webnovel

Bab72. Tetua Lai

Tubuh Ma Rao bergetar hebat, dia sungguh tidak menyangka gadis itu berasal dari Istana Falcon Utara. Setahu dirinya para murid Istana Falcon sangat jarang keluar dari Sekte, apalagi sampai di daerah Selatan yang sangat jauh dari Istana Falcon Utara.

"Maafkan aku memiliki mata tapi tidak bisa melihat." Ma Rao segera bersujud diikuti oleh semua pemuda yang menyerang Bing Xing secara sembunyi-sembunyi tadi.

"Kau tahu? Hukuman paling ringan untuk seseorang yang menyentuh Xing'er adalah memotong tangan yang digunakan untuk menyentuhnya," ucap Han Xiao serata mendekati Bing Xing.

Bing Xing terkejut mendengar Han Xiao memanggil namanya seperti itu, dia ingin marah tapi mulutnya tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, yang bisa dia lakukan sekarang hanya menatap Han Xiao dengan kesal.

"Ampuni aku Pangeran Ketiga." Tubuh Ma Rao kini sudah tidak bisa dia gerakan.

Melihat Han Xiao yang dekat dengan Bing Xing dan memanggilnya seperti itu dia bisa membaca bahwa hubungan kedua orang itu tidaklah sederhana, dia semakin ketakutan saat mengetahui gadis itu adalah Bing Xing.

Nama Bing Xing memang menyebar luar di dunia Kultivator, tapi dia kurang lebih sama seperti Han Xiao yang wajahnya sangat jarang diketahui oleh umum.

Han Xiao tertawa dalam hatinya melihat ekspresi ketakutan Ma Rao, dia sungguh tidak toleran pada keluarga bangsawan yang satu ini. Mengingat dari ingatan Han Xiao yang dulu, keluarga Bangsawan ini melakukan hal yang sangat dibenci oleh Han Xiao. Perbudakan.

Memang sudah sangat umum di dunia ini tentang perbudakan, tapi keluarga Bangsawan Ma sangatlah buruk dimata Han Xiao.

Para budak wanita akan diperlakukan seperti boneka sedangkan para budak lelaki akan menjadi robot yang terus menerus bekerja seolah tidak memiliki lelah.

Dengan sifat bejad yang dimiliki Han Xiao, pemuda itu masih berpikir untuk tidak menggunakan wanita seperti layaknya boneka, walau terkadang dia memaksakan para gadis untuk melayaninya tapi dia tidak seperti para Bangsawan Ma yang terus menerus menyiksa budak perempuan.

Nuren Yexing mungkin contoh kecilnya, walau perempuan itu mendapatkan status budak Han Xiao. Namun pemuda itu tidak menganggak Nuren Yexing sebagai budaknya, dia menganggap Nuren Yexing seorang teman seperti Bi Jiao.

"Bagaimanapun buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya." Han Xiao berkata dengan nada menghina.

Ma Rao ingin marah tapi dia tidak memiliki kemampuan, informasi tentang pelindung dari bayang-bayang sudah dia dengar. Pasti pelindung Han Xiao bukanlah sembarang orang yang bisa dilawan oleh tetua dari Keluarga Ma.

Han Xiao berkata seperti itu bukan hanya omong kosong, tim dari keluarga Ma ini sangat panas saat melihat gadis, bahkan Ma Rao tanpa pikir panjang berani menyentuh Bing Xing.

"Xing'er, ingin kuapakan mereka?" tanya Han Xiao dengan lembut penuh sayang pada Bing Xing. Dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk menghajar anak-anak sialan itu.

Bing Xing menatap dingin pada Han Xiao, dia tentu bisa membaca apa yang dilakukan oleh Han Xiao.

"Lakukan sesukamu," ujar Bing Xing lalu menghilangkan semua Es yang mengelilinginya, Qi disekitarnya juga memudar sehingga suhu mulai normal lagi.

"Eh? Sesukaku? Baiklah." Han Xiao tertawa kecil, dia menatap Ren Yanyu dan mengatakan bahwa gadis itu harus pergi dulu dengan Bung Xing, nanti dia akan menyusul.

Ren Yanyu enggan namun setelah dibujuk oleh Han Xiao akhirnya dia mau tidak mau mengikuti Bing Xing yang akan pergi.

***

"Mohon Pangeran ketiga melepaskan mereka." Seorang pria jangkung berwajah garang serta jenggot yang menghiasi dagunya membuat pria itu sangat tidak cocok memasang ekspresi memohon dan memelas seperti saat ini.

Dia adalah salah satu tetua dari keluarga Ma, Ma Lai, sungguh tidak pernah dia sangka tim yang dijaganya itu akan membuat sebuah masalah pada Pangeran ketiga. Han Xiao.

Tetua Lai mengumpat keras dalam dirinya atas kebodohan Ma Rao, dia mendengar bahwa Istana Falcon Utara dan Kekaisaran Yang melakukan kerja sama untuk memasukan murid atau keturunan mereka kedalam Akademi Naga dan Phoenix.

Melihat kedekatan Han Xiao dan Bing Xing dia setidaknya memiliki beberapa tebakan pada kepalanya.

"Kau tahu kesalahan mereka apa, aku sedang dalam kondisi hati yang baik maka setidaknya aku akan memaafkan mereka kali ini. Jika lain kali." Han Xiao berkata seraya mengeluarkan aura membunuh yang pekat.

Dahi Tetua Lai itu berkeringat deras, dia tidak mengetahui bagaimana Han Xiao mendapatkan aura membunuh sepekat itu. Tapi yang jelas adalah cara mendaparkan aura membunuh yaitu dengan membunuh.

Keluarga Bangsawan sudah mengetahui bahwa Han Xiao memiliki sebuah tim yang dipimpinnya, tapi mereka berbikir Han Xiao hanya akan membuat strategi sedangkan anggota timnya akan bergerak, tapi siapa tahu kekuatan Han Xiao mengerikan seperti ini?

Han Xiao sudah tidak berniat menunggu dan menutup-nutupi kekuatannya seperti yang direncanakan dari awal dengan Ne Zha. Banyak hal yang berubah membuat rencana mereka harus disusun ulang.

Pemuda itu memancarkan aura Kultivator Emas tetapi Tetua Lai tidak bisa dengan jelas membaca tingkat praktik Han Xiao.

"Terimakasih atas kebaikan Pangeran ketiga! Aku akan mengingatnya," ucap Tetua Lai lalu membawa pergi Ma Rao beserta tim nya setelah membayar ganti rugi pada pihak penginapan.

"Jika kalian Bangsawan Kekaisaran lain, huh!" Han Xiao berkata dengan gemas, dia tidak tahan ingin menghabisi orang-orang itu tapi dia masih memikirkan tentang kekuatan Kekaisaran Yang agar tidak melemah.

Gesekan antara Kekaisaran Yang dan Kekaisaran Ming semakin memanas, hal tersebut membuat Han Xiao ingin secepatnya masuk ke Akademi, jika Akademi membuka pintunya maka gesekan itu akan mendingin karena semua kekuatan di Benua Angin Selatan akan memfokuskan pada Akademi.

Han Xiao setidaknya cukup puas setelah menyiksa Ma Rao dan lainnya, dia kini bergegas menuju arah perginya Bing Xing.

Pemuda itu melangkahkan kakinya kearah pasar di desa, dia sempat meninggalkan Ne Zha dan lainnya saat merasakan aura dari Bing Xing. Memang tidak butuh waktu lama untuk pemuda itu menemukan Ne Zha serta temannya yang lain.

Bing Xing dan Ren Yanyu juga ada disana, kedua gadis itu sedang bercengkrama dengan Su Lihwa dan Xia Shiva.

Mereka semua mencari tempat makan, walau hanya makanan disebuah kedai kecil ternyata rasa hidangan tersebut cukup nikmat.

"Eh aku baru ingat, kemana Fu Daiyu?" tanya Han Xiao.

"Senior Fu mengatakan ada hal yang harus diurusnya sebentar, tidak akan lama sebelum dia kembali untuk melanjutkan perjalanan," jelas Bing Xing.

Pemuda riang itu mengangguk ringan, dia menyuapkan lagi makanan yang tersaji, tak segan-segan dia menambah karena dari semalam belum makan.

Siguiente capítulo