***
Satu Minggu kemudian...
Terlihat Mikha sedang memegangi ponselnya sembari melamun memikirkan peristiwa akhir-akhir ini. Dimulai ucapannya Naila hingga kejadian datangnya Kozhikina yang katanya adalah calon istri Aarav Alkatiri. Belum lagi laporan yang menyatakan bahwa Mira belum pernah menghasilkan keturunan dari rahimnya.
"Apakah Ali adalah Aarav Alkatiri? karena Ali pernah mengatakan bahwa dia amnesia, bahkan kenangan masa kecilnya saja tidak ingat. Aku harus temui orang-orang yang dekat dengan Aarav Alkatiri karena itu jalan dari teka-teki permasalahan ini! aku harus cari informasi di laptop ku!" ucap Mikha sembari mengambil laptopnya lalu membuka.
#Dirumah Ali#
Terlihat Ali menempel begitu banyak kertas diruang tersembunyi nya meskipun itu berada didalam kamarnya sendiri.
"Apakah aku Aarav Alkatiri? apakah selama ini pak Malik dan bu Mira membohongiku?" tanya Ali pada dirinya sendiri
Setelah itu Ali keluar dari ruangan tersembunyi tersebut dan memutuskan untuk menemui Mira yang berada di dapur.
"Bu?" panggil Ali.
Mira menatap kearah Ali yang ada dibelakangnya. Setelah itu ia kembali memotong buah yang akan dia makan.
"Ada apa, nak?" tanya Mira.
"Apakah ibu ingat kejadian sembilan tahun yang lalu? apakah ibu mengenal Aarav Alkatiri? kata banyak orang selama ini, aku adalah Aarav Alkatiri. Dan Aarav Alkatiri itu merupakan korban kecelakaan pesawat sembilan tahun yang lalu, sama sepertiku. Tolong beritahu aku yang sebenarnya, Bu," ucap Ali sepontan.
"Apa maksudmu, nak? apakah kamu lebih mendengarkan ucapan orang lain dibandingkan ucapan orang tuamu?" jawab Mira dengan nada suara yang sedikit tinggi.
"Aku hanya memastikan, bu. Karena... karena ibu tidak menghasilkan keturunan dari rahim ibu," ujar Ali.
Mira terkejut saat mendengar ucapan itu. Iapun membalikkan badannya dan langsung menampar wajah Ali hingga merah.
"Tahu darimana kamu masalah itu?" tanya Mira kesal.
"Ali melihat buku laporan kesehatan ibu yang terjatuh," jawab Ali.
Mira langsung berlari naik keatas menuju kamarnya. Ali merasa curiga, kenapa Mira harus sepanik itu? Ali pun menaiki anak tangga dan segera kekamar nya untuk membuat catatan baru mengenai tingkah aneh Mira.
***
Keesokan harinya...
"Aku... aku sangat sedih saat mendengar kabar Aarav kecelakaan pesawat. Dia sangat berharga bagiku seperti sebuah berlian! tak cuma aku saja yang merasa kehilangan, tetapi seluruh keluarga ku, keluarga Aarav dan teman-temannya. Kami semua merasa kehilangan mendengar kabar itu," jelas Kozhikina pada Mikha.
"Adakah ciri khas dari Aarav yang tidak dimiliki oleh orang lain?" tanya Mikha.
"Ada. Saat Aarav menangis, matanya akan berubah menjadi warna Heterochromia. Dan saat ia sedang bahagia, warna matanya akan berubah menjadi biru. Itu ciri khasnya, keluarga ku dan keluarga Aarav hafal akan hal itu," jawab Kozhikina.
"Lalu, apakah kamu masih ingin menikahi Aarav?" tanya Mikha.
"Sebenarnya aku tidak apa-apa kok jika dia menikah dengan kamu atau orang lain. Tetapi yang penting, izinkan aku untuk bersamanya sehari saja. Setelah itu aku tidak akan pernah mengganggu kehidupannya lagi, bahkan tidak akan pernah muncul," ujar Kozhikina.
"Oh begitu, ya aku sebenarnya sedang proses penyelidikan. Apakah Ali itu adalah Aarav Alkatiri atau bukan. Tetapi makin kesini, kami mempunyai banyak bukti yang aneh mengenai Ali," ucap Mikha.
"Mikha, pokoknya aku menitipkan Aarav kepadamu. Aku yakin bahwa Aarav pasti bahagia bersamamu! jaga dia baik-baik ya," amanat Kozhikina yang membuat Mikha mau menangis.
"Iya, Inysa Allah aku akan menjaga Aarav sesuai amantamu," jawab Mikha.
"Ya sudah, aku mau pulang dulu ya. Kak Hector telah menungguku, kasihan dia," Kozhikina berdiri.
"Makasih ya kak atas informasinya," celetuk Mikha sepontan.
"Kamu tidak perlu memanggilku, kak. Panggil saya aku Kozhikina, oke?" jawab Kozhikina.
"Baik, hati-hati ya dijalan nya," Mikha melambaikan tangannya.
Kozhikina masuk kedalam mobil Hector lalu pergi meninggalkan Mikha yang masih berada di One Fifteenth Coffee.
Mikha kembali duduk di mejanya. Iapun mencoba melihat foto-foto Ali yang terlihat bahagia saat bersamanya.
Dan benar saja, foto-foto bahagia Ali terlihat matanya berwarna biru. Mikha semakin yakin bahwa Ali itu adalah Aarav Alkatiri, dan juga bukan anak dari Mira dan Malik.
"Ya Allah, bagaimana ini? kenapa kehidupanku akhir-akhir ini harus berurusan dengan masa lalu? masa nanti aku masuk kedalam masa laluku juga?" ucap Mikha.
***
Ditempat Ali...
Terlihat mobil Ali berjalan kearah Transmart Cilandak. Tetapi saat melewati Transmart, justru ia malah tidak berbelok dan malah lurus terus.
Mobil Ali justru memasuki markas marinir Cilandak. Ia masuk begitu saja kedalam karena tidak ada orang pun dipintu penjaga.
"Baru pertama kalinya aku melanggar kata-kata bapak karena hanya untuk menemuinya," ucap Ali.
Setelah itu mobil Ali berhenti di pos penjaga dalam yang dekat dengan gedung markasnya. Iapun memarkir mobilnya disitu lalu turun untuk menemui prajurit TNI Al yang sedang berjaga.
"Maaf mengganggu, apakah saya boleh tanya sesuatu?" ucap Ali sembari melepas kacamata hitamnya.
"Iya, pak. Mau tanya apa, ya?" tanya salah satu prajurit yang berjaga.
"Saya ingin bertemu pak Malik Brahnowo, bisa?" tanya Ali.
"Tunggu sebentar ya, pak," jawab prajurit tersebut sembari masuk kedalam.
Tak lama, rekan prajurit yang berjaga tersebut beranjak dari tempat duduknya dan menemui Ali yang menunggu.
"Iya, pak? mau cari siapa?" ucap rekan prajurit yang tadi.
"Saya mau cari pak Malik Brahnowo, apakah beliau ada dikantor?" jawab Ali.
Rekan prajurit tersebut tidak menjawab ucapan Ali, justru ia menatap wajah Ali seperti pernah kenal.
"Tunggu! tunggu! kamu itukan korban kecelakaan pesawat terbang yang menuju USA? kamu itu Aarav Alkatiri! salah satu korban yang masih belum diketahui selamat atau tidaknya! mas, anda banyak dicari orang loh selama sembilan tahun ini," ujar Yusuf.
"Maaf, tetapi saya tidak ingin membahas itu. Saya sedang mencari pak Malik Brahnowo," bantah Ali secara sopan.
"Lah, bapak ini tuh korban paling penting diantara yang lain. Apalagi bapak adalah orang terkenal! saya dan pak Malik Brahnowo waktu itu ikut pencarian korban pesawat loh, makanya kami tahu siapa saja daftar korban-korbannya dan sudah hafal," jelas Yusuf.
"Sekali lagi, bukan nya saya lancang tetapi saya niat kesini untuk mencari pak Malik Brahnowo," ucap Ali.
"Baik, nanti saya antarkan kamu ke beliau. Ngomong-ngomong, boleh saya minta nomor ponselnya?" jawab Yusuf.
"Iya pak, boleh," ujar Ali.
Kini Yusuf mempunyai nomor telepon Ali dan Ali kini mempunyai nomor telepon Yusuf. Setelah itu, mereka berdua pergi masuk kedalam markas dan berjalan menuju ruang Malik.
Beberapa menit kemudian...
Ali masuk kedalam ruang Malik begitu saja tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam. Dan itu membuat Malik terkejut dengan kedatangan Ali.
"Ali?" Malik mendekati Ali.