webnovel

Chapter 07 : Kesenjangan Level

Keheningan tercipta.

Kecanggungan pun memadat, memenuhi suasana.

Tantangan dari lelaki yang menamai dirinya Kibera itu membuat semua tersentak kaget, terutama Natt. Dari gelagat yang diperlihatkan, tampak jelas kalau dirinya adalah player yang jauh lebih hebat dari pada Astronov. Natt sangat memahami hal itu.

Lelaki itu menyarungkan katananya lalu menggenggamnya di tangan kiri. Kemudian ia melirik sekeliling dan mulai menentukan langkah selanjutnya.

"Sebelum engkau menjawab tantanganku …." Kibera berjalan mendekati bola biru yang mengambang di udara dan melempar sebuah benda ke arahnya. "Semoga [Revival Stone] milikku tidak terbuang percuma."

Dalam sekejap mata, bola biru itu memancarkan cahaya benderang dan perlahan mewujudkan sesosok manusia dari kilauannya. Astronov pun berhasil dihidupkan kembali dengan HP setengah penuh dalam keadaan bersimpuh, tunduk.

"Sialan!" Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Astronov. "Kenapa aku bisa kalah?"

Kibera sedikit mendesah sebelum berbicara. "Sungguh pertanyaan yang aneh. Mengapa kau tidak belajar dari kegagalan yang baru saja kau dapatkan?"

Astronov menggeretakkan giginya. Rautnya begitu culas. Amarahnya keluar tak terkendali bersama kedengkian yang tak reda meski ia telah mati sekali. "Aku tidak gagal, Kibera! Dia … Assassin Kampung itu pasti melakukan kecurangan! Bagaimana mungkin—"

Tak sempat Astronov menyelesaikan kalimatnya, Kibera langsung mengaktifkan sebuah skill terhadap rekannya tersebut. "Guild Authority, Force Teleport – Noble Prison!"

Skill yang digunakan Kibera adalah skill unik yang hanya dimiliki oleh guild founder. Kemampuan tersebut dapat memindahkan Astronov ke guild base—tepatnya ke penjara untuk anggota yang mencemarkan nama baik serikatnya.

Semua semakin tersentak kaget. Perlakuan yang tanpa basa – basi itu mengesankan dirinya bagai seorang otoriter. Tetapi dalam sudut pandang yang lain, tindakan Kibera sudah sangat tepat untuk tidak membiarkan Astronov semakin mencoreng wajah guild di hadapan player asing—apalagi anggota guild yang baru.

Setelahnya, ia langsung menatap kelompok juniornya yang telah berkumpul di satu sisi.

"Kalian juga segera kembali ke guild base dan tunggu perintah selanjutnya dari petugas guild yang ada di sana." Ucapannya sangat tegas dan mudah dimengerti.

Kelompok binaan Astronov pun memberikan hormat dan lekas mengikuti perintah Kibera untuk melakukan teleport ke guild base.

Sepeninggalnya kelompok tersebut, fokus lelaki bertubuh tinggi dengan rambut hitam pendek berponi samping itu kembali pada Natt dan kawan – kawan.

"Maaf atas pemandangan yang tidak mengenakkan sebelumnya. Sekali lagi aku akan memperkenalkan diri. Namaku adalah Kibera. Salah satu pendiri dari Guild Arkadia. Sebagaimana aturan dalam guild kami, setiap kekalahan harus dibayar kontan. Sebabnya aku ingin engkau menerima tantangan duelku yang sebelumnya."

Natt berpikir sejenak, menimbang bisikan rekannya yang baru saja didengarnya. Kemudian ia maju mendekat hingga bisa melihat dengan jelas mata Kibera yang berwarna biru safir yang memancarkan keseriusan dan keanggunan.

"Tidak mengapa. Sebelumnya, maaf mengecewakanmu, tetapi aku tidak ingin berduel lagi. Aku harap engkau bisa memakluminya." Ucapan Natt juga sama santunnya mengimbangi lawan bicaranya. Hal yang sudah sepantasnya, kesopanan dibalas kesopanan.

Alasan penolakan Natt untuk berduel adalah nasehat dari GranNea untuk tidak berduel dengannya. Sebab Kibera adalah player berlevel 100 dan merupakan salah satu dari dua puluh player PVP terbaik di server Baratayudha.

"Itu gawat," balas Kibera sembari mengelus dagunya. "Aku mengajukan duel juga untuk merebut equipment Astronov yang telah menjadi milikmu tersebut."

Apa yang dibicarakan Kibera adalah penalti yang didapatkan dari Death Match Duel, yakni salah satu equipment yang dimiliki oleh player yang kalah akan terjatuh secara acak dan berpindah kepemilikan.

"Tidak masalah, Kibera. Aku akan memberikannya padamu secara cuma – cuma." Natt membuka inventory-nya dan mencari perisai yang baru saja ia dapatkan.

"Engkau sangat baik sekali. Aku berterima kasih karena telah mempercepat prosesnya." Kibera menundukkan kepalanya sedikit. "Kalau boleh tahu, siapakah namamu?"

Natt tanpa menaruh curiga, ia lekas menjawab dengan santai. "LD.Rexhea,"

"LD … Rexhea?"

Natt mengabaikan balasan kata dari Kibera. Tak lama, ia menemukan perisai Astronov dan lekas mengirimkan permintaan [Trade] kepada player yang ada di hadapannya.

Jemari kibera hendak menemukan tombol 'Yes', tetapi telunjuknya langsung melesat pada tombol 'No'.

Natt kebingungan. "Mengapa engkau menolaknya?"

Lelaki itu mendadak tersenyum dan mengeluarkan tawa yang sedikit mencekam.

"LD.Rexhea, mengapa engkau kembali ke dalam Crown of Six?" Kesopanan pada nada bicaranya telah hilang dan menjadi sedikit meninggi—sedikit angkuh.

Natt terdiam sesaat. Perubahan nada bicara pada lelaki tersebut cukup mengejutkannya.

"Aku hanya ingin bermain saja. Tidak lebih."

"Oh? Bermain – main? Begitu pula dengan duelmu melawan Astronov?" Tatapan Kibera semakin tajam.

"Tentu tidak," balas Natt dengan sedikit tersenyum. "Aku hanya mengajarinya dasar bermain DVMMO-RPG saja. Kesombongannya hanya karena memiliki level yang lebih tinggi itu perlu diberikan koreksi."

Ucapan Natt seketika dibalas oleh petir yang menyambar keluar dari tubuh Kibera. Meski berhasil dielakkan, Natt tetap saja merasa kesal. Keramahan pada wajah sang Assassin pun lenyap seketika.

"Dapat menghindari Chain Lightning milikku, player legendaris memang sesuatu yang hebat. Tetapi, kesombonganmu itu perlu dijatuhkan ke dasar neraka, kau tahu?" Kibera mengirim permintaan duel kepada Natt. Wajahnya tersenyum remeh. Lalu melanjutkan ucapannya dengan nada merendahkan. "Aku punya alasan untuk mengajarimu sebuah kenyataan baru."

"Ho …." Hanya suara itu yang keluar dari bibir sang Assassin.

Saat ini, Natt terjebak pada dua pilihan. Menjaga harga diri sebagai veteran player ataukah menerima hinaan Kibera dan melanjutkan misi rahasianya dengan damai? Tentu saja Natt tahu apa yang menjadi prioritasnya saat ini.

"Kesombonganmulah yang akan terlepas dari wajah tampanmu, Kibera." Natt pun menerima tantangan [Death Match Duel] dari Kibera.

"EHHH?!" Semua anggota party Natt pun terkejut bukan kepalang. Harusnya, mereka akan mulai membagi hadiah dari misi di White Sheeper dan merencanakan kapan akan mabar selanjutnya. Tetapi, tindakan sang kapten membuyarkan segalanya.

Nasi sudah menjadi bubur, begitulah kata pepatah lama. Semua rekan Natt pun mundur hingga ke luar zona duel. Mereka hanya bisa diam menunggu sembari geleng – geleng kepala. Meski demikian, pertarungan ini pasti akan memberikan banyak informasi yang bisa mereka ambil. Setidaknya, begitulah apa yang ada di pikiran sang Wizard.

Natt masih memakai pengaturan yang sama pada duel sebelumnya. Dan menunggu lelaki yang ada di hadapannya selesai mengatur persiapannya.

Kibera mengganti jas pesta elegannya dengan kostumnya yang baru. Sekarang ia mengenakan kemeja biru yang dilapis jas berekor warna hitam dengan pinggiran yang berlapis emas. Sebuah bros permata biru juga ikut menghiasi dadanya. Mantel pendek tanpa lengan yang menutupi bahu kirinya ditimpah oleh pauldron berwujudkan kepala naga dengan taring berwarna biru. Corak biru dan emas pada seragamnya sangat elegan dan indah dipandang mata, mengesankan sang pemakai adalah seorang pemain kelas atas.

Saat bersentuhan dengan tanah, sepatu boot tempurnya mengeluarkan listrik yang menyambar – nyambar dan menimbulkan api kecil di sekitarnya. Tidak hanya sepatunya, tetapi seluruh pakaiannya juga mengeluarkan sengatan listrik yang sangat membiru dan ganas. Bahkan corak yang ada di pakaiannya seolah menjadi bercahaya.

Saat katana hitam legamnya dicabut dari sarungnya, kilatan bercahaya biru yang mengagumkan juga menyinari hingga ke seluruh penjuru hutan. Sayangnya, kilatan biru itu sangat tidak bersahabat dan menyengat—membakar segala yang bersentuhan dengannya.

Saat menyaksikan betapa hebat lawannya, Natt merasa senang. Adrenalinnya begitu tertantang, membuatnya tak sabar menghadapi lawan yang memiliki perbedaan level hingga 29 tingkat.

Periode standby tinggal beberapa detik lagi. Natt telah menggenggam erat belatinya dan memasang kuda – kuda. Di dalam kepalanya, ia telah menyusun kombinasi skill yang akan membuat lawannya tak berkutik.

3 ….

2 ….

Fokus Natt semakin tajam. Ia tak ingin sedetik pun terbuang percuma.

—1!

[Duel Start!]

"Steal—" Rencana Natt adalah sesegera mungkin menghilang dan mengecoh lawannya, tetapi mulutnya tidak sempat selesai mengaktifkan skill miliknya—

—Dalam sepersekian detik, seekor naga petir yang amat besar melahap sang Assassin.

Siapa pun tak sempat berkedip saat Kibera menggunakan skill [Dragon Jaw] untuk menyerang lawan duelnya. Bahkan ekspresi mereka masih sama seperti sebelumnya. Seolah membeku—terhenti oleh dewa waktu yang berpihak pada Kibera yang dijuluki Blue Lightning, sang Pemilik Taring Dexwyrm.

Saat satu detik kembali bergerak, ledakan spektakuler pun menggetarkan seluruh penjuru hutan. Dibarengi deruan angin yang dahsyat seolah mampu menghempas pepohonan yang mengelilinginya. Sebuah kawah api yang memanjang pun terbentuk oleh jejak sang naga petir saat menyerang musuh majikannya. Dan tepat berada di ujungnya terdapat sebuah bola bercahaya biru yang mengambang tanpa suara.

Kibera Wins!

[Adamantite Shield] didapatkan oleh Kibera!

[Unique Treasure : Chimera Strike] didapatkan oleh Kibera!

Moddy, GranNea, dan Moowah terkejut tak percaya. Bukan. Mereka bahkan tidak sempat bereaksi sama sekali. Mulut mereka membeku, tangan mereka juga tak sanggup bergerak. Bahkan bagi GranNea yang telah memikirkan bagaimana Natt mungkin akan dikalahkan, setidaknya sang Assassin pasti mampu memberikan perlawanan. Tetapi yang disaksikannya adalah ketidakberdayaan sang player legendaris tersebut.

Sebuah duel tanpa perlawanan. Sebuah pembantaian sebelah pihak.

"Sampaikan kepada LD.Rexhea, bahwa dia dan keempat belas rekannya adalah fosil masa lalu. Zaman telah berganti, pulanglah kembali ke kuburan dan pensi secepatnya. Keberadaan kalian tidak diperlukan di dunia ini."

Setelah mengucapkan perkataan kasarnya, Kibera melambaikan tangannya sembari melepaskan senyuman yang kecut. Kemudian ia segera mengunakan guild skill [Return to Base] dan lenyap menjadi bulir – bulir cahaya.

Sementara itu, Natt masih tersentak kaget dengan kekalahannya. Tulisan [YOU LOSE] pada layar hologram di depan matanya masih terpampang jelas. Kegelapan pekat yang menyelimutinya adalah bukti nyata yang tidak bisa ia bantah.

"Aku bahkan tidak sempat bereaksi, huh," desir Natt dalam hati yang mendadak pekat.

Tak berapa lama kemudian, Natt pun kembali dibangkitkan oleh GranNea dengan menggunakan [Revival Stone] miliknya.

Saat telah kembali sepenuhnya, ia merasa canggung untuk memulai percakapan dengan anggota party-nya.

"Hahaha. Ternyata memang tidak mungkin, ya?" Tawa Natt itu terkesan dipaksakan. Tetapi rekan – rekannya mengerti betapa jauh kesenjangan kekuatan di antara mereka.

"Kan sudah saya bilang, Mas Rexhea. Kenapa masih keras kepala, sih?" GranNea menggeleng – gelengkan kepalanya sejenak, raut pada wajahnya sedikit mengerut. "Perbedaan level 100 dengan 90 itu bagaikan bumi dan langit. Apalagi dengan level 71 seperti kamu, Mas Rexhea."

"Yah … aku terlalu penasaran dengan perbedaan itu, GranNea. Maaf telah mengabaikan nasehatmu."

Permintaan maaf dari Natt menorehkan senyuman yang lembut di wajahnya yang jelita.

"Tapi memang kekuatan dari salah satu DPS utama guild terkuat di server memang sangat luar biasa, Kapten." Moowah menggaruk – garuk kepalanya, kemudian mengangguk – angguk seolah memahami segalanya. "Kalau aku pasti sudah terkencing – kencing di celana saat menghadapinya saja."

Meski ucapannya nyeleneh, tetapi keseriusan pada raut wajah Moowah itu patut diacungi jempol. Semua jadi tertawa karenanya. Suasana yang canggung itu berhasil dicairkan oleh Moowah dalam satu ujaran jenaka.

"Tetapi … meskipun dia adalah player terhormat, apa yang dikatakan oleh Kibera itu sangat kasar sekali, menurutku," ujar Moddy dengan sorot mata yang memancarkan kekesalan.

"Memangnya apa yang dia katakan, Moddy?" tanya Natt.

Moddy tampak sedikit ragu, tetapi anggukan dari rekannya yang lain membuatnya berani untuk berbicara.

Moddy menjelaskannya. Semua tanpa ada yang terlupa.

Mendengar betapa menyakitkan sarkasme yang diujarkan lawannya membuat Natt tertawa begitu keras. "Aku mengerti. Ternyata ini yang dimaksud oleh Rachel. Aku memang bukan siapa – siapa lagi."

Natt menghela napasnya dan kembali mengingat baik – baik peringatan dari sang Game Master.

"Apa maksudnya, Kapten Rexhea?" Moddy penasaran dengan gumaman Natt yang didengarnya.

"Tidak ada, Moddy. Aku hanya berbicara sendiri." Natt yang berada di tengah – tengah rekannya pun berdehem sekali dan menepuk pahanya. "Jadi, kapan kita akan membagi hadiahnya?"

***

Empat kopi terhidang di atas meja. Aroma yang begitu memikat membuat cairan hitam itu lenyap dengan cepat. Sebuah kelezatan yang mampu menyambangi otak tanpa perlu diolah di dalam lambung asli mereka.

"Kalau begitu aku akan mentransfer hadiah sesuai perjanjian awal." Setelah puas meminum kopinya, Natt lekas membuka inventory dan mengirim item yang dimaksud.

Bunny Ears UR untuk GranNea.

Slime Shield dan Goblin Shield untuk Moowah.

"Terima kasih banyak, Mas Rexhea!" GranNea tersenyum dan tampak tidak sabar untuk mengenakannya. Tetapi, ia tidak akan menggunakannya di depan umum.

"Sama – sama, GranNea."

"Woooah! Engkau memberikanku Goblin Shield juga, Kapten?!" Air mata dari avatarnya terus bercucuran seperti air mancur. "Aku tidak akan melupakan kebaikanmu, Kapten!"

Natt tertawa pelan melihat reaksi Moowah yang selalu berlebihan. "Lagian aku tidak bisa menggunakan perisai, kan? Jadi barang itu jauh lebih bermanfaat untukmu, Moowah."

"Ahhh! Kapten terlalu baik! Aku bisa jatuh cinta denganmu, Kapten!"

"Jangan," jawab Natt seketika.

Semua tertawa melihat reaksi penolakan Natt dengan wajah datarnya.

Moddy sekilas ragu, tetapi ia harus menyampaikan perasaan yang tengah membanjiri sanubarinya. "Terima kasih Moowah, GranNea, Kapten Rexhea. Karena telah membantuku untuk menyelesaikan misi ini. Sekali lagi, saya ucapkan banyak terima kasih."

Moddy menundukkan kepalanya. Wajahnya yang terlihat saat mengangkat kepalanya itu tampak berseri – seri. Keceriaannya yang hangat juga mengundang senyuman ketiga rekannya.

"Terima kasih kembali, Moddy," balas semuanya.

Moddy benar – benar menikmati permainan dalam satu party. Ini adalah kenyataan baru yang ia dapatkan. Hingga tanpa disadari, sebuah kalimat meluncur dengan santai melalui bibirnya. "Jadi … kapan kita akan bermain bersama lagi?"

Sesaat tersadar akan ucapannya, ia panik dan lekas menutup mulutnya. "M-maaf, saya tidak bermaksud—"

"Besok malam lagi bagaimana?" tawar Moowah. "Yah, aku juga ingin melihat Time Worker Class milikmu, Moddy. Hahaha!"

"Saya juga penasaran dengan kombinasi skill Time Worker dengan Dual Elemental Casterku, Moddy," timpal GranNea. "Besok jika saya online, kamu hanya perlu mengirimkan undangan party-nya."

Jawaban keduanya menorehkan senyuman yang penuh rasa syukur di wajah Moddynya. Untuk pertama kalinya, Moddy mendapatkan sebuah kesenangan yang berbeda saat bermain game online. Sifatnya di dunia nyata membuat dirinya sulit mendapatkan teman bermain. Tetapi, orang – orang yang ada di hadapannya, meski mereka adalah orang yang baru saja dikenalnya, mereka mau menerima ajakannya sembari menampilkan senyuman yang indah merekah.

"B-bagaimana denganmu, Kapten Rexhea?" tanya Moddy pada sang pemimpin party.

Natt mengambil waktu untuk menjawab. Di saat terbersit secuil kekecewaan di dalam batin mereka, sebuah jawaban yang mirip perintah itu pun terdengar.

"Kita masih perlu menaikkan level, kan? Kerja sama kita juga masih berantakan. Harus lebih sering mengatur komposisi agar bisa menyelesaikan misi yang lebih sulit lagi. Jadi, kalian yang tentukan jadwalnya."

Perkataan Natt tersebut bagaikan angin segar yang menghapus kabut keraguan dan kekecewaan di benak mereka.

"K-kapten! I lop yuu!" Ungkapan kegembiraan itu terlintas begitu saja dari bibir Moddy dan Moowah.

"Hentikan! Aku masih normal!" Tatapan Natt yang tiba – tiba bete, kembali membuat semuanya tertawa gembira.

Kriiing! Kriiing!

"Ah, itu alarm milik saya." GranNea segera mematikan alarmnya. "Sepertinya sudah waktunya bagi saya untuk beristirahat. Sampai jumpa besok, Moddy, Mas Rexhea. Selamat malam."

"Selamat malam, GranNea," jawab ketiganya.

GranNea melambaikan tangan sembari tersenyum dan lekas menjadi bulir – bulir cahaya—GranNea telah log out.

"Kalau begitu aku juga harus tidur," ujar Moowah. "Besok aku harus beres – beres. Tetapi tenang saja! Aku pasti akan main besok malam!"

Moowah lekas logout setelah mengucapkan selamat malam kepada kedua rekannya. Sekarang tersisa Natt dan Moddy yang masih duduk bersebelahan.

"Kalau begitu saya juga sudahan dulu, Kapten. Pekerjaan besok cukup menyibukkan."

"Tentu. Beristirahatlah yang cukup, Moddy."

Moddy tersenyum dan melambaikan tangannya. Segera, ia pun log out dan meninggalkan Natt sendirian di dalam kafe White Sheeper.

Sampaikan kepada LD.Rexhea, bahwa dia dan keempat belas rekannya adalah fosil masa lalu. Zaman telah berganti, pulanglah kembali ke kuburan dan pensi secepatnya. Keberadaan kalian tidak diperlukan di dunia ini.

Perkataan Kibera masih berdengung keras di dalam kepalanya. Meski ia tak memperlihatkan pada raut wajahnya, namun gejolak membara di dalam dada itu liar dan nyata.

Natt menghela napasnya sekali, mencoba memadamkan api di dalam dirinya.

Beberapa menit berlalu, panas di dalam batinnya tak jua lenyap. Ia pun berdiri dan beranjak pergi dari White Sheeper menuju Freedom Assciation. Ia harus mendapatkan quest dan menaikkan level karakternya sekaligus untuk mengabaikan kesesakan di dadanya.

Sesegera mungkin. Secepat mungkin.

Di dalam perjalanannya menuju Freedom Association, sebuah pesan pun masuk dan membuatnya berhenti melangkah.

Anda menerima sebuah Gift Box dari GM – Rachel!

Natt berpindah ke tempat yang lebih sepi kemudian tanpa ragu membuka isinya. Tiba – tiba saja Birdie keluar dari inventory setelah Gift Box itu dibuka olehnya.

"Akhirnya aku bisa terhubung denganmu juga."

Itu bukan suara Natt. Suara itu keluar dari burung seharga 15 juta yang tiba – tiba berbicara.

Sesaat burung itu menghadapkan wajahnya kepada sang majikan, ia tiba – tiba berputar – putar layaknya balerina dan memperlihatkan wajah polos tak berdosa. "Rachel di sini! Bagaimana bagaimana? Keren, kan? Aku bisa masuk ke dalam companion milikmu!"

Wajah Natt mendadak sumpek. Ia langsung menadahkan tangannya. "15 juta."

Rachel terpatung. "Eh? Beneran?"

Natt menghempaskan napasnya yang berat. Melihat kelakukan GM yang seolah memiliki kepribadian ganda semakin menambah kelelahannya. "Jadi kenapa engkau muncul dari companion milikku, Rachel?"

Setelah sempat tersentak kaget dengan palakan Natt yang tiba – tiba, Rachel pun berbicara layaknya agen rahasia. "Fufufu. Tentu saja aku datang membawa informasi rahasia."

Itu bukan jawaban yang Natt inginkan. Tapi sudahlah.

"Rahasia apa?"

"Sebuah tempat agar kamu bisa menaikkan level dan membalaskan kekalahanmu melawan Kibera."

"Aku tidak peduli dengan itu."

"Tentu saja kau peduli, Rexhea. Engkau adalah player yang tidak ingin dikalahkan orang lain dengan telak seperti itu, kan? Meski bibirmu berdusta, namun hatimu adalah player yang memiliki harga diri yang tinggi."

Natt menggeram. Ia kesal pada Rachel yang mengetahui kebenaran isi hatinya.

"Jadi … bagaimana caranya agar aku bisa cepat naik ke level 100?"

"Kalau ke level 100 itu tidak mungkin. Tetapi setidaknya aku bisa membawamu ke tempat yang akan memberimu 100 juta EXP."

"Hmm … Berarti tidak sampai level 80, ya?"

"Tentu saja tidak. Namun, boss monster yang menjadi lawanmu sangat cocok untuk mengasah kemampuan dan reflexmu yang masih kaku, Rexhea."

Lagi – lagi perkataan Rachel tepat mengenai lubuk hatinya dan itu membuatnya cukup kesal. Tetapi, Natt akan lebih dongkol jika tidak cepat – cepat membalaskan kekalahannya yang mengenaskan. Paling tidak, jika ia menemui player berlevel 100 lagi, ia tidak akan menderita kekalahan yang menyedihkan.

"Sebelum kamu membawaku ke sana … Rachel, aku menemukan empat crystal aneh. Mungkin ini petunjuk yang berguna."

Rachel terbang—bersandar pada pundak sang Assassin lalu melihat isi dari inventory-nya. Sorot mata kecilnya mengikuti ke mana telunjuk sang Assassin berhenti.

"Reggression Crystal. Di mana kau mendapatkannya?"

"Di dalam Goblin Lair. Kristal ini adalah drop item dari empat goblin hitam berlevel 10."

Sayapnya yang kecil digunakan untuk mengelus – elus dahinya. "Aku tidak menyangka Devox telah sampai ke sana."

"Devox? Jadi mereka melakukan hal semacam itu?"

"Benar, Rexhea. Mereka biasanya memodifikasi monster. Tetapi dampak dari Modded Monster masih belum diketahui rentang batasannya. Bisa jadi tidak berdampak apa – apa hingga menyebabkan corrupt pada akun player yang diserangnya."

"Hmm … cukup mengerikan," sahut Natt sembari mengelus dagunya.

Ia teringat kalau Moddy dan Moowah sempat terkena serangan dari modded monster. Namun Natt yakin akun mereka akan baik – baik saja.

"Aku juga belum mendapatkan penjelasan lebih dalam tentang Devox dan Rafatar, kan?"

"Aku akan menjelaskannya nanti, Rexhea. Sebelum itu …." Sang burung seolah mengetik sesuatu di udara, kemudian sebuah Gift Box didapatkan oleh Natt sekali lagi.

Natt langsung membuka hadiah itu dan memperoleh [Transporter], sebuah item berbentuk portal hitam di dalam tas penyimpanannya.

"Masukkan empat kristal tersebut ke dalam Transporter," ujar Rachel. "Dan kristal itu akan terkirim ke dalam penyimpanan milikku. Karena GM dan player biasa tidak bisa melakukan trading, ini satu – satunya cara yang tersisa. Dan juga, Regression Crystal ini bukan petunjuk yang berarti dalam kasus yang kita tangani saat ini, Rexhea. Itu hanya bukti dari monster yang telah mengalami kerusakan."

"Tidak masalah. Aku juga tidak berharap banyak dari goblin berlevel 10," sahut Natt sembari mengirim empat kristal tersebut. Cara mengirimnya cukup mudah, mirip metode click & hold jika menggunakan pointer di PC.

Setelah Natt mengirimnya, burung yang dirasuki Rachel berhenti bergerak—tidak aktif beberapa sesaat. Natt sadar itu berarti Rachel sedang login ke akun GM nya.

"Baiklah, Rexhea. Aku sudah menerimanya. Sekarang aku akan membawamu ke tempat leveling yang kusebut sebelumnya. Pertama, ambil weekly quest untuk membersihkan tikus di saluran air bawah tanah."

Natt bergegas masuk ke dalam Freedom Association dan mengambil quest yang dimaksud oleh Rachel.

"Lalu?"

"Selanjutnya kita akan pergi ke kota Half-BeastMen berada, City of Eldoria."

"Tunggu. Mengapa harus ke sana? Bukankah misi ini ada di saluran bawah air kota Sereneau?"

"Ini adalah tips dari GM, Rexhea. Kau tidak perlu ragu."

Natt ragu. Natt benar – benar ragu. Hal itu bisa terlihat jelas dari sorot matanya yang sedikit memancarkan rasa percaya pada otak burung yang dirasuki Rachel. Khawatir kalau itu akan mempengaruhi kapasitas berpikir wanita tersebut.

Tak lama menimbang, Natt pun mengikuti saran yang kurang meyakinkan tersebut.

Natt membuka peta hologram dan mencari Kota Eldoria berada. Setelah menemukannya, ia bermaksud untuk melakukan teleportasi, tetapi tombol [Teleport to] tidak muncul sama sekali. " Hmm … Kenapa tidak bisa?"

"Ah! Aku lupa mengatakannya, Rexhea. Sejak pembaharuan dua tahun lalu, teleportasi hanya bisa dilakukan jika player dan populasi utama kota tersebut memiliki jenis ras yang sama."

"Eh? Jadi aku harus berlarian ke sana? Sejauh 250 kilometer?" Jarak tersebut tertera jelas di dalam peta.

"Kau bisa menaiki kendaraan umum NPC ataupun menumpang pada player lain, Rexhea."

Tatapan mengenaskan Natt keluar dan ditujukan pada burung yang sedang dirasuki wanita bernama Rachel. Tatapan yang dipenuhi kekesalan yang bertumpuk - tumpuk.

"Hentikan tatapan jelekmu dan lekas berlari. Aku tidak ingin begadang malam ini."

"Cih! Harusnya kau yang menyediakan mount untukku, Rachel."

"Hentikan keluhan tidak berguna itu, Natt—maksudku, Rexhea."

"Ya ya ya."

Jika menggunakan Mount seperti kuda, maka 250 kilometer bisa ditempuh dalam waktu 40 menit, dan akan lebih cepat lagi jika memperoleh jenis kendaraan yang memiliki tingkat kelangkaan tinggi.

Sayangnya, Natt tidak memiliki barang mewah seperti itu. Dari dulu, ia hanya menumpang naik karpet terbang LD.Commandead ataupun monster panggilan milik LD.Ameryne. Sebab Natt adalah player F2P yang melewati neraka grinding agar bisa mengejar ketertinggalannya.

Natt cuma bisa mendesah saat kenangan lamanya timbul kembali ke permukaan. Setelah menggelengkan kepalanya sekali, ia bergegas berlari untuk menemukan kendaraan umum milik NPC yang bisa ia tumpangi. Sementara sang burung malah bertengger di pundak sang Assassin dan bersantai ria dengan kicauannya.

***

Siguiente capítulo