Aku dimana ini?
SMA Internasional Tokyo?
Ini...
Aku berjalan menyusuri selasar Sekolah. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan dua orang.
Gadis semua, yang satu rambut pendek bergelombang dan yang satu lagi rambut panjang.
"Sebentar!" seruku.
Mereka berdua pun menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku.
Aku tidak ingat kenapa mereka bisa ada, bahkan tidak pernah tahu, tapi aku punya ikatan kuat terhadap mereka. Entah kenapa aku tidak bisa pergi dari mereka berdua.
Gadis rambut panjang itu membetulkan dan merapikan rambutnya lalu menggodaku.
"Salam kenal ya. Aku Meiko Hashimoto. Kamu ganteng banget. Senang bisa berkenalan denganmu." ujar gadis bernama Meiko itu.
"Salam kenal ya, aku tidak tahu namamu tapi karena sepertinya Meiko kenal jadi ya sudah. Namaku Akiko. Akiko Hashimoto." ujar Akiko sambil tersenyum dan menjabat tanganku.
Akiko terlihat dewasa dengan alis yang sedikit naik dan bibir yang melebar anggun.
Entah kenapa melihatmu jadi teringat...
Sebentar...
Kakak?!
Akiko-oneechan?!
"Namaku Akihito. Akihito Hashimoto, aku dari Universitas Osaka. Aku tersesat disini. Maaf, bisa tolong cari penginapan dekat sini?" tanyaku.
Gawat! Kalau aku beritahu posisiku yang sebenarnya, mati aku.
"Kau bisa menginap bersamaku, Akihito-kun." usul Akiko.
"Eeeh?! Menginap bersamamu Akiko?!" seruku kaget.
"Maafkan aku, tapi apa tidak apa-apa?" tanyaku sekali lagi.
"Tidak apa-apa kok. Aku senang membantu." jawab Akiko.
"Kau baik sekali." ujar Meiko sinis.
"Eeh?! Bukan maksudku seperti itu Meiko!" seru Akiko dengan muka merah.
"Tidak apa-apa..."
"Baiklah, ayo kita jalan-jalan sejenak, kebetulan hari ini sebenarnya tidak ada pelajaran, hanya class-meeting." ungkap Akiko.
"Aku ikut kalian saja." pungkasku.
Aku mengikuti duet ini keliling sekolah. Mereka memperkenalkan kelas mereka dan kantin terutama dan satu lagi...
Mereka mengajakku ke taman dan duduk disana sejenak.
"Akihito-kun ya? atau kau mau dipanggil senpai?" tanya Akiko sedikit serius.
"Panggil saja Akihito-kun." jawabku.
"Baiklah. Aku tidak pernah melihatmu dimanapun, tapi kami merasa terikat denganmu." ungkap Akiko.
"Kau mirip kakak kandungku, Akiko juga namanya." ungkapku.
"Begitukah? Hmm. Aku juga akan mencoba menjadi 'kakak' buatmu." ujar Akiko sambil tersenyum.
"Kakak atau Pacar, Akiko-chan?" tanya Meiko sedikit mengejek.
"Apaan sih." jawab Akiko malu.
"Akihito-kun, sekolah ini terancam bubar." ujar Meiko.
"Kenapa?!" tanyaku kaget.
"Karena akan dibangun suatu Lab. Besar bernama Lab. MANA."
Apa?! Lab. MANA. Tidak mungkin!
Jadi Kizuki dan Mizuki adalah Masa Depanku, sementara aku adalah Masa Depan mereka. I understand it now.
"Lab. Besar ini akan membantu Manusia mengenali Dunia Paralelnya. Karena aku sering baca mengenai dunia paralel. Maka bertemu denganmu bisa menambah wawasanku dan memuaskanku akan pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh siapapun. Bagaimana dunia paralel itu? Apakah seperti dunia yang sekarang atau seperti apa?" tanya Meiko serius sekali.
"Aku bertemu banyak bagian dari diriku yang seharusnya tidak ada." jawabku.
"Aku ingin coba sentuh tanganmu." ujar Meiko.
Aku mempersilahkan. Tiba-tiba, kilasan memori.
Tidak mungkin...
Meiko sepertinya juga kaget.
Lalu tersenyum.
"Akihito-kun, tentunya aku akan selalu bersamamu." ujar Meiko.
"Eeh?!" seruku kaget.
"Bukan hanya Meiko. Aku juga. Aku juga mau coba." ujar Akiko dengan senyumannya.
Akiko pun memegang tanganku, lalu responnya sama saja.
Mereka terlihat bahagia.
"Akiko, malam ini kita ajak Akihito-kun ke atas gunung, aku mau bicara sama dia. Aku ingin kau juga tahu." ujar Meiko.
"A-Apa? Gunung? Jauh sekali... Kasihan Akihito-kun..." ujar Akiko.
"Loh?! Kok malah gitu responnya? Kasihan juga Akihito-kun membosan di kamarmu!" seru Meiko kaget.
"Hmmm... Tapi... Aku tidak ingin Akihito-kun, terbebani..." ungkap Akiko dengan muka malu-malu.
"Lalu kau mau apa?!" seru Meiko marah.
Pembicaraan ini sepertinya akan berlanjut ke hal yang tidak mengenakkan. Meiko mulai menangis.
"Tenanglah, aku akan ikut. Akiko pun juga ikut. Tidak usah khawatir." jawabku.
Akhirnya tegangan diantara mereka kembali menurun, mata Meiko telah berhenti mengalirkan air mata.
Aku pun memutuskan tinggal di rumah Akiko bersama Kakaknya. Akiko menelpon kakaknya dan aku diterima. Syukurlah aku punya tempat tinggal.
Aku pun langsung pulang bersama Akiko dan Meiko. Karena mereka sebelahan maka kami pulang bersama dan berpisah di rumah masing-masing.
---
Rabu, 10 Juli 2025. Pukul 19:30, Waktu Tokyo. Rumah Akiko, Alternate Dimension
Sudah beberapa jam aku di rumah Akiko, Aku berberes untuk persiapan naik gunung.
"Wah, Akihito-kun bisa sesiap ini gimana ceritanya?" tanya Akiko,
"Aku punya uang tak terbatas." jawabku dengan nada tunak tunak tun.
"Maksudmu?" tanya Akiko heran.
"Canda." ujarku sambil menjulurkan lidah.
"Huft, Dasar nyebelin!" seru Akiko kesal.
"Yang duluan bikin sebel siapa sih?!" tanyaku balik kesal.
"Eeeee, nanti kutendang kau!" seru Akiko kesal lagi.
"Sabar napa?" tanyaku heran.
"Maaf." ungkap Akiko kembali normal.
"Santai saja." ujarku.
Aku pun membantu Akiko membereskan barang untuk naik gunung...
Lalu tak lama kemudian, kami pamit berangkat. Kami kabari Meiko untuk stand by di Gunung dekat rumah Akiko ini.
---
Rabu, 10 Juli 2025. Pukul 20:30, Waktu Tokyo. Gunung Meijiyama, Alternate Dimension
"Meiko-chan!" seru Akiko.
Akhirnya kami pun sampai dan betul, Meiko menunggu di kaki gunung.
"Baiklah, ayo kita naiki tangga ini." ajak Meiko.
Kami menaiki tangga hingga sampai ke puncak, di puncak kami melihat pemandangan yang sangat luar biasa. Kami bisa melihat pemandangan kota Tokyo yang gemerlapan malam.
"Akiko, Akihito-kun. Aku akan bicara tentang apa yang aku lihat. Kamu harus mendengarkan dengan baik," ungkap Meiko.
"Meiko, aku sudah tahu hanya Akihito-kun yang belum tahu dan aku biarkan saja kamu yang beritahu." lanjut Akiko.
"Jadi apa masalahnya? Apa tugasku disini?"
"Betul, tugas ya? Betul, disini Akihito-kun punya tugas. Sebelumnya, aku ingin memberitahumu. Aku adalah diri alternatifmu." ujar Meiko.
"A-Apa?! Jadi kau sejenis Kizuki?! Tunggu, tapi kenapa bisa serangkaian begini?!" tanyaku kaget.
"Akiko pun sama, kita punya dua sisi berlawanan. Tugasmu, memilih diantara kami yang akan dipertahankan. Lusa, akan ada serangan dan akan merenggut nyawa salah satu dari kami. Aku sudah berbincang Meiko sebelumnya dan Ketika kau datang, kami sudah komitmen dengan apa yang kami tegaskan. Pilihlah dengan objektif, hanya inilah kunci menyelamatkan dunia nyata dari Bom. Karena aku punya kemampuan clairvoyance dari firasatku." ungkap Meiko panjang lebar sambil menyandarkan tangannya pada pagar.
Entah kenapa aku tidak bisa fokus terhadap ungkapan Meiko yang panjang lebar tersebut. Meiko mengembalikanku ke saat ini setelah ia menepuk tangannya.
"Akihito-kun, apa kau siap?" tanya Meiko.
"Kau siap?" tanya Akiko.
"Aku siap." jawabku sederhana.
"Baiklah hari ini, kau akan menginap di rumah Akiko dan jalan bersamaku 18 jam dan bersama Akiko sisanya sampai serangan terjadi." ujar Meiko.
"Deal!" seruku.
Perjanjian ini menjadi perjanjian penting dalam hidupku sekaligus memulai sesuatu yang tak terelakkan bagiku... Seumur hidupku...
TO BE CONTINUED