webnovel

21. Maafkan Aku

"Fahira ...," ucap umi untuk mendengarkan sang putri.

Fahira tahu jika umi tidak ingin terjadi perdebatan antara dirinya dan sang kakak. Dia pun akhirnya memutuskan untuk diam dan tidak banyak bicara lagi.

Sudah cukup baginya terpancing oleh Almira dan sekarang semua mata tertuju padanya. Dia pun kembali teringat dengan pria yang bernama Alam. Bukankan Almira dulu menginginkan pria itu dan dirinya sudah menyerahkannya dengan begitu saja.

"Apakah ini calon menantuku?" tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

Semua mata tertuju pada orang yang baru saja masuk, Abi pun langsung beranjak dan berjalan mendekat pada pria yang baru saja tiba itu. Sang abi pun langsung memeluknya dengan hangat dan tersenyum.

"Mana menantuku?" tanya pria itu pada abinya Fahira.

Sang abi pun tersenyum lalu menyuruh Fahira untuk mendekat. Fahira yang tidak paham dengan panggilan sang abi pun terpaksa berjalan mendekat.

"Rupanya ini menantuku. Kau sangat cantik," ucap pria itu pada Fahira.

Fahira bingung dengan apa yang dikatakan oleh teman sang abi. Dia menatap abinya seraya bertanya apakah yang di dengarnya itu benar.

Karena dia sama sekali tidak pernah mendengar tentang rencana pernikahannya. Dia pun tidak ingin menikah dalam waktu dekat ini sebab masih ada yang harus dilakukan.

Semua hal yang berhubungan dengan dirinya tidak bisa hidup tenang. Karena saat ini dirinya masih menjadi seorang agen rahasia dan ada beberapa orang yang ingin membunuhnya.

"Yang di katakan ya benar, dia adalah calon ayah mertuaku," ujar Abi seraya menjelaskan pada Fahira.

"Abi, tidak pernah mengatakan semua ini padaku. Umi, juga tidak mengatakan apa-apa padaku," Fahira berkata pada sang abi lalu menatap sang umi.

"Sayang ...," Umi memanggil Fahira untuk mendengarkan putrinya.

Namun, Fahira tidak merespons apa yang dikatakan sang umi. Dia hanya melihat sang abi dan ingin penjelasan tentang semua hal ini.

Sang abi tahu jika Fahira berbeda dengan kakaknya, sang adik lebih memiliki penilaiannya sendiri dan pendapatnya sendiri. Itulah alasannya tidak mengatakan semuanya sedari awal.

"Abi, Umi ... maafkan Fahira karena aku belum siap untuk menikah," jelas Fahira pada kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Fahira terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putrinya itu. Baik sang umi atau abi tidak mengira jika putrinya akan berkata selantang itu di depan temannya.

"Tapi aku sudah menyukai kamu dan sudah menetapkan bahwa hanya kamu yang bisa menikah dengan putraku," jawab sahabat sang abi dengan senyum.

"Mafaz, maafkan putriku ini. Aku menyesal karena dia berkata seperti itu," sambung abi dengan penuh penyesalan.

Tuan Mafaz terus menatap Fahira, dia merasa yakin jika wanita muda yang ada di hadapannya itu bisa menjadi istri dari putranya. Entah mengapa dia pun merasa jika Fahira adalah wanita yang ditakdirkan untuk putranya.

Almira yang melihat kehadiran Tuan Mafaz langsung berjalan mendekat dan mengucapkan salam. Dia memperlihatkan sifat keibuan dan seorang putri yang taat kepada kedua orang tuanya.

Fahira kembali menatap Almira, dia tidak tahu apa yang ada di dalam otak sang kakak. Rencana apa yang ingin dilakukan sang kakak padanya.

Dia memperhatikan Almira dengan saksama, intuisinya mulai berjalan. Fahira merasa jika seseorang sedang memerhatikannya.

Kedua matanya mulai mencari sesuatu yang membuat sistem kewaspadaannya meningkatkan. Insting seorang agen mulai aktif, dirinya tidak ingin membuat semua orang tidak bersalah menjadi korban.

"Umi, Abi maafkan Fahira harus segera pergi," Fahira berkata pada kedua orang tuanya.

Dia tidak peduli jika nama baiknya hancur karena sikapnya yang buruk. Namun, itu setimpal baginya jika dibandingkan dengan nyawa mereka.

"Fahira! Tunggu!" pekik Abi yang tidak mengerti dengan sikap putrinya.

"Abi ...," panggil umi pada suaminya.

Sang umi berusaha untuk menenangkan suaminya, dia yakin Fahira sedang dalam masalah. Karena firasatnya tidak pernah salah jika tentang putrinya itu.

"Abi, kita kejar Fahira. Umi, yakin dia dalam masalah besar," ucap umi pada suaminya.

Semua orang yang ada di ruangan itu tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi. Namun, rencana pernikahan Almira dengan pria pilihan kedua orang tuanya masih tetap berjalan.

Di sisi lain Fahira berjalan dengan sangat cepat tetapi tingkat kewaspadaannya tidak menurun. Dia yakin jika saat ini ada seseorang yang sudah menargetkan dirinya.

Fahira terjatuh karena dia menubruk seseorang, saat dia hendak melontarkan kata-kata amarahnya. Sebelum dia mengatakan kata-kata amarahnya, Fahira mendengar suara seorang pria yang kesal juga.

"Apa kau sengaja menabrakkan dirimu padaku? Apakah ini trik wanita seperti dirimu?"  ucap seorang pria yang sangat sombongnya.

Fahira mendongak, dia melihat seorang pria yang dulu sangat dia kagumi. Pria yang membuatnya menyerahkan hatinya tetapi pada akhirnya dia menyerahkan pria itu pada Almira.

"Alam ...," ucap Fahira lalu dia berdiri dan merapikan pakaiannya.

"Fahira, rupanya kau tidak pernah berubah ya," timpal Alam dengan nada menyindir.

Alam terus saja mengucapkan kata-kata yang membuatnya Fahira merasa bersalah. Semua yang terjadi di masa lalu memang semuanya adalah salah Fahira. Karena sudah menyuruh Alam untuk mencintai Almira.

Ponselnya berdering, dia melihat nomor Zetta. Dia tahu jika salah satu dari mereka menghubunginya pasti sudah terjadi sesuatu.

"Maafkan aku," ucap Fahira lalu pergi meninggalkan Alam yang masih melontarkan kata-kata yang kasar.

Fahira tidak peduli dengan teriakan Alam yang masih menghina dirinya. Dia tidak mengerti mengapa Alam begitu marah padanya. Fahira pun tidak tahu apa yang sudah terjadi antara Alam dan Almira.

"Halo, Zetta ...," ucap Fahira setelah dia mengangkat sambungan teleponnya.

Dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zetta dengan saksama sembari terus berjalan meninggalkan hotel. Fahira harus segera pergi dari hotel itu dan kembali ke rumah untuk mengambil barang-barangnya.

"Kalian dengarkan aku. Musnahkan semua dokumen dan informasi tentang 5 Flower Girls. Kalian pergilah berpencar dan tidak boleh saling menghubungi meski kita dalam bahaya sekalipun," jelas Fahira pada semua rekan timnya.

Semuanya mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Fahira. Namun, Rosmalia merasa jika akan terjadi sesuatu pada Fahira. Dia pun mengingatkan pada ketua timnya itu untuk selalu berhati-hati.

Semua mendengar apa yang dikatakan oleh Rosmalia dan mereka pun mulai khawatir. Karena insting Rosmalia sangat kuat.

"Aku mohon jaga dirimu baik-baik," Rosmalia berkata pada Fahira dengan nada penuh harap.

Fahira terus berjalan ke luar hotel untuk mencari taksi tetapi dia tidak menemukannya sehingga dirinya harus berjalan lebih jauh ke depan. Dia masih mendengarkan apa yang dikatakan oleh keempat sahabat sekaligus anggota timnya.

"Fahira awas ...," teriak sang umi.

"Jaga diri kalian. Ingat semua apa yang sudah aku katakan dan itu harus kalian jalankan!" Fahira mengucapkan kata terakhirnya sebelum tubuhnya terlontar akibat mobil dengan berkecepatan tinggi menabraknya.

"Fahira ...," teriak sang umi dan abi.

Siguiente capítulo