"Sudahlah, tinggi hati juga tidak baik, kan?" ujar Ruby. Seketika semuanya pun diam.
Dari kejauhan, Gio diam-diam memperhatikan setia gerak gerik Ruby. Dia memang tidak tahu apa yang mereka bahas. Tapi, ia merasa iri melihat betapa Febry bisa sedekat itu dengan Ruby. Bahkan, bersama Febri ku bisa tertawa lepas hingga terbahak.
Sedangkan bersamanya tidak pernah ia membuat Ruby hingga seperti itu. Padahal, yang pertama mengenal Ruby adalah dirinya.
Gio menggenggam erat tangannya lalu ia pukulkan ke meja.
Melihat wajah Ruby sudah kembali Normal, bahakan lebih cantik dari sebelumnya. Lalu, menunjukkan sangat dekat sekali dengan lawannya. Gio benar-benar emosi. Sampai-sampai dia tidak bisa fokus dalam mengerjakan soal, dan dalam memperhatikan guru saat menyampaikan materi di depan kelas.
Alhasil, hari ini sekolah dia tidak dapat apa-apa selain emosi sendiri.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com