webnovel

Penghibur hati.

Satu minggu berlalu, kini Echa masih mengurung diri di dalam kamar nya, ia benar-benar merasa terpuruk dan hancur, Echa tak lagi memiliki masa depan, yang ada di pikiran Echa sekarang hanyalah keluar dari rumah itu, atau mati saja.

Malam itu, Echa yang bersiap akan tidur, tiba-tiba bi Mirna mengetuk pintu kamar nya, Echa pun segera beranjak dan membuka pintu tersebut.

"Ada apa bi ?" tanya Echa.

"Ada teman non Echa di luar." kata Mirna.

"Teman ? Siapa bi ?"

"Bibi juga gak tahu non, cowok, ganteng pula." Jawab nya.

"Baiklah bi, Echa turun sebentar lagi." Echa yang menyadari bahwa yang datang adalah Alfaro, di situlah ia memiliki harapan untuk meringankan beban nya, karena Alfaro adalah teman yang sangat menghibur bagi Echa.

Echa segera mengambil jaket, dan memakai nya untuk membalut piyama pendek yang ia pakai, setelah itu ia buru-buru keluar karena takut Nathan akan segera datang.

"Kamu ngapain ke sini ?" tanya Echa.

"Aku merindukan mu, sudah seminggu lebih kamu tidak ke sekolah, kamu sakit ? Kamu pucat sekali, kamu juga kehilangan banyak berat badan seperti nya." ujar Alfaro yang melihat Echa begitu berantakan dan kurus.

"Jangan terlalu banyak berpikir, aku baik-baik saja." jawab Echa menyembunyikan keterpurukan nya yang amat mendalam.

Baru saja bi Mirna mengantarkan teh dan camilan, tiba-tiba terdengar suara deru mobil memasuki halaman, Echa pun panik, ia takut Nathan melihat Al dan semakin marah pada nya, Echa masih sangat trauma dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

"Kak Nathan seperti nya datang ya ? Aku akan menyapa nya." ujar Alfaro yang tidak mengetahui apa pun.

"Tidak, kamu tidak boleh menyapa nya, ikut dengan ku, ayo cepat." Echa pun panik, ia menarik Al untuk mencari tempat persembunyian.

"Kamar ku, bersembunyi di kamar ku." kata Echa setelah berkeliling tak menemukan tempat yang aman, Echa menarik Al menaiki anak tangga menuju kamar nya.

"Kenapa kamu membawa ku bersembunyi sampai ke kamar mu ? Lagian kak Nathan adalah teman kakak ku, dia tidak akan marah kok." ucap Al yang kebingungan dengan sikap Echa yang terlihat begitu panik.

"Masuk." perintah Echa membuka lebar-lebar pintu lemari pakaian nya.

"Kau gila ? Kau menyuruh ku bersembunyi hingga ke dalam lemari ?" ujar Alfaro yang semakin tak habis pikir dengan tingkah Echa.

"Cepat masuk sebelum terlambat." hardik Echa yang sangat begitu panik, mata gadis itu pun memerah berkaca-kaca.

Melihat ekspresi Echa yang begitu serius, Alfaro pun menuruti nya, ia masuk ke dalam lemari yang di penuhi oleh pakaian tersebut.

Braaaaakkk...

Suara pintu kamar Echa di buka dari luar.

"Siapa yang datang ? Kenapa ada dua cangkir teh dan camilan di meja ruang tamu ?" tanya Nathan dengan mimik wajah nya yang memperlihatkan kecurigaan.

"Ti_tidak ada yang datang, tadi aku minum teh sama bi Mirna di luar." jawab Echa gugup.

"Jangan membohongi ku." ujar Nathan sembari melihat sekeliling kamar Echa, ia melihat ke belakang pintu, bawah ranjang, dan balkon kamar, tak lupa ia juga memeriksa ke kamar mandi. Namun, Nathan tak dapat menemukan siapa pun di sana.

"Awas saja jika sampai menyembunyikan sesuatu dari ku." ucap Nathan dengan ekspresi sinis nya, kemudian ia pun keluar dari kamar Echa dengan raut wajah kesal.

Dengan Lega nya, Echa segera mengunci pintu kamar, dan membuka lemari yang di dalam nya ia menyembunyikan Alfaro.

"Apa yang sebenar nya terjadi Echa ? Apa kak Nathan kejam pada mu ?" tanya Alfaro yang merasa curiga dengan situasi tersebut, apalagi ia mendengar percakapan antara Echa dan Nathan tadi, seperti nya mereka sedang dalam masalah.

"Tidak ada apa-apa, lebih baik kamu segera pergi, kamu bisa turun lewat balkon kamar ini ?" ujar Echa masih sedikit panik dan khawatir.

"Kamu gila ? Balkon setinggi itu ? Aku bisa mati Echa." kata Alfaro yang memang benar ada nya.

"Hah benar, bagaimana ini ?" Echa pun kebingungan, ia harus mendapatkan cara untuk mengeluarkan Alfaro dari rumah itu.

"Apa sih sebenar nya yang terjadi ? Coba kamu ceritakan pada ku." bujuk Alfaro yang sangat mengkhawatirkan gadis pujaan nya.

"Tidak ada yang terjadi, kak Nathan hanya tidak suka aku membawa teman cowok ke rumah ini, dia hanya mencoba melindungi ku." jawab Echa berdusta, karena ia tak mungkin membeberkan aib nya sendiri.

"Oh jadi begitu, jadi kak Nathan sangat menjaga mu, baguslah." kata Al dengan perasaan lega.

"Bagaimana ini ? Kamu harus keluar dari rumah ini."

"Tenang saja, kita tunggu kak Nathan sampai tertidur, barulah nanti aku akan keluar untuk pulang, gampang kan." ujar Alfaro begitu santai.

"Kak Nathan tidur nya malam, dia selalu begadang." kata Echa.

"Tidak masalah aku akan menunggu nya."

"Kau gila ? Aku sudah sangat mengantuk, aku mau tidur." ujar Echa.

"Ya sudah tinggal tidur saja, apa susah nya ?" jawab Alfaro santai.

"Aku tidak bisa tidur selama kamu masih ada di sini."

"Kalau begitu temani aku."

"Bisakah kau tidak menyebalkan sekali saja ?"

"Kapan aku menyebalkan ? Aku selalu baik pada mu, bukankah aku malaikat penyelamat mu." ujar Alfaro dengan begitu percaya diri.

"Heh, mana ada ?"

"Hemmmm, dari pada berdebat, mari kita belajar, kau sudah absen beberapa hari, banyak sekali pelajaran yang tertinggal, ini aku bawakan buku-buku nya, jika kamu mau menyalin nya." kata Alfaro sembari mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas yang di bawa nya tadi.

"Tidak perlu, lagian aku akan berhenti sekolah." jawab Echa yang memang sudah kehilangan minat untuk pergi menuntut ilmu.

"Tidak boleh, kau ini, kemarin-kemarin kamu masih begitu semangat, kenapa sekarang jadi seperti ini ?" Alfaro pun terkejut mendengar Echa akan berhenti sekolah.

"Aku sudah tak ada minat untuk itu."

"Tak ada minat bagaimana ? Ku bilang tidak boleh ! kamu tetap harus sekolah." Alfaro terus membujuk Echa, ia tak mau pengorbanan yang selama ini ia lakukan akan sia-sia begitu saja.

"Memang nya kamu siapa ? Kenapa melarang ku ? Kamu tidak berhak !" hardik Echa dengan mata nya yang berlinang.

"Kamu kenapa Echa ? Apa yang sebenar nya terjadi ? Jika kamu mempunyai masalah, dan tidak mau menceritakan nya pada ku, ok, aku tidak akan memaksa, tapi satu hal yang perlu kamu tahu, kita masih mempunyai masa depan panjang, yang lalu biarlah berlalu, lupakan semua itu, yang terpenting sekarang mari kita melihat lurus ke depan, kita gapai impian kita bersama, jangan pernah menyerah seperti ini Echa." ujar Alfaro mencoba menenangkan Echa yang terlihat begitu terpuruk dan hancur.

"Pantas kah ? Pantas kah aku menggapai impian itu ?" ucap Echa dengan deraian air mata.

To Be Continued...

Siguiente capítulo