webnovel

BOOK 1 = 17 DESAHAN GILA 2 (21+)

Aleta langsung menjerit karena rasa malu yang teramat sangat. Namun dia justru hanya bisa meremas seprai dengan perut yang mengejan seakan konstipasi.

Aleta merasa hampir gila karena jenis sentuhan itu. Dia menjerit karena tak ingin mengeluarkan hasrat sembarangan, namun hanya bisa terengah-engah setelah semuanya lepas begitu saja.

"L-Lucas..." isak Aleta. Dia tak bisa memungkiri, harga dirinya seperti sudah hilang saat ini. Tangisnya—meski tanpa suara yang berarti—terus menerus keluar tanpa tahu Lucas sangat puas melihatnya benar-benar sudah di bawah kendali tangannya.

"Kau melakukannya dengan baik, Aleta," kata Lucas. Dia memandang seprai yang sudah basah karena cairan pre klimaks gadis itu.

Aleta justru menutupi wajahnya yang terasa terbakar. Kakinya yang sudah tak diperban lagi memang sudah bisa ditimpa. Tapi tidak bisa diperlakukan terlalu kasar karena berjalan pun masih sulit. Lucas pun segera menurunkan kedua kaki Aleta dan tetap melebarkannya meski sudah terebah pasrah di atas ranjang.

Jalan masuknya sudah mudah, namun Aleta tetap meraih pundak Lucas dan mencakar di sana dengan tangan kirinya saat dibelah menjadi dua oleh benda tumpul tegang di bawah sana.

"Akkkhhh!" jerit Aleta tertahan. Air matanya semakin banyak dan dadanya tersentak ke udara. Jika gadis itu bisa melihat, dia pasti sudah menatap langit-langit saat ini.

Cairan merah merembes perlahan dari lubang lembut nan rapuhnya di bawah sana. Melumuri benda besar Lucas saat mulai masuk sepenuhnya dengan rasa ngilu yang luar biasa sakit.

Tapi meski tahu, Lucas tidak berhenti di sana. Lelaki itu hanya berbisik, "Tahan sebentar. Rileks..." dan kemudian mendorong lebih kuat ke dalam Aleta secara perlahan.

Dan saat mereka sudah menyatu sepenuhnya, Aleta baru berani menangis terisak-isak.

Gadis itu menutup wajahnya dengan lengan. Dia bilang "Maaf... Maaf... Aku minta maaf..." berkali-kali hingga membuat Lucas sempat tak tega. Tapi dirinya sendiri juga benar-benar jengkel dengan berbagai macam hal di luar sana.

Masalah perusahaan, Aleta yang susah diatur, beban hatinya yang terus ditanggung sendirian selama ini...

Lucas pun merasa tak sampai hati, tapi dirinya tetap meneruskan dorongan itu hingga mulai keluar masuk dengan kecepatan konstan.

Aleta serasa ditumbuk kasar pada awalnya. Namun semakin lama rasa sakit itu mulai berganti. Kenikmatan menjalari seluruh otot pinggulnya hingga mengalir ke perut. Rahimnya terasa dihentak-hentak dengan bunyi dua daging yang saling menabrak 'Clap! Clap! Clap!' di tengah-tengah ruangan privat itu hingga lilin kue tart yang semula tinggi utuh menjadi padam dengan sendirinya.

Entah sudah berapa kali mereka keluar bersamaan. Dan entah jam berapa sekarang. Yang pasti Aleta merasa ini masih belum berakhir dengan cepat.

"Sudah... Sudahh! K-Kumohon, Lucas... Sudah... Hiks... Hiks.." pinta Aleta. Namun lelaki itu hanya melepaskannya sejenak, membuatnya bernafas selama beberapa detik, dan kembali menerobosnya lagi dengan hasrat yang seperti belum surut sedikit pun.

Dada Aleta diraup dengan rongga mulut dan gigi-gigi. Perutnya juga ditinggali berbagai macam tanda. Dan jemarinya yang semula meremas bantal kini dinggenggam hangat sembari mereka bergerak bersama.

Ruangan itu penuh dengan desahan dan peluh setelahnya. Dan saat Aleta sudah tak bisa merasakan kakinya lagi, Lucas baru membanjirinya di dalam dengan kehangatan yang luar biasa kaki ini.

"Hahhh... Hahh... Hahh..."

"Hahhh... Hahh... Hah..."

Mereka sama-sama bersengalan. Dan Aleta terpejam ketika dicium lagi. Dalam posisi itu dia hanya bisa menerima hingga Lucas perlahan menyentuhnya setelah meninggalkan kecupan di kening.

"Selamat Ulang Tahun, Aleta," kata Lucas. "Tumbuh dan jadilah wanita yang cantik dan pintar. Jangan hanya memikirkan mati saat ini. Mengerti?"

Lelaki itu menarik Aleta ke dalam pelukannya. Dalam dua detik, dia juga menutup tubuh mereka dengan selimut yang hampir jatuh di sudut ranjang.

Aleta sendiri tak mengerti. Dia belum pernah melihat lelaki itu. Wajahnya berubah-ubah dalam imajinasi Aleta. Namun, kehangatannya benar-benar terasa tulus meski Aleta benar-benar sedih itu tetaplah pemerkosaan. Tapi, tapi... Kenapa pelukan lelaki ini seperti tak akan pernah melepaskannya?

Ayo semangat bacanya!!

Om_Rengginnangcreators' thoughts
Siguiente capítulo