"Kau yang membuatku menangis atas kata-katamu yang sangat menyentuh sudut hati terdalamku." Lirihnya sembari semakin menenggelamkan kepalanya hingga tersembunyi sepenuhnya di antara dada bidang.
--
Di usapnya pipi Kiara dengan penuh kelembutan. "Baby, wajahmu terlihat pucat. Apakah kau belum sarapan?"
Kiara menggeleng pelan.
"Kenapa?"
"Aku belum sempat."
"Belum sempat atau memang tidak mau, karena masih marah padaku? Dengarkan aku baik-baik, baby. Suami-mu ini bangun pagi-pagi sekali demi menyiapkan sarapan spesial untukmu tetapi, sama sekali tidak kau sentuh. Apakah sebesar itu rasa marahmu, hum?"
"Tidak."
"Terus?"
Kiara terlihat menghembus nafas berat sebelum memulai kalimat. "Bagaimana bisa aku memanjakan lidah ku ini dengan makanan yang kau sajikan, sementara kau sendiri belum menyentuhnya. Aku tahu bahwa kau juga belum sarapan."
"Apakah Mama yang memberitahumu?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com