webnovel

The Dangerous Love Zone - 13

Helaan nafas lega Azami hembuskan saat dirinya selesai membalut luka salah seorang anggota gangster yang mendapatkan luka benda tajam di lengannya.

"Terimakasih Azami-kun. Maaf merepotkan mu." Ujar anggota gangster itu merasa tidak enak pada Azami yang sudah membantu mengobati lukanya.

"Sama-sama. Kalau begitu aku ingin melihat anggota gangster yang lain." Ucap Azami yang kini berjalan meninggalkan anggota gangster tersebut.

Saat Azami hendak keluar dari mansion, dirinya melihat sosok Keita baru saja keluar dari salah satu kamar dan kini berjalan kearahnya.

"Keita-kun." Panggil Azami yang membuat langkah kaki Keita berhenti karena dirinya baru menyadari keberadaan Azami.

"Ah, Azami-san. Apa kau sudah selesai mengobati anggota yang lain?" Tanya Keita yang direspon anggukan kepala oleh Azami.

"Ya, aku baru ingin kembali ke bangunan utama." Jawab Azami yang di balas dehaman oleh Keita.

"Azami-san, maaf kau jadi harus repot membantu mengobati anggota kami yang terluka. Padahal kau dan Goshi-san baru saja kembali dari Tokto." Ucap Keita dan membuat Azami merasa tidak terlalu senang.

"Kau tidak perlu berkata seperti itu, Keita-kun. Aku sudah menganggap kalian seperti keluarga ku."

Keita menganggukan kepalanya pelan dengan seulas senyum kecil terpatri diwajahnya.

"Ehm, Keita-kun. Sebenarnya ada apa? Kenapa sebagian anggota mendapati luka seperti itu?" Tanya Azami mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya.

"Aku juga tidak terlalu mengerti. Hanya saja sejak kemarin Juza-san bersama dengan Yuta-san dan beberapa anggota lain sedang pergi keluar untuk memastikan suatu hal yang sudah di sepakati dengan sebuah perusahaan. Namun saat mereka sampai sana dan memastikan semua berjalan lancar, beberapa orang berpakaian serba hitam yang tidak dikenal datang menyerang mereka dan juga orang-orang dari pihak perusahaan yang menjalin kesepakatan."

Azami membulatkan matanya terkejut. "Itu menyeramkan."

Keita yang mendengar perkataan Azami menahan tawanya. "Bagi mu menyeramkan. Tetapi bagi kami itu sudah seperti hal biasa. Maka dari itu Juza-san hanya membiarkan mu bekerja sebagai karyawan kafe saja, Azami-san."

"Lalu bagaimana dengan keadaan Juza-san dan Yuta-san?" Tanya Azami lagi yang langsung membuat ekspresi wajah Keita berubah.

"Juza-san mengalami luka tembak di pundk kanannya, lalu Yuta-san mengalami luka tusuk saat akan mengawasi Juza-san masuk kedalam mobil."

Azami meringis mendengar jawaban Keita. Dirinya jadi teringat dengan rasa sakit yang dirinya rasakan saat mengalami insiden perampokan.

"Tapi kau tidka perlu khawatir, bagi mereka ini hanyalah luka kecil saja. Besok mereka pasti akan mulai beraktivitas seperti biasa."

Azami mengerutkan keningnya mendengar perkataan Keita. Dirinya saja harus melakukan istirahat total selama tujuh hari dirumah sakit. Bagimana bisa besok mereka sudah bisa beraktivitas seperti biasa lagi?

"Ah, Azami-kun!"

Azami dan Keita menghentikan langkah kaki mereka saat melihat Goshi dan Tenma keluar dari dapur.

"Azami-kun, bolehkan aku meminta bantuan mu untuk menggantikan kain kompres milik kakak ku?" Tanya Goshi yang datang sambil membawa sebuah baskom berisi kan air dan juga kain putih.

"Tentu, Goshi-san." Jawab Azami yang membuat Goshi menghela nafas lega.

"Terimakasih Azami-kun. Maaf merepotkan mu. Seharusnya saat ini kau sudah beristirahat, mengingat kita sehabis dari Tokyo."

Azami menggelengkan kepalanya. "Kau tidak perlu meminta maaf Goshi-san. Aku akan melakukannya."

Goshi mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Ah, Yu-chan sepertinya suda tidur. Tadi Reki dan Ryuji menemaninya sampai dia tertidur pulas."

"Syukurlah. Setelah selesai mengganti kain kompres Juza-san, aku akan melihat dikamarnya." Desah Azami lega.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke ruangan Juza-san sekarang."

Goshi menganggukan kepalanya. "Kau langsung masuk saja, jangan mengetuk pintu kamarnya. Aku takut dia akan terbangun nantu."

Azami berdeham merespon perkataan Goshi. Lalu setelahnya Azami pun berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua dimana ruangan Juza berada.

Sesampainya di depan pintu ruangan Juza, Azami mengikuti saran yang dikatakan oleh Goshi untuk tidak mengetuk pintu dan langsung memasuki ruangannya saja.

Ceklek..

Sebisa mungkin Azami meminimalisir keluarnya suara dari setiap gerakannya. Dirinya takut jika Juza yang terlihat sedang tertidur saat ini akan terbangun karena perbuatannya.

Azami meletakan baskom air yang di bawanya diatas meja nakas disamping tempat tidur milik Juza. Setelahnya Azami memeras kain putih yang sudah di celupkan di air hangat lalu melipatnya agar dapat di letakan di dahi Juza.

Dengan perlahan Azami mengambil kain kompres di dahi Juza, lalu ditempelkan punggung tangannya pada kening Juza untuk mengukur suhu tubuh pria tersebut.

"Demamnya masih cukup tinggi." Gumam Azami sambil meletakan kain kompres yang sudah dirinya siapkan tadi pada kening Juza.

Setelahnya kini tatapan mata Azami beralih pada tubuh Juza yang ternyata tidak menggunakan pakaian sama sekali. Azami dapat melihat perban yang melilit pundak bagian kanan Juza.

"Itu pasti rasanya sakit." Gumam Azami sambil memegang bagian tubuhnya sendiri yang pernah tertembak saat dirinya di rampok.

Kedua tangan Azami terulur untuk menaikan selimut yang digunakan Juza sampai sebatas leher pria itu.

Ditatapnya cukup lama wajah Juza yang sedang tertidur saat ini. Azami bergumam dalam hati, menyayangkan Juza yang menjadi seorang ketua gangster. Dengan wajah tampan yang dimiliki pria itu, Azami yakin Juza pasti akan sangat terkenal jika menjadi seorang model ataupun aktor.

Setelah cukup lama menatap wajah Juza, kini Azami mengalihkan tatapan pada ponsel miliknya. Dirinya baru teringat jika Renji sudah mengirimkan data-data yang dirinya minta melalui email. Sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat untuk membaca semua data itu sambil dirinya menjaga Juza, seperti apa yang di lakukan pria itu saat dirinya sedang berada dirumah sakit saat tertembak.

Sambil membaca data yang di kirimkan Renji, sesekali Azami juga mengganti kain kompres milik Juza.

Helaan nafas Azami hembuskan saat menyadari jika suhu tubuh Juza tidak mengalami penurunan, melainkan suhu tubuh Juza kini bertambah tinggi tingkat demamnya.

Azami menolehkan kepalanya keseluruh penjuru ruanagan Juza, berharap menemukan sebuah obat penurun demam dari dokter, agar demam di tubuh Juza dapat menurun. Namun Azami harus mendesah kecewa karena dirinya tidak menemukan jenis obat apapun di ruangan Juza.

Azami memutuskan untuk menghubungi Goshi, berharap pria itu belum tertidur dan memberikannya obat untuk Juza.

Drrtt.. Drrtt.. Drrtt.

Seulas senyum kecil tercetak di wajah Azami saat mendapati pesan balasan dari Goshi.

'Goshi-san : Keluarlah Azami-kun, aku akan memberikan obatnya pada mu.'

Tanpa menunggu lama lagi, Azami segera berjalan keluar dari ruangan Juza untuk menemui Goshi.

Saat dirinya baru saja keluuar dari ruangan Juza, Azami dapat melihat Goshi yang berjalan menuruni tangga dari lantai tiga.

"Azami-kun ini obat yang diberikan oleh dokter untuk kakak ku." Ucap Goshi menyodorkan sebuah kantung plastik berisikan beberapa macam obat.

"Terimakasih Goshi-san. Aku akan menyuruh Juza-san untuk meminum semua obat ini." Balas Azami yang membuat Goshi memasang ekspresi meringis.

"Uhm, Azami-kun. Sebaiknya, jika kakak ku menolak meminum semua obat ini, kau jangan memaksanya. Karena kakak ku sejak kecil sangat susah sekali untuk meminum obat, meski dia bisa melakukannya, Tetapi dia sangat enggan untuk meminumnya."

Azami mengertukan dahinya heran. "Jika dia tidak meminum obatnya, makanya lukanya akan semakin lama sembuh."

Helaan nafas panjang Goshi hembuskan. "Ya, tetapi dia tetap bersikeras untuk tidak meminum obatnya."

Azami terdiam sesaat menatap kantung plastik berisikan obat medis itu. "Baik, aku akan mencari cara agar Juza-san meminum obat ini."

Goshi menganggukan kepalanya. "Baiklah, kuserahkan padamu. Tetapi jangan terlalu memaksanya."

"Ya, aku tidak akan memaksanya. Kalau begitu aku kembali masuk kekamar Juza-san. Selamat beristirahat Goshi-san." Ucap Azami sambil membungkukan badanya sebentar, lalu berjalan kembali memasuki ruangan Juza.

Azami melirikan matanya bergantian pada kantung plastik berisakan obat dan juga pada Juza yang masih tertidur. Jika Goshi berkata Juza tidak ingin meminum obatnya, maka dirinya tidak boleh memaksanya. Sedangkan meminum obat-obat ini adalah hal yang penting bagi diri Juza.

Azami terdiam sesaat memikirkan cara agar Juza dapat meminum obat ini, tanpa melakukan penolakan.

"Ah, aku rasa aku akan menggunakan cara itu." Gumam Azami berjalan menuju meja nakas milik Juza, lalu menuangkan air kedalam gelas milik pria itu.

"Kuharap kau tidak akan terbangun saat aku memberimu obat-obat ini."

Kini Azami membuka satu persatu obat yang harus diminum oleh Juza. Obat-obat yang memiliki besar ukuran berbeda dengan total enam butir.

Azami lebih dulu mengambil lima butir obat yang memiliki ukuran cukup kecil, lalu memasukannya kedalam mulutnya. Tidak lupa juga Azami meminum air mineral yang sudah dituangkannya tadi kedalam gelas.

Azami bergerak maju mendekatkan wajahnya pada wajah Juza, lalu dengan perlahan Azami mendekatkan bibirnya pada bibir Juza untuk menyalurkan obat-obat di dalam mulutnya agar dapat diminum oleh Juza.

Setelah memastikan tidak ada obat yang tertinggal di rongga mulut Juza, Azami kembali melakukan hal yang sama untuk memasukan obat berukuran besar kedalam mulut Juza sampai obat itu benar-benar dapat di minum oleh Juza.

Azami sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Juza saat dirinya merasakan jika pria akan terbangun. Ternyata benar saja, kedua kelopak mata Juza kini perlahan terbuka,

"Ah maaf, apa aku membangunkan mu?" Tanya Azami yang masih belum di respon oleh Juza yang kini tengah menatap dirinya.

"Apa yang kau lakukan pada ku tadi?" Tanya Juza yang membuat Azami terdiam sesaat.

"Aku membantu mu untuk meminum obat." Jawab Azami singkat.

Juza memilih terdiam menatap wajah Azami yang ekspresinya tidak mengalami perubahaan saat menjawab pertanyaannya.

"Aku ingin minum." Ucap Juza melirikan matanya kearah gelas yang berada di meja nakasnya. Azami yang melihat lirikan mata Juza pun mengulurkan sebelah tangannya untuk mengambil gelas tersebut.

"Aku akan membantu mu untuk duduk." Ujar Azami yang baru saja ingin mengulurkan sebelah tangannya yang bebas untuk membantu Juza duduk, terhenti saat Juza menahan tangannya yang bebes itu.

"Mengapa kau tidak membantu ku minum menggunakan cara tadi saat kau membantu ku meminum obat?"

Azami terdiam mendengar pertanyaan Juza. Dirinya mengarahkan tatapan matanya kearah manik mata Juza yang kini juga sedang menatap kearahnya.

"Baiklah jika itu maumu. Aku membantu mu untuk minum dengan cara yang tadi." Jawab Azami yang kini langsung meminum air di dalam gelas milik Juza.

Juza yang mendengar jawaban Azami sedikit terkejut karena Azami sama sekali tidak menolak dirinya.

Kini Azami mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Juza. Juza yang menyadari Azami semakin mendekatkan wajahnya pun, membuka bibirnya perlahan untuk mempermudah Azami.

"Apa itu masih kurang?" Tanya Azami yang di balas dengan dehaman oleh Juza.

Azami pun kembali meminum air kembali, lalu mendekatkan lagi wajahnya pada wajah Juza. Juza pun kembali membuka bibirnya.

Azami yang ingin menjauhkan kembali wajahnya dari Juza, tersentak kaget saat merasakan tekanan pada tengkuk lehernya yang membuat dirinya tidak bisa menjauh dari Juza.

Azami dapat merasakan lumatan pada bibirnya dan perlahan dirinya juga merasakan Juza memainkan lidahnya.

Juza yang merasakan sepertinya Azami mulai kehabisan oksigen pun, menghentikan kegiatannya dan kini memberikan jarak antara wajahnya dan wajah Azami.

Dengan deru nafas memburu, Azami menatap wajah Juza tanpa ekspresi di wajahnya. Dirinya masih cukup terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan Juza kepadanya.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Juza yang kini sebelah tangnnya sudah tidak menahan tengkuk leher Azami.

Azami yang sudah tidak berada dalam kunkungan Juza pun menolehkan kepalanya untuk melihat jam dinding yang berada di ruangan Juza.

"Jam setengah lima pagi. Lebih baik kau kembali beristirahat Juza-san." Jawab Azami yang hendak beranjak dari tempat tidur Juza, namun tertahan saat Juza menahan pergelangan tangannya.

"Kau, ingin kemana?" Tanya Juza melayangkan tatapan tajam pada Azami.

"Aku hanya akan berpindah ke bangku itu, lalu membiarkan mu untuk beristirahat kembali." Jawab Azami menunjuk kursi yang sedari tadi diirinya gunakan untuk menjaga Juza.

"Apa kau tidak akan beristirahat?" Tanya Juza lagi yang direspon gelengan kepala oleh Azami.

"Tidak, aku akan memastikan kau kembali tertidur. Lalu setelahnya aku akan langsung pergi bekerja."

Juza menggeser sedikit tubuhnya memberikan jarak diantara dirinya dan Azami. "Kau tidurlah disini. Hari ini kau ku izinkan untuk libur karena sudah merawat ku."

Azami mengerutkan dahinya heran. "Tidak, aku akan tetap pergi bekerja hari ini."

"Bagaimana kau akan bekerja jika kau semalaman tidak beristirahat?"

Azamai mengankat kedua bahunya acuh. "Aku sudah cukup terbiasa bekerja tanpa beristirahat semalaman."

Juza mengehela nafas panjang. "Ya, ya. Terserah kau. Jika kau jatuh sakit aku tidak akan perduli padamu."

Sebuah kerutan tercetak diwajah Azami melihat sikap Juza yang sangat berbeda dari biasanya.

"Tenang saja, jika aku jatuh sakit aku tidak akan merepotkan mu lagi, Juza-san." Balas Azami yang sama sekali tidak direspon oleh Juza.

"Kalau begitu aku keluar dulu. Selamat beristirahat."

Setelahnya Azami berjalan keluar dari ruangan Juza, meninggalkan pria itu yang masih tidak merespon perkataannya.

Sesampainya didalam ruangannya, Azami menggelengkan kepalanya pelan lalu menghela nafas panjang.

"Seharusnya aku biarkan saja pria itu meminum obatnya sendiri."

Siguiente capítulo