta Samantha untuk mengajarinya. Walau dia sangat enggan, namun dia mengerti, bagaimana rasanya kehilangan tunangan yang pesta pernikahannya sudah di depan mata.
"Aku ikut bersedih atas keadaanmu Sam, ini sedikit usahaku untuk membantumu. Harapanku sama seperti papa. Dan siapa tau kau sudah mau dengan kak andre."
"Terus berharap nona Thea, kali aja pas pulang aku beneran mau dijodohin sama tuan Andre."
"Mama pasti senang!"
Samantha hanya tertawa menjawab kalimat Thea. Kebaikan keluarga pak Rainer bagi Samantha sudah terlalu banyak, dan dia sama sekali tak ingin melangkah lebih jauh lagi seakan seperti kacang lupa pada kulitnya.
Dia pulang setelah Thea mengerti hampir semua yang dijelaskan dan langit pun sudah menunjukkan warna jingganya.
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel pintarnya, tiketnya telah jadi beserta visa untuk menghuni Filipina selama sebulan penuh.
Sam bersorak kegirangan ketika melihat pesan tersebut, untungnya dia tidak mengambil penerbangan pagi sehingga dia bisa mengurus visanya terlebih dahulu sebelum berangkat.
pukul empat belas lewat enam menit, panggilan pesawatnya membuatnya menyeret kopernya menuju landasan.
Perjalanan tiga jam setengah cukup melelahkan. Padahal dia sudah sering melakukan perjalanana bersama pak Rainer, tapi tetap saja, dia selalu lupa membawa bantal leher.
Alhasil, dia harus menahan sakit lehernya ketika turun dari pesawat.
Dia menunggu jemputan dari pihak travel yang telah dia sewa.
SAMANTHA ALMAIRA
"Kamusta," Sapa laki-laki yang menjadi guide tournya selama sebulan kedepan,
"Kamusta, where are we going now?"
(Untuk berikutnya percakapan aslinya sebenarnya bahasa inggris, tapi agar memudahkan karena ini novel indo, jadi menggunakan bahasa indonesia, kecuali ketika menggunakan bahasa daerah/lokal)
Laki-laki tersebut menyerahkan beberapa lembar yang berisikan agenda untuknya selama sebulan kedepan.
"Nama saya Andrew fabregas, jadi nona bisa memanggil saya Andrew, apa yang membuat anda tertarik mengunjungi negara kami?"
"endru?"
Tour guidenya memutar bola matanya kemudian mulai mengeja namanya huruf per huruf. Samantha tertawa, dia teringat dengan logat adik terakhir Althea ketika baru saja pulang dari spanyol.
"Kau tau andre, aku baru saja patah hati, tunanganku akan menikah dengan orang lain bulan ini, padahal kami merencanakan pernikahan di akhir tahun ini. Kuharap, selama sebulan kedepan, kau bisa membantuku melupakannya." Sam berkata sambil menatap jalanan keluar dari bandara ninoy Aquino, bandara internasional manila.
"Apa minat anda, nona, mungkin saja kita bisa merombak beberapa agenda untuk menyenangkan anda selama disini."
"Bisakah kamu memasukkan agenda bertemu dengan alden richard?" Samantha mencoba negosiasi dengan guide tournya.
"Sebentar nona, saya akan mencoba bertanya dengan teman saya."
Samantha memainkan ponselnya, andrew berbicara dalam bahasa tagalog yang tidak dia mengerti.
"Apakah nona ingin ke stasiun tivi GMA? Kebetulan hari ini ada acara untuk para aldenatics."
Setelah mengiyakan, Andre menambah kecepatan menuju stasiun tivi yang disebutkan.
Ketika tiba dilobi, sudah begitu banyak orang yang datang dengan membawa banyak hal yang menyangkut tentang alden.
"Tapi andre, bagaimana mungkin saya bisa bertemu dengan orang-orang sebanyak ini?"
Andrew tersenyum penuh makna, yang membuat Samantha cukup bingung dengan maksudnya.