"Tunggu, tapi—"
"Hanya jika kau memang merasa bersalah sekali, perlakukan suamimu dengan baik sudah cukup," kata Cuanchen. "Dan pernyaman diri sendiri di tempat ini."
Bush!
"Tuan Chen—"
Sang penguasa mimpi sudah pergi lagi untuk mengurus klien lainnya. Dia terlihat begitu sibuk, hingga Apo berpikir pasti ada orang lain yang menyeberang juga. Tapi, siapa? Mungkinkah jiwa orangtuanya? Bagaimana pun mereka berdua juga mati dalam keadaan tidak adil. Sayangnya ketika Apo bertanya soal itu di lain waktu, Cuachen malah menolak menjawab. Katanya, soal transmigrasi jiwa merupakan tugas mulia. Jadi, sebuah jiwa takkan diberitahu urusan jiwa lainnya, karena itu untuk keamanan mereka. Namun, jika Apo mau dia harus menemukan mereka sendiri nantinya.
"Ah ... begitu," batin Apo sembari mengangguk-angguk. "Baiklah. Kapan-kapan tinggal cari yang wajahnya sama dengan Ayah dan Ibu. Aku tak perlu khawatirkan soal itu. Karena suatu hari kita pasti bertemu."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com