webnovel

GERALD:EUWY|| GERALD & GINA

Semua menatap Alder dengan tatapan tidak percaya, mana mungkin bisa Alder berkhianat, pasalnya semua anggota Rans mengenal baik Alder yang sering bercanda dan tentunya membuat suasana menjadi mencair saat tegang.

"TAPI BO'ONG HAYUK!" serunya tiba-tiba.

"Tegang ya! Tegang ya!" ujarnya menunjuk satu-persatu wajah anggota yang lain.

"Maksud Lo apa sih Al?!" ujar Vian menatap Alder kesal.

"Gue emang bukan pelakunya, ya kali gue berkhianat, gue ini anggota yang paling setia!" kata cowok itu berbangga diri dengan memukul dadanya.

"Langsung ke intinya!" sambar Gerald dengan wajah seriusnya. Punya temen rada sarap emang susah! Lanjutnya membatin.

Alder mengangguk, lalu mulai untuk menjelaskan permasalahannya. "WAKTU BUDI DIKEROYOK, GUE GAK SENGAJA LEWAT JALAN YANG SAMA DIMANA GENG BAJA MEMBANTAI BUDI SENDIRI, GUE BANTUIN DONG SEBAGAI TEMAN DAN SEBAGAI ANGGOTA GENG RANS YANG MENJUNJUNG TINGGI KESOLIDARITASAN! DAN KAGET DONG PAS BERHASIL BANTUIN BUDI YANG DIKROYOK MASSA, GUE LIAT SALAH SATU ANGGOTA INTI DARI GENG RANS, PAS GUE NANYA EH DIA KETAWA KEK ORANG GILA, SARAP EMANG!" papar Alder lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"JADI ORANG YANG GUE MAKSUD ITU RYAN, DIA YANG BERKHIANAT! TAPI GUE RASA ORANGNYA NGGAK HADIR ATAU EMANG UDAH TAU MAKSUD BAPAK AFGAR MENGUMPULKAN ANAK-ANAK UNTUK MEMBAHAS HAL INI." lanjut Alder menjelaskan.

"Jadi bukan Lo Al yang berkhianat?" tanya Vian.

"BUKAN LAH?! YA KALI GUE BERKHIANAT!" jawab Alder ngegas.

"Padahal udah siap mau buat Lo babak belur tadi Al, tapi gak jadi," tambah Bima.

Alder menatap sinis Vian dan Bima membuat anggota yang di ruangan khusus itu tertawa.

***

Siang hari di jam istirahat sangat cerah, siswa-siswi Sma Kencana berhamburan berlarian di kantin untuk memesan es, baik itu es teh, es Doger, es krim dan es yang lainnya. Dagangan es setiap Kantin yang ada di Sma Kencana laris manis.

"Gilak hari ini panas banget! Kulit gue rasanya terbakar njir!" gerutu Dinda mengusap-usap kulit putihnya.

sedangkan Riri dan Gina hanya menatap Dinda malas, sangat lah lebay sekali Dinda itu, batinnya.

BRAK!

tiba-tiba gadis itu mengebrak meja.

"PANAS!!! PANAS GUYS! UDAH PANAS MAKIN PANAS LAGI!!!" seru Dinda membuat perhatian tertuju padanya.

Riri yang malu akan perlakuan temannya itu langsung menarik Dinda untuk duduk kembali.

"Lo udah gak waras ya!" sindir Riri sinis.

"Iya gue udah gak waras! Lo liat noh meja SEBELAH!" sahut Dinda sengaja menekankan kata 'sebelah.'

Gin terkekeh lalu tertawa ngakak bersama dengan Riri.

"Mampos Din! Mampos! Telat kan Lo!" lanjut Gina dengan tertawa lagi.

"Tawa aja terus tawa!"

"Gimana gak panas! Itu Vian sama Ana asik ketawa, mana Vian ngelus tuh kepala lagi," ujar Riri menatap kedua insan yang sedang mengumbar kemesraan di meja sebelah.

Dinda mengelus dada, ia harus sabar. "Sabar! Sabar! Orang sabar bakal dekat jodohnya!"

"Mana pake aku kamu lagi," tambah Gina semakin memanaskan hati Dinda.

"Cih! Aku kamu an, nanti juga musuhan Pake anjing bangsat!" ejek Dinda menatap tajam kearah Ana.

"Definisi cemburu mau tak mau, bukan pacar ataupun mantan!" timpal Riri kemudian menyeruput es teh manisnya.

"Kan udah gue kasih tau Din, semakin lama Lo ngulur waktu buat kasih tau Vian kalo Lo suka sama dia bakal besar kesempatan juga tuh cowok jadian sama Ana," kata Gina menasehati.

Dinda menuduk lesu, "gue takut Vian bakal jauhin gue Gin, gue udah lama kenal dia. Nanti pas gue tiba-tiba kasih tau, si Vian bakal ngejauh."

"Lo berjuang lah! Masa udah ngasih tau malah diem bae kek tai," sambung Riri.

"Gue gak se pede dan seberani Gina. Ana udah jelas-jelas Vian perjuangin dan gue? malah memperjuangkan orang yang nggak lirik gue sama sekali," papar gadis itu lalu menunduk sedih.

Riri dan Gina tersenyum masam, benar apa yang dikatakan gadis itu, percuma juga jika akhirnya Vian berpacaran dengan Ana.

"Gue gak bisa ngomong dan ngasih saran lagi Din, selain Lo emang harus kasih tau Vian kalo Lo suka sama tuh cowok," tukas Gina tersenyum memberikan semangat pada sahabatnya itu.

"Soal ditolak ataupun Lo di jauhin itu urusan belakang, yang penting tuh cowok udah tau perasaan Lo dan Lo juga pasti lega," tambah Riri.

Dinda menghela nafas panjang, benar apa yang Gina dan Riri ucapkan. Semakin lama ia menyembunyikan perasaannya maka sampai kapanpun Vian tidak akan mengetahuinya.

"Gue bakal coba bilang nanti, gue bakal coba ngomong baik-baik sama dia," kata Dinda membuat keputusan.

"Nah gitu dong! Ini baru Dinda!" Gina mengaitkan tangannya di leher Dinda dan merangkulnya.

"Dari kemarin-kemarin kek! Ini udah panas baru bertindak!" cibir Riri.

Sabar, punya temen bermulut pedas harus sabar. Gak boleh emosi, gak boleh cekik temen sendiri, nanti dosa terus masuk neraka jahanam.

Berbicara tentang menyatakan perasaan, Gina jadi ingat Gerald, gadis itu melirik meja Gerald dan Alder, kedua cowok itu sedang asik makan. Kedua sudut bibir Gina tertarik. Ia sangat ingin jika suatu saat nanti Gerald akan mencintainya seperti ia mencintai cowok itu.

Gina harap perjuangannya tidak akan sia-sia, ia akan pastikan bahwa ia berhasil mendapatkan Gerald.

"Apapun tantangannya, gue bakal dapetin Lo Ger!" ucap Gina.

Sepulang sekolah, Gina sudah nangkring di atas motor besar seseorang, siapa lagi jika bukan punya Gerald. Saat bel sekolah berbunyi, gadis itu langsung berlari ke parkiran sebelum cowok itu duluan.

Sambil menunggu Gerald, gadis itu bersenandung pelan. Apapun yang cowok itu katakan nanti, ia tidak peduli, yang terpenting harus pulang bersama.

Dari kejauhan ia bisa melihat tubuh jangkung Gerald bersama kedua temannya. Cowok itu jika dilihat dari jauh benar-benar paling dominan dari yang lain.

Bibir gadis itu tersenyum, "gimana gue gak makin cinta sama tuh cowok, udah cool, ganteng lagi. Gak alay kek cowok lain, udah alay buaya lagi!" ujar Gina bermonolog.

"Hai Gerald!" sapa Gina masih setia duduk di motor cowok itu.

"Ngapain Lo?!" tanya Gerald jutek menatap Gina yang tersenyum senang kepadanya.

"Pulang bareng ya, gue gak ada yang jemput nih," pinta Gina dengan puppy eyes nya.

"Gak! Turun Lo!" tolak Gerald.

"Sekali-kali Lo balik sama Gina gak papa kali Ger, tuh cewek kasihan kalo pulang sendiri," sambar Vian, cowok itu teringat ketika melihat Gina selalu pulang berjalan kaki sendiri.

"Bener! Udah balik sana sama Gina!" Alder mendorong tubuh jangkung Gerald kearah motornya.

"Yey! Yuk yuk!" seru Gina senang.

Gerald menghela nafas, sekeras apapun ia menolak bakal kalah berdebat dengan ketiga orang ini.

Dengan terpaksa ia pulang dengan gadis bawel ini.

"Ger nanti singgah makan dulu ya, laper nih," Gina mengusap-usap perutnya yang rata.

Cowok itu tidak menanggapi, ia memakai helm nya dan menghidupkan mesin motornya.

Plup!

Gina memeluk Gerald erat, membuat sang empunya kaget. Serangan tiba-tiba dari gadis ini membuatnya sedikit deg-degan, Gina selalu seperti ini, ada-ada saja tindakan yang tak terduga.

"Lepas!" ujar Gerald sedikit membentak di balik helm full face nya.

Gina menggeleng, "gak mau!"

Mau tak mau Gerald harus tetap lanjut untuk mengantar gadis ini pulang. Lama-lama ia bisa stress karena sikap dan sifat Gina yang minus.

Sepanjang perjalanan pulang Gina terus mengoceh tidak jelas, mulai dari ceritanya nyemplung di got, bahkan sampai jatuh dari pohon jambu karena mencuri. Gerald berasumsi jika gadis ini dari kecil sudah bar-bar.

"Gerald! Mampir dulu yuk! Kita makan! Gue traktir deh!" ajak Gina menunjuk gerobak tukang sate dipinggir jalan.

Tidak tahu kenapa cowok itu malah mengikuti keinginan gadis ini, ia menghentikan dan memarkirkan motornya di samping gerobak sate.

Gina langsung lompat dari atas motor, lalu gadis itu langsung duduk di kursi panjang yang sudah disediakan kang sate.

"Mang! Satenya dua ya!" seru Gina memesan sate.

"Oke neng! Pedas atau enggak nih?" tanya mang sate.

"Gak usah terlalu pedas mang," jawab Gina lalu di acungi jempol oleh mang sate.

Gerald yang berjalan menghampiri Gina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah gadis itu yang seperti anak kecil.

"Sini Ger! Duduk samping gue biar kek pasangan soswit!" Gina menepuk-nepuk kursi disebelahnya.

Cowok jangkung itu hanya menurut saja, dari pada nih cewek banyak bacot nantinya.

"Ger kamu tau gak bedanya kamu sama sate?" tanya Gina, sedangkan Gerald menatap gadis itu binggung.

"Kalo sate ditusuk lidi, kalo kamu tertusuk cinta ku eaaaa," diakhir kalimat Gina tertawa ngakak.

Gerald hanya tersenyum sambil menatap wajah Gina yang cerah hari ini tidak seperti Gina yang ia jumpai  di jembatan tempo hari lalu.

"Gimana gombalan gue? Pas gak? Kek kita?"

Gerald menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian mengeluarkan ponselnya dan sibuk sendiri.

Hap!

Gina mengambil ponsel Gerald paksa, "kalo dinner sama gue gak boleh main hp!" kata Gina menunjuk wajah Gerald memperingati cowok itu.

"Kembalin!" minta Gerald namun dapat gelengan dari gadis itu.

"Gue bakal balikin nanti!" tekan gadis itu.

Cowok itu hanya pasrah, tidak ada gunanya memaksa gadis ini.

"Nih sate nya sudah siap! Selamat menikmati," kata mang sate.

Gina menatap binar sate yang ada dihadapannya.

"Sesuka itu Lo sama sate?" tanya Gerald.

Gina menoleh kemudian mengangguk, "iya gue suka banget! Sama kayak gue suka Lo!"

Siguiente capítulo