webnovel

KIDNAPPED 2

"Ada pria di dalam gudang itu," Ujar Steve.

"Tapi polisi sudah memeriksanya dua kali dan tak ada jejak apapun yg bisa ditemukan," Ujar Justin.

"Lalu dimana dia ?," Tanya Louis.

"Kami masih memeriksa CCTV."

Louis dan Justin bergabung bersama tim kepolisian untuk mengecek CCTV di jalan raya. Louis sudah menelan tiga pil ritalin agar tetap terjaga. Sudah bukan rahasia kalau beberapa detektif atau agen seperti mereka adalah pengonsumsi ritalin atau adderall, agar tetap terjaga.

Ia tak bisa tenang dan terlihat sangat gelisah.

Dan akhirnya ia mendapati mobil van hitam di seberang belakang rumah Mr. Mark. Ia memotong foto untuk mendapatkan plat mobilnya. Setelah mendapatkan platnya, ia melaju ke rumah Mr. Mark. Masih ada beberapa polisi yg menyelidiki disana.

Ia melewati police line dan menunjukkan ID Cardnya lalu masuk ke ke sebuah gudang. Sir Harry bilang ia terakhir melihat Ixchel disekitar sini.

Ia pun memasuki gudang itu dan menyalakan lampu. Gudang ini adlah gudang anggur. Dengan uang haramnya, Mark bisa mengoleksi anggur – anggur mahal dari tahun 1700 an.

Ia terus berjalan masuk dan menemukan sebuah pintu kayu yg hanya semeter tingginya. Dan ketika dibuka, ini adalah pintu keluar menuju halaman belakang. Tempat dimana ia melihat mobil van itu terparkir.

"Bingo," Gumamnya.

Louis berlari keluar dan bergegas kembali ke kantor.

"I find her !," Pekiknya.

"Dimana dia ?," Sahut Justin.

Louis memasang plat nomer dan foto mobil itu ke proyektor.

"Tolong temukan kemana mobil ini pergi."

Semua orang yg terlibat langsung mengecek rekaman CCTV, dan mencari mobil yg dimaksud Louis.

Dan mobil itu menghilang ke ujung New York.

"Hubungi kepolisian Vermont !!," Ujar salah satu police officer.

Justin tersambung dg salah satu officer bernama Ronnie, dan Ron akan melanjutkan pencarian kemana perginya mobil itu melalui rekaman CCTV di Vermont.

"Lou," Justin beranjak sambil mengulurkan tangannya, ia sudah membawa kunci mobil.

"Thank's, Justin." Louis meraih kunci mobil, namun Justin mencegahnya.

"Aku yg mengemudi, kau sudah terlalu banyak minum ritalin," Ujar Justin.

"Okay."

Butuh hampir lima jam untuk melaju ke Vermont yg 360 mil jauhnya dari pusat kota New York. Louis sempat memejamkan mata sebentar. Baru saja memasuki Vermont, ada panggilan masuk ke ponsel Louis.

"Kami menemukannya !." Seketika mata Louis terbelalak.

"Dimana dia ?," Tanya Louis.

"560 Villegross, South Vermont," Ujar si officer.

"Kami juga mengirim beberapa officer untuk membantu anda."

"Thank's."

Louis langsung menyetel GPS ke alamat yg disebut si officer.

"Ixchel..," Gumamnya pelan.

"Kita akan menemukannya," Ujar Justin.

"Pasti."

...

"Akhh..."

Aku tidak tahu sudah berapa kali mereka menjambakku.

"Kau tahu kau akan berhadapan dg siapa kan ?. Aku sudah bilang kalau kau masih tak mau menjawab, kau akan bertemu dengannya.

"Siapa ?, Siapa dia ?!," Tanyaku geram.

"Kau akan tahu siapa dia," Ujar Alex si botak dengan nada sok misteriusnya.

Terdengar suara pintu berderit.

"Oh, welcome sir."

Pria dengan langkah tegap dan tegas itu berjalan dari belakangku da berdiri di hadapanku. Sepatu kulitnya tampak mengkilat dg aroma parfum kuat khas Timur Tengah.

Dan akhirnya aku menatapnya.

Mata hijau kelabuku bertemu dengan mata kelabunya yg pekat. Seketika aku terkejut, bulu kudukku merinding dan aku diserang rsa takut yg membuat tubuhku bergetar.

"Jadi anak ini yg kau culik," Ujarnya.

"Yes, sir."

Pria itu berada di usia pertengahan 40 menuju 50. Wajah lebanonnya yg tegas dan menatap dingin.

"Beritahu aku kodenya, Ixcel," Ujarnya dingin.

"Ti.. tidak. Aku ti.. dak tahu," Ujarku terbata – bata.

"PLAAAK !."

Aku tersungkur dan sudut bibirku berdarah.

"Aku tidak tahu !," Aku pun menjerit.

"Kau bekerja di US Holdings !, jangan membohongiku !," Gertak pria itu.

"A.. aku tidak tahu !!!," Jeritku dengan suara bergetar dan mata berair.

Ia mendekatiku dan berjongkok di hadapanku.

"Kau tahu kenapa aku meninggalkan kalian ?," Tanya pria itu.

"Karena kalian lemah !!, Grey tumbuh dengan baik dan sesuai dengan yg kuharapkan. Tapi, kenapa kau sangat berbeda Ixchel !."

"Kau yg berbeda DAD !!."

Zain Jamora menaikkan sebelah alisnya yg tebal seperti ulat bulu.

"Dimana Grey ?, dimana kakakku ?!," Tanyaku.

Aku menarik sedikit napas dan kembali berbicara dg nada yg lebih rendah, " Kau tahu sekeras apa hidupku ?. Aku hidup sendiri, mencari uang sendiri meski terkadang paman mengirimiku uang. Mum jatuh sakit dan, dia masih mencintaimu dad," Ujarku lirih.

Tatapan dinginnya makin menusuk.

"Terkadang aku menyesal membiarkanmu hidup. Perempuan hidupnya penuh drama dan air mata," Ujarnya.

Air mataku tak terbendung dan aku menatap ayahku sambil terisak – isak.

"A.. aku hanya ingin merasakan punya ayah seperti anak – anak pada umumnya !," Ujarku.

"Lalu apa yg harus kulakukan ?," Dad balik bertanya.

Aku hanya diam.

"Aku terlalu banyak menyakiti Linsday karena ia benci yg kulakukan dan aku hanya melepaskan kalian sekarang," Ujar Dad.

"Lalu dimana Grey ?," Tanyaku.

"Aku tidak tahu," Jawabnya.

"BOHONG !."

"Kalau kau katakan kodenya, aku akan beritahu dimana dia," Ujar Dad.

Sial, ayahku mengancamku.

"Oke, aku akan cari sendiri dimana Grey. Kau tidak perlu memberitahuku," Ujarku.

Dad mencengkram rahangku dengan kuat dan menggertakku.

"Beritahu aku kodenya !."

"KAU BUKAN AYAHKUUU !!," Jeritku.

"Sir, dia berula," Ujar si kumis tebal tiba – tiba.

"Ada apa ?," Tanya Dad.

"Polisi datang."

Zain melepaskan cengkramannya dan menggeram.

"Aku akan biarkan kau hidup kali ini, dan tak akan mengusikmu lagi. Dan jangan coba – coba mengusikku, atau kubunuh ibumu," Ancamnya.

"Kau yg mengusikku," Balasku.

Mereka semua pergi meninggalkanku dalam kondisi terikat.

"Ixchel !."

Aku merasakan sinar matahari menyinari seisi gudang karena pintu digudang. Louis berlari ke arahku dan menatapku.

"Kau, kau luka ?, dimana yg sakit huh ?," Tanyanya gelisah dan panik.

Aku menggeleng dan air mataku menetes.

"A..ku, aku bertemu dad."

"A.. apa ?, ayahmu ?."

Aku mengangguk lemah.

"Dia bukan ayahku," Isakku.

Louis menyentuh kedua pipiku dan menatapku hangat sambil tersenyum.

"Everything's gonna be okay, i'm here," Ujarnya lembut.

Aku berusaha tersenyum dan ia memelukku. Tanpa aku sadar aku kembali memejamkan mata dan dibawa ke RS terdekat. Aku diinfus dan beberapa lukaku diobati.

Ketika kembali terbangun, Justin, Louis dan Steve ada di sisiku.

"Morning, Rose," Ujar mereka.

Steve menyodorkan segelas air dan membantuku duduk.

"Thank's, ada apa ini ?," Tanya polos.

"Kami sedang merawat orang sakit," Jawab Justin.

"Oh, benarkah ?," Tanyaku.

"Dokter bilang kau mengalami sedikit tekanan psikis," Ujar Louis.

"Psikis ?, ini bukan rumah sakit jiwa kan ?," Tanyaku seketika panik.

"Bukan bodoh !, kau terisak – isak di pelukan Louis," Ujar Justin.

"A..aku ?."

Mereka mengangguk.

"Kau juga mengigau dan menangis keras," Ujar Steve.

"Hemm, ya kau juga membasahi bajuku," Imbuh Louis.

"Oya !, omong – omong Louis menghabiskan 3 pil ritalin dalam semalam saat mencarimu," Ujar Justin mengadu.

Aku yg tadinya malu setengah mati dan sungkan terutama pada Louis langsung menarik tangan Louis dan mencubitnya tanpa ampun.

"Ah.. A.. AMPUUN !!!!."

Siguiente capítulo