webnovel

Keluarga Runa

Just follow the light in the darkness

One step closer

Put one foot in front of the other

You'll get through this

- You're Gonna Be OK by Brian & Jenn Johnson -

=========

"Hghh ...." Menghela napas berat, Bu Sayuki tidak lagi tersenyum dan dia berkata, "Ya sudah, tak apa. Tinggal saja dulu di sini, Reiko." Lalu, Beliau kembali tersenyum meski itu dipaksakan.

"Yass! Terima kasih, Ibu!" Runa tersenyum lega tanpa memperhatikan senyum palsu sang ibu.

"Dia nanti tidur denganmu di kamarmu, oke!" Bu Sayuki mengerling ke putrinya.

"Jangan khawatir, Bu! Dia tentu saja akan bersamaku di kamarku." Runa begitu bersemangat sekaligus lega.

Yang Runa tahu, ibunya tergolong orang dengan karakter galak dan perhitungan. Maklum saja, mereka sejak dulu berdagang di pusat jajan tengah kota. Jadi wajar saja apabila Bu Sayuki merupakan orang yang teliti mengenai uang pemasukan dan pengeluaran.

Selama ini, Bu Sayuki adalah tulang punggung keluarga sejak suaminya meninggal saat Runa berusia 10 tahun karena kecelakaan kerja di sebuah pabrik.

Berbekal uang duka dan kompensasi dari pabrik tersebut, Bu Sayuki memulai usaha berdagang jajanan di pusat kota yang banyak disambangi turis lokal dan mancanegara.

Dengan uang hasil berjualan itulah Bu Sayuki berhasil menyekolahkan kedua anaknya dan bahkan bisa mengirim Runa ke universitas. Sedangkan putra sulung Beliau, Shirazaki Tomoda, memilih untuk membantu ibunya berjualan saja di pasar jajan.

Bukan apa-apa, tapi itu karena Tomoda, kakak lelaki Runa yang kini berusia 27 tahun itu tidak cemerlang di akademik, maka dari itu, menurut Bu Sayuki, daripada putranya hanya menghabiskan uang secara sia-sia untuk pendidikan, lebih baik membantu dia saja berjualan.

Meski Tomoda agak enggan menjalani itu, namun hanya dengan cara itu dia bisa memiliki uang gaji dari ibunya.

Tomoda tidak bisa iri pada adiknya yang hanya di akhir pekan saja membantu mereka berjualan, karena sang adik cukup cemerlang di sekolah sehingga Bu Sayuki setuju ketika Runa ingin melanjutkan ke universitas.

Yah, siapa tahu, setelah Runa lulus kuliah, gadis itu bisa mencari pekerjaan dengan bayaran tinggi di kota besar dan akan bisa menopang kehidupan mereka sekeluarga sehingga Bu Sayuki tidak perlu seumur hidup berjualan sampai tua.

Dengan kata lain, Runa adalah harapan bagi Bu Sayuki.

Karena Reiko sudah diijinkan tinggal sementara di rumahnya, Runa segera mengajak Reiko masuk ke kamarnya. "Nah, ini kamar kita."

Reiko tidak asing dengan ruangan itu karena dulu semasa SMP, dia kadang berkunjung ke rumah Runa untuk belajar atau sekedar menghabiskan waktu sengang ketika hari libur, meski tidak sering, sih!

"Rasanya sudah berabad-abad sejak aku ke sini, Ru-chan." Reiko menoleh ke Runa usai dia menaruh tas ranselnya di sudut kamar.

"Hi hi hi, iya juga, yah!" Runa terkikik. "Itu salahmu karena kau malah pergi ke Yokohama." Ia berpura-pura cemberut, namun tak lama kemudian, ia tertawa sambil memeluk sahabatnya. "Sekarang, kau bisa aman di sini. Tak perlu takut dengan si Nathan Ryuu itu."

"Hei, siapa yang takut?" Reiko mengerutkan kening dengan mengerling jenaka ke Runa.

"Ahh, kau masih sok berlagak, heh?" Runa pun menggelitiki pinggang Reiko hingga gadis itu terkikik dan memekik kegelian.

"Hei, hei, ribut apa ini?" Mendadak, ada yang membuka pintu kamar Runa dan muncul sosok lelaki muda di ambang pintu geser tersebut. Itu adalah kakaknya Runa, Shirazaki Tomoda. Ia menggaruk belakang kepalanya dengan sikap kesal dan wajah habis bangun tidur.

"Jangan masuk seenaknya di kamar perempuan! Dasar kakak tidak sopan!" Runa merutuk pada Tomoda sambil mendelik.

"Masuk seenaknya apa, hah? Kalian ini berisik sekali sampai mengganggu tidur siangku yang berharga!" Tomoda tetap menunjukkan wajah kesalnya.

"O-ohh, maafkan saya, Kak!" Reiko segera saja membungkukkan badannya ke Tomoda, karena ini merupakan kesalahan dia menyebabkan kakak dari Runa terbangun.

Mata Tomoda kini beralih ke Reiko. "Siapa kau?" Ia menatap Reiko dari atas hingga bawah dengan mata membola.

Runa merasa risih dengan cara kakaknya menatap sahabatnya. "Ahh, kau ini! Sudah, sana lanjutkan saja mimpimu!" Ia mendorong kakaknya hingga Tomoda tergusur ke belakang dan pintu pun kembali ditutup.

"Tsk! Dasar bocah tidak sopan!" seru Tomoda sambil menendang kayu pintu kamar adiknya.

Runa dan Reiko sama-sama terkejut.

"Hei! Aku laporkan ibu kalau sampai pintuku rusak!" teriak Runa dari dalam kamar.

"Terserah!" Tomoda pun berlalu dari sana dan pergi lagi ke kamarnya di sebelah kamar Runa.

Reiko masih terkejut dengan adegan tadi. Dia tahu kalau Runa memang memiliki kakak lelaki, tapi sepertinya dulu Tomoda tidak sekasar itu. Kenapa berubah?

"Abaikan saja dia, Rei. Dia memang kasar dan tidak berbudaya! Tidak punya etika!" Runa mengomel mengenai kakaknya.

"Ehh? Tapi ... sepertinya ... dulu Kak Tomo tidak sekasar itu, kan?" Reiko tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Entahlah." Runa mengangkat bahunya secara cepat, bersikap acuh tak acuh dan melanjutkan, "Dia begitu semenjak lulus SMA. Itupun nilainya sangat minim hampir tidak lulus ujian akhir. Dia memang payah, peringkat akhir di sekolahnya dan akhirnya hanya bisa membantu ibu di pasar jajan."

"Ohh ...." Reiko tak bisa berkata apapun lagi dan hanya mengatakan itu saja.

Di kamarnya, Tomoda sudah tidak berhasil melanjutkan tidurnya. Bagaimana pun dia mencoba pejamkan mata, masih saja tidak berhasil dan ini membuat dia semakin kesal.

Berbaring telentang dan membuka mata memandang langit-langit kamarnya, Tomoda berpikir, "Itu tadi siapa, yah? Sepertinya teman Runa sialan itu tidak ada yang seperti itu. Siapa dia? Teman baru si bajingan kecil?"

Pantas saja apabila Tomoda sering berdebat atau ribut dengan adiknya dan bahkan tega menyebut sang adik dengan sebutan buruk seperti bajingan kecil atau sialan dan semacam itu. Sejak dulu, dia terus dibandingkan dengan Runa oleh ibunya hanya karena Runa lebih pandai di sekolah ketimbang dia.

Semakin dia dibanding-bandingkan dengan Runa, semakin Tomoda malas belajar dan membiarkan nilai-nilainya terjun bebas ke bagian akhir peringkat di sekolah.

Tomoda sempat ikut geng tapi kemudian ibunya memukuli dia dan mengancam tidak akan memberinya uang sepeserpun apabila terus ikut dalam geng motor tak berguna.

Oleh tekanan dari sang ibu, Tomoda pun membantu Bu Sayuki berjualan di pasar jajan dan keluar dari geng motornya, apalagi ketika geng motor itu mulai mengacau kota dan banyak anggotanya menjadi buronan polisi Kanagawa.

"Aku harus cari tahu, siapa dia!" tegas Tomoda mengenai Reiko.

Siguiente capítulo