webnovel

(1) Kabut tebal.

Rihana, seorang gadis cantik berkulit putih, berambut panjang lurus se bahu, bermata sayu, berhidung mancung dan memiliki senyum manis dari bibir mungil nya. dia adalah gadis semata wayang yang terlahir dari keluarga yang sederhana. Gadis cantik itu hidup di sebuah desa kecil bersama keluarga nya yang bahagia.

Hari ini, Hana sangat sedih, karna minggu depan ia harus pergi ke jakarta untuk melanjutkan sekolah disana (SMA TUNAS BANGSA), dia mendapatkan beasiswa atas kecerdasan nya.

Hana yg selama ini belum pernah berpisah dgn orang tua nya merasa sangat sedih. Namun berkat dukungan dari seluruh keluarga, akhirnya dia membulatkan tekad untuk pergi demi cita-cita yg harus ia gapai.

Satu minggu kemudian...

Kini dengan hati sedih Hana berangkat menuju Jakarta dengan mengendarai bus. Sesampainya di sana, dia di jemput oleh Bibinya di terminal. sang Bibi adalah kakak kandung ayah Hana. Hana akan tinggal bersama Bibi nya di Jakarta, yang kebetulan sang Bibi memiliki putri seusia Hana, ia bernama Nara.

______________________

Jam menunjukkan pukul 04:30 pagi, seperti biasa, Hana si gadis cantik dan juga rajin dalam segala urusan pekerjaan rumah kini terlihat sedang memasak di dapur milik Bibi nya. Bukan hanya itu, dia juga membersihkan seluruh rumah, bahkan mencuci semua cucian yg ada.

Tepat pukul 06:00, Si Bibi keluar dari kamar, sambil mengucek kedua mata tanda baru bangun dari tidur nya. beliau pun kaget, saat melihat sekeliling rumah sudah rapi dan bersih, dan makanan juga sudah tertata rapi di atas meja makan, Hana menyapa bibi nya sambil tersenyum manis.

"Selamat pagi Bi," sapa Hana di sertai senyum yang terukir indah di bibir yang mungil itu.

"Waaah kenapa sudah rapi begini, kamu bangun jam berapa nak ? Sampai sepagi ini sudah menyelesaikan semuanya," tanya Bibi sembari mengepresikan wajah terkejut.

"Hana biasa bangun pagi di desa Bik, jadi udah kebiasaan Hana tiap hari."

"Andai saja Nara sepertimu, pasti Bibi senang sekali, sayang nya dia sangat pemalas, hufff," Sembari menghela nafas.

"Bibi bisa aja. Ya udah Bibi mandi duluan aja, setelah ini Hana mau bangunin Nara,"

"Baiklah Nak."

Bibik Hana kini seorang janda yang tinggal berdua dengan putri semata wayang nya. Dengan kehadiran Hana di rumah nya kini suasana tak sesunyi dulu.

Dengan langkah cepat, Hana menuju kamar Nara yg kini sekarang juga menjadi kamar Hana. Hana membangunkan Nara yg terlelap tidur mirip seperti orang mati.

"Nara bangun, udah pagi, ayo bangun, nanti kesiangan lo, ingat ini hari pertama kita di sekolah!"

Hari ini adalah hari Hana dan Nara masuk SMA, kedua gadis itu berusia 16 tahun.

"Jam berapa sekarang?" Dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Jam 06.00."

"Masih petang kok, Huaaam," Nara menguap lebar.

"Jangan jadi pemalas, cepat bangun !" tegas Hana.

"Huh, Iya iya." Dengan langkah gontai Nara menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, kini kedua gadis sudah rapi dengan balutan seragam baru nya, rok pendek selutut kotak- kotak berwarna abu- abu, kemeja putih dengan dasi berbentuk silang, dan di luar nya terbalut jas berwarna merah maroon, seragam yang begitu modis dan kekinian.

Mereka pun menuju meja makan untuk sarapan. Matahari sudah terlihat terang menyinari bumi.

"Ini adalah hari pertama kalian di SMA. nikmati hari- hari kalian ya, jangan sampai ada masalah, terutama untuk Nara !" nasihat si Bibi yang sedikit menyudutkan Nara putrinya.

"Hah? Aku? Kenapa aku Ma?"

"Kamu soal nya selalu dapat masalah selama ini di sekolah, Mama harap kali ini kamu berubah dengan ada nya Hana di sisimu,"

"Heeemmm iyaaaa."

Setelah selesai menghabiskan sarapan pagi, merekapun berangkat ke sekolah dengan mengendarai bus.

Tak lama kemudian merekapun sampai di sekolah. Hana menghembuskan nafas, kemudian tersenyum lebar, menandakan bahwa diri nya akan belajar dengan semangat di sekolah ternama di ibu kota ini.

"Hana, kamu duluan aja sana," perintah Nara.

"Nah, emang nya kenapa gak barengan?"

"Aku ada janji ni sama pacar aku. jujur ya, sebenar nya pacar aku juga masuk sekolah ini, kamu jangan bilang- bilang ke Mama ya soal ini"

"Kamu udah punya pacar?"

"Iyaaa. udah jangan berisik, pokok jaga rahasia oke !"

"Em yah, oke. Ya udah aku duluan, nanti telfon ya jangan lupa,"

"Oke Han."

Hana pun melangkah menelusuri koridor sekolah. Dan disana banyak sekali siswa- siswi baru yg mungkin akan menjadi teman sekelas nya.

Beberapa saat kemudian, seperti biasa, sekolah elit di jakarta, sebelum membagi kelas untuk murid baru, para guru memilih bagian murid dengan IQ tinggi untuk masuk kelas 1A,

Sedangkan yg IQ sedang masuk kelas 1B, dan IQ terendah masuk kelas 1C.

Disini Rihana yg merupakan siswi ber IQ tinggi masuk kelas 1A, dan Nara yg IQ nya rendah masuk kelas 1C.

"Yah Han, kita beda kelas,aku kira kita bakalan sekelas," dengan wajah kecewa.

"Gak apa2 kok Nara, semangat! ku harap selesai ujian nilai kamu naik dan kita bisa satu kelas."

"Semoga saja. emmmmm, pacar aku satu kelas sama kamu, jagain dia ya, jgn biarin dia ngelirik cewek lain,"

"Oke, tenang aja."

"Ya udah kita pisah disini ya, "

"Oke."

Kedua gadis itupun berpisah menuju kelas masing-masing.

___________________________

Beberapa hari kemudian...

Sepulang dari sekolah, kedua gadis itu pulang dengan berjalan kaki santai.

Sesampainya di rumah, mereka pun bergantian untuk mandi, karna memang di rumah itu hanya ada satu kamar mandi yang terletak berdampingan dengan dapur.

Selesai dari ritual mandinya mereka mulai merebahkan badan mereka di atas tempat tidur.

"Nara," Hana memecah keheningan.

"Ya ada apa Han?"

"Aku berencana untuk cari kerja paruh waktu,"

"What? Ngapain kerja, lagian kamu sekolah disini karna beasiswa, Bibi dan Paman pasti akan marah kalo tau, Mama juga gk bakalan buat kamu kekurangan makan kok."

"Bukan gitu Nara, aku cuma pengen mandiri aja. kamu mau gk bantuin aku cari kerjaan disini?"

"Ah kagak lah, nanti kalo ketahuan bisa aku yg kena marah."

"Mereka gak bakalan tau kok, selama kamu merahasiakan, ya plissss," Hana memohon dengan wajah memelas.

"Aduuuh kamu kok gitu sih, Oke deh, tapi janji ya, misalkan sampek orang tua kamu tau, jangan bawa-bawa nama aku,"

"Iya Nara, aku janji."

Di sore harinya, Hana dan Nara berkeliling untuk mencari pekerjaan paruh waktu.

"Jadi kita akan cari pekerjaan di sebuah Toserba (toko sejenis indomaret) aku rasa itu cocok buat kamu Han,"

"Iya Nara, kita cari sif sore sampai malam. jadi sepulang sekolah aku langsung kerja."

"Lah, nanti kalo Mama nanyain gimana,?"

"Aku mohon sama kamu, carikan alasan yang tepat ya,"

"Hemmm Okelah."

Setelah berjam-jam menelusuri kota metro politan, akhir nya mereka mendapatkan apa yang Hana inginkan. Hana sangat senang, dan berterima kasih pada Nara yang membantunya.

Hari sudah mulai gelap, kedua gadis itu berjalan dengan terburu-buru. takut Mama Nara pulang dari kerja lebih dulu dari mereka.

"Han, kita lewat jalan pintas saja, lewat lorong ini, agar cepat sampai."

"Tapi lorong ini seperti nya sepi dan gelap,"

"Udah gak apa-apa."

"Gak ah Nara."

"Kamu takut?"

"Bukan gitu, emang kamu pernah lewat sini sebelum nya?"

"Kagak. Cuma gak apa-apa, aman kok, yuk."

Tanpa ragu-ragu, Nara menarik tangan Hana, merekapun memasuki lorong sempit itu, entah kenapa bulu kuduk mereka mulai berdiri. Namun mereka terus masuk dalam lorong sempit dan gelap tersebut.

Kini mereka masuk jauh dalam lorong itu. dari kejauhan, Nara seperti melihat sebuah kabut hitam tebal mendekat ke arah mereka.

"Han, kabut hitam itu, apa kamu melihat nya?"

"Ouh, ya aku melihat nya, sepertinya ini ada yang tidak beres, kita harus cepat pergi dari sini,"

Mereka berdua berbelok arah, dengan langkah berlari menghindari kabut hitam pekat itu Namun tak sengaja, Hana terjatuh.

"Hana, ayo cepat," Nara menarik tangan Hana. Namun Hana tak bisa berdiri, ia meringis kesakitan.

"Nara, tidak apa-apa, cepat pergi dari sini, aku akan baik-baik saja. "

"Gak, aku gak bisa ninggalin kamu sendirian,"

"Percalah padaku, cepat keluar dari sini, carilah bantuan."

"Baiklah, aku akan segera kembali."

Nara pun berlari keluar dari sana dengan tenaga yang masih tersisa. beberapa menit kemudian, Narapun sampai di keramaian, ia berteriak histeris meminta pertolongan.

"Tolong, tolong, saudara saya terjebak di lorong sana,"

Beberapa orang mengikuti Nara yang gemetar ketakutan menuju lorong kecil dan gelap tersebut.

"Kamu lewat lorong ini barusan?" Tanya seseorang dari mereka.

"Iya paman, kami mencari jalan pintas menuju pulang,"

"Setau saya, lorong ini tidak boleh di lewati disaat bulan purnama seperti malam ini."

"Yang benar paman?"

"Seperti itulah yang saya dengar,"

"Saudara saya masih ada di dalam paman, bagaimana ini hiks hiks hiks," Nara menangis sesenggukan.

Tanpa pikir panjang, merekapun masuk kedalam lorong gelap itu untuk mencari Hana.

Dari kejauhan terlihat sosok Hana mendekat.

"Itu saudara saya," Narapun berlari ke arah Hana.

"Hana, kamu gak apa-apa?"

Hana hanya tersenyum miring, wajahnya pucat dengan lingkaran hitam di sekitar mata nya.

"Hana, kamu pasti ketakutan banget ya, ya tuhan sampai pucat gini. maaf kalo aku terlambat,"

Hana hanya diam tak menanggapi. dan Narapun membimbing Hana pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Hana langsung terlelap tidur tanpa membersihkan diri seperti biasa nya. Namun Nara tak berani menegur, karna mungkin Hana trauma atas kejadian tadi.

Bersambung...

Siguiente capítulo