webnovel

Kurva 5 - Wide Awakening

Aku terjatuh.. Aku tenggelam. Kulihat sekeliling diriku. Kenyataan terdistorsi...

Rambutku? Rambutku?! Rambutku!!!

Aku berubah menjadi perempuan?!

Aku?! Aku?!

Aku tiba-tiba dapat berdiri dan terus turun ke dasar laut. Aku berdiri dengan tanpa sadar menangis. Bibirku tersenyum. Ada apa ini?!

"Akihito-kun... Akihito-kun... Aku adalah Kizuki, suara hatimu... Aku adalah kamu. Kamu adalah aku... Sudah lama aku menantikan pertemuan ini..." ujar suara perempuan yang aku tidak tahu darimana asalnya.

Tiba-tiba aku kembali ke wujud asliku. Lalu Kizuki muncul dihadapanku dalam bentuk hologram berwarna kuning.

"Aku akan terus bersamamu, bahkan hingga dirimu mengalami proses Wide Awakening! Aku akan selalu mengawasimu!" seru Kizuki.

"Sebentar, bukannya dengan terkumpulnya memoria yang 12 itu aku sudah bebas dan kembali ke dunia nyata? Kenapa aku malah terdampar di sini lagi? Dan apa itu Wide Awakening?" tanyaku. Ia hanya terdiam.

Aku mencoba meraihnya. Kizuki ternyata terjatuh ke dalam lubang antar dimensi.

Apa-apaan ini?!

Suasana tiba-tiba berubah menjadi malam...

Aku terdiam melihat Kizuki terduduk menangis tepat didepanku... Aku ikut sedih melihatnya.

Aku berusaha untuk berdiri dan bertanya kepadanya.

"Kizuki... Kamu kenapa menangis didepanku?" tanyaku.

Kizuki terdiam lalu tidak bisa menghentikan tangisnya.

"Akihito-kun... Aku... Aku... Aku..." ujar Kizuki.

Kizuki sepertinya sedang shock. Aku tidak tahu. Tapi menurutku ini harus ditanyakan. Aku akan coba sesuatu yang membuatnya ingat.

"Kizuki...," ujarku lirih.

Aku menghampirinya dan mengelus rambutnya.

Kizuki tiba-tiba terdiam. Ia tersenyum.

"Ah!" serunya.

Ia pun mengelus rambutku.

"Ah! Kau... Aki... Akihito-kun..." ujar Kizuki.

Kita punya kesamaan Kizuki... Kita suka rambut kita dielus lawan jenis.

Kizuki pun menarik tanganku... Dan sampai kepada suatu dinding kaca.

"Akihito-kun... Aku akan tanya beberapa hal padamu. Aku harap kamu bisa jawab," pungkas Kizuki.

"Baiklah. Sekarang silahkan kamu mau tanya apapun tentangku. Tapi seharusnya kamu sudah pasti tahu jawabannya kan?" tanyaku kembali.

Jika dia bagian dari diriku, pasti punya jawaban yang sama terkait mayoritas persoalan.

"Aku akan panggil kamu sebagai ganti dari suamiku mulai sekarang," ujar Kizuki.

Kaget aku mendengar pernyataannya yang polos seperti itu.

"Sayang, apa itu kenyataan?" tanya Kizuki padaku.

Kenapa dia bertanya seperti itu? Apakah karena kehilangan suaminya?

Aku terdiam.

"Aku masih sulit menjawab apa itu kenyataan," jawabku.

"Baiklah,"

Ia pun mengajakku melihat keatas langit.

"Itu apa? Kenapa bisa terjadi Aurora sayangku?" tanya Kizuki.

"Aurora terjadi karena gesekan antara angin matahari dan atmosfer bumi," jawabku sederhana.

"Bukan itu. Aurora itu bisa terjadi karena energi gesekannya memantulkan warna." ujar Kizuki.

"Kamu itu sama saja keras kepalanya. Kan sama saja." ujarku sambil tertawa.

Kizuki pun mengajakku menuju tebing. Kami duduk bersebelahan.

Kizuki terlihat tersenyum menahan sedihnya.

"Aku hanya sedih saja. Aku butuh teman," ujar Kizuki.

"Teman katamu? Kalau kamu memang bagian dari diriku. Seharusnya kamu tidak merasa kesepian sekarang," ujarku membalikkan kesalahan logikanya.

Dia persis seperti diriku. Terlalu bertele-tele untuk mengatakan kangen dan rindu.

"Apa kau bilang?! Aku tidak seperti itu. Aku bisa jauhi kamu sejauh-jauhnya. Tapi sayangnya aku tak bisa lakukan itu. Keduanya tak akan bisa melanjutkan ke proses selanjutnya dan rasa sakit ini menjadi sia-sia. Memangnya kamu pikir hanya kamu saja yang merasakan sakit kepala tiba-tiba?! Kamu pakai otakmu bukan dengkulmu!" seru Kizuki.

Gadis imut ini ternyata bisa juga mengerutkan alisnya dan memukul kepalaku. Aduh! Sakit!

Kizuki pun tersenyum padaku.

"Kau benar-benar diriku. Kau tahu? Aku sangat susah membedakan panggilan kamu dan kau. Sama seperti dirimu yang sekarang mencoba menahan diri untuk tidak meletuskan kata 'kau' kan?" tanya Kizuki mengejek.

Dasar. Kau tahu isi hatiku.

"Aku akan ajak kamu ke kediamanku. Aku akan mandi bersamamu," ujar Kizuki polosnya.

"Apa katamu?!" seruku kaget.

Benar-benar sepertiku. Aneh. Polosnya dia.

Tak lama kemudian, aku sampai di rumah kaca yang berisi kamar dan kamar mandi. Ruangan ini anehnya transparan.

Kizuki asik ngulik tabletnya. Aku iseng bertanya.

"Kizuki... Itu tablet kamu gunakan buat apa?" tanyaku kaget.

"Aku suka desain di waktu luang. Dan juga aku memang ahli di bagian ini. Kamu tahu? Aku seorang dokter neurosains, aku juga paham kerja otak akan lebih dipompa ketika berseni." ungkap Kizuki.

Aku terus memperhatikan gadis ini. Walaupun dia janda tapi aku masih anggap dia gadis. Tetap dia sikapnya hampir mirip diriku.

Aku mencoba memperhatikan detail.

Kizuki juga memperhatikanku rupanya. Tatapan bingungnya mengalihkan fokusku. Ia pun terdiam dari ulikan tabletnya.

"Kamu lihat apa?! Jujur. Kamu cari apa?!" tanya Kizuki bingung.

"M-maaf," ujarku pelan.

"Baiklah, ayo kita mandi. Kamu capek tadi. Aku juga gerah. Butuh refresh tapi dengan air hangat," ungkap Kizuki.

"T-tapi kita kan??" tanyaku kaget.

"Kamu malu sama aku?" tanya balik Kizuki.

Sukses kamu buat mukaku merah. Hebat.

Aku akhirnya mengikuti saranmu. Aku mengikutimu ke kamar mandi.

Ya begitulah kita. Aku benar-benar malu didepanmu. Sedang kamu tampak biasa saja melihatku.

Hei! Kita seperti tanpa batas?! Hanya dibatasi air.

"Apa?! Jangan lihat yang lain. Lihat saja wajahku." ujar Kizuki.

Sial. Mukaku makin merah. Mana airnya makin panas lagi. Aduh, aku harus tahan berada disini. Memang aneh juga. Aku sukses dikerjain hari ini.

Tapi aku harus tahan. Ayo biar Kizukinya tidak curiga. Ah aku!

"Kamu jangan marah ya. Aku memang begini. Maafkan aku." ujarku simpel.

Aku benar-benar jadi bulan-bulanan hari ini.

Kizuki pun memecah keheninganku.

"Sayang, aku mau tidur denganmu, malam ini saja. Sisanya kamu boleh pergi. Aku butuh teman malam ini." ungkap Kizuki sambil memelas.

Tak lama kemudian, kami selesai mandi. Kizuki menarik tanganku menuju kasurnya. Kizuki masih mengulak-alik tabletnya.

"Sayang..." ujarku lirih.

Aku coba!

Kizuki tersenyum. Ia pun berbaring.

"Baringlah disampingku. Aku mau peluk kamu." ujar Kizuki.

Aku tidak punya cara lain, aku turuti keinginannya.

Aku berbaring disampingnya. Aku merasakan kehangatan yang aku dulu rasakan. Mungkin Kizuki juga merasakan hal yang sama.

"Aku merasakannya. Jangan kau tanya lagi." ujar Kizuki.

Dasar. Baca pikiranku lagi? Baiklah.

Tiba-tiba, Kizuki membelakangiku.

"Sayang, kamu tidak risih denganku? Aku ini jahat. Aku jahat pada suamiku. Aku jahat pada Mana," ungkap Kizuki.

Apa?! Kok dia juga bisa tahu Mana?! Sedetail itukah efek Awakening baginya. Sedang aku pun tidak ingat detail tentangmu.

"Tidak. Tentu tidak. Kamu sudah jadi bagian diriku sendiri." ujarku.

Kizuki berbalik kembali menghadapku, memelukku dan mencium keningku.

"Kamu capek kan? Maafkan aku sudah membuatmu susah seharian ini. Besok aku ajak jalan-jalan ya." usul Kizuki.

"Baiklah. Kizuki, kamu ingat masa kecilmu?" tanyaku.

"Masa kecilku bahagia. Aku bisa bebas menggambar apapun di buku gambar. Aku difasilitasi oleh ayahku. Ibuku sudah meninggal semenjak melahirkanku. Aku adalah anak keempat dari empat bersaudara perempuan semua. Ayahku sangat memperhatikanku. Walau memang seharusnya yang lahir adalah anak laki-laki tapi aku bahagia. Aku dilatih mandiri." ungkap Kizuki.

-Flashback Start-

-Kizuki's P.O.V.-

Aku yang masih kecil tidak tahu apa-apa hanya bisa menemani ayahku. Disela-sela waktu senggang aku menggambar apapun. Entah dimengerti atau tidak tapi ya aku tetap saja menggambar.

"Ayah! Mau kemana ayah??" tanyaku sambil tersenyum.

"Ayah akan pergi ke suatu tempat. Tunggu disini ya." ujar Ayahku.

Ayahku pun pergi. Aku ditinggal sendiri. Aku memang nakal. Aku suka otak atik sana-sini.

Aku menemukan kotak. Ah kotak itu! Aku penasaran. Aku buka isinya ternyata boneka beruang yang lucu!

Ah Lucunya!

-Flashback End-

-End of Kizuki's P.O.V-

"Kamu dari kecil bahkan orang tuamu tidak menganggapmu seperti anak yang seharusnya. Kamu adalah anak aneh kan?" tanya Kizuki.

Aku tersinggung dengan perkataannya.

"Maksudmu apa?!" seruku.

Aku tidak tahan lagi mendengar ocehan itu.

"Jangan marah. Aku tidak akan pernah lagi mengoceh seperti waktu itu. Sungguh suara yang memintamu selalu bunuh diri itu adalah aku. Aku tidak pernah bisa menerima keberadaanmu." jelas Kizuki.

"Jadi kamu adalah bentuk asli dari Facade?" tanyaku.

Jadi selama ini aku bersama dengan Facade? Gadis seimut ini adalah Facade yang sudah kutebas di regresi waktu itu. Tapi kenapa dia malah bersamaku saat ini? Apa yang dia inginkan?

"Apa maumu Facade?"

Kizuki alias Facade terdiam. Aku redakan marahku, mungkin aku terlalu kasar dalam kondisi dia yang saat ini merupakan seorang gadis imut ini.

"Aku minta maaf." ungkapku.

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan hal ini. Aku melihatmu berani melawanku dan berhasil mendapatkan 12 memoria. Hasilnya sekarang kamu bisa berdamai dengan dirimu sendiri kan? 12 memoria yang kamu kumpulkan itu mengubah hatiku sehingga aku menjadi seperti sekarang. Seperti yang kamu tahu, aku tidak akan pernah bisa musnah. Selagi kamu masih hidup maka aku masih ada di dalam hidupmu, tapi untuk selanjutnya aku akan membantumu dengan segenap kekuatan yang aku punya. Intinya, Aku sayang kamu. Ayo tidur!" ujar Kizuki sambil memelukku dengan hangat.

"Terimakasih sayang." jawabku kembali.

Sangat menyenangkan memiliki pasangan seperti Kizuki, sayangnya dia hanya Facade, tapi Facade yang berubah jadi baik. Tidak apa-apalah.

Aku pun tertidur bersama dengan Kizuki. Kesayanganku. Ah hari ini lucu sekali.

---

Minggu, 6 Juli 2022 Pukul 05:30 Waktu tak diketahui

Aku terbangun terlebih dahulu. Aku melihat raut muka manisnya Kizuki. Ia masih tertidur rupanya. Aku kecup keningnya.

"Bangunlah, ini sudah pagi." ujarku.

"Sayang..." ujar Kizuki lirih.

Matanya yang berbinar-binar mampu membuatku betah melihatnya.

Ia mengecup keningku dan berkata.

"Kamu bangunlah, aku lapar. Bisa siapkan makanan?" tanya Kizuki.

"Hah? Siapkan makanan?" tanyaku kembali.

Aku tidak bisa masak!

"Ya sudah jika tidak mau aku saja yang siapkan buatmu." ujar Kizuki.

"T-tidak usah. Aku saja. Aku coba. Kalau kurang enak, aku minta maaf." ungkapku.

Aku mencoba memasak omelet. Untung ada kulkas dan ada kompor. Aku mencoba memasak omelet.

Tak lama kemudian, omeletnya jadi. Ah! aku tidak tahu entah apa rasanya itu. Yang penting aku sudah buat.

"Mana omeletnya?" tanya Kizuki.

Ah aku selalu tidak bisa menyesuaikan diri! Bahkan aku tidak bisa membedakan Kizuki dan kamu.

Kamu mencoba omelet buatanku.

"Enak tau! Kamu darimana belajar masak. Kamu jangan pergi lama ya? Aku kangen masakanmu." ujarmu.

Sesuai dengan jawaban yang kamu tebak. Aku malu tapi aku yakin bisa enak.

Kamu berpikir lalu mengutak-atik tabletmu.

"Sayang, kita jalan-jalan yuk! Nanti malam aku antar pulang! Kamu mau kemana?" tanyamu.

"Aku ikut kamu aja." ujarku.

Kamu tak henti-hentinya tersenyum. Kami pun mandi seperti biasa.

Setelah itu, tak lama kami pun siap berjalan-jalan.

"Ayo kita jalan ke taman!" serumu.

Aku ditarik olehmu keluar dari kamar dan kediamanmu. Kamu berlari terus, terus hingga sampai di sebuah taman.

"Main ayunan yuk!" serumu.

Ah kamu masih seperti anak kecil juga. Kita sama ternyata.

"Dorong ayunanku tolong!" serumu.

Aku pun mendorong ayunan. Haha seperti suami dan istri.

Aku melihat raut muka yang segar dan hangat dari wajahnya.

Perlahan aku merasakan Mana ada didalam jasadmu.

Mana...

Semua kejadian ini seperti membuatku memaksakan diri melupakanmu. Tapi tetap aku tidak bisa...

Setelah tidak lama, kamu turun dari ayunan. Lalu mengajakku ke tengah taman.

Kamu pun berbaring. Aku juga mengikutimu.

"Aku senang sekali hari ini. Aku bahagia walau ini hanya sesaat. Sebentar lagi sepertinya kamu akan kembali ke dunia nyata ya?" tanyamu.

"Aku tidak tahu. Sungguh. Ini sama seperti Pulsanthe??" tanyaku penasaran.

"Betul, tapi ini diciptakan oleh kita berdua." ujarmu.

"Bagaimana bisa? Dan apa kaitannya antara kita berdua?" tanyaku.

"Kamu mau hentikan Illuminati kan? Aku akan memberimu bantuan. Propaganda itu tidak cukup. Kamu harus lenyapkan seseorang." ungkapmu.

Aku bertanya-tanya siapa orang itu.

Kamu menunjukkan foto seseorang. Aku kenal dia! anggota Komite 300!

"Yuuto?!" seruku kaget.

"Benar. Yuuto adalah Inisiator Proyek SCARAB (Sustain Culmination for Real Awaken Bodies). Proyek ini menghasilkan proses Wide Awakening yang ketika terdampak maka akan mati. Ingat bahwa semua solusi terkait ini dihalangi. Sekarang Jepang dalam bahaya!" serumu.

"Sebentar, apa itu Wide Awakening?"

"Semacam program peningkatan kesadaran manusia dimana manusia memiliki peningkatan sensitivitas indera maupun alur neuron dalam tubuhnya sehingga dapat menjadi manusia super. Tapi dengan kata lain, manusia tersebut dapat dijadikan alat oleh si pembuat program tersebut, seperti A.I atau kecerdasan buatan."

"Bagaimana cara aku dapat memusnahkan program tersebut? Bagaimana cara membunuhnya?" tanyaku kembali.

"Ini perintah! Temukan metode Wide Awakening sebelum Yuuto menemukannya." serumu.

Antara cemas dan bingung, raut wajah itu yang kau perlihatkan kepadaku.

"Baiklah. Aku turuti..." ujarku.

Aku melihat tubuhku... Tubuhku seperti dikelilingi aura merah hitam dan angka biner. Apa aku kembali?!

Kizuki?! Kizuki!!!!!

Aku melihat ke kanan... Kizuki... Tapi kenapa bentuk hologram?!

Tiba-tiba dimensi terdistorsi kembali...

"Akihito-kun!" serumu.

Kau mencoba meraihku...

"Kizuki!!!" seruku.

Aku mencoba untuk meraihmu, Kizuki. Sayangnya aku tidak bisa. Entah kenapa kamu berbentuk hologram. Apa yang terjadi? Bukannya ini adalah dimensi asli tempatmu berada... Dan aku pun mulai terdistorsi aura merah hitam sampai saat ini

"Ceritakan padaku apa yang terjadi sebenarnya!!!" seruku cemas.

"Aku... Aku tidak bisa mengatakannya!!" serumu menahan tangis.

Aku memelukmu.

Kizuki pun menangis...

"Aku sebenarnya sudah mati Akihito-kun, semua sudah terlambat..." ungkap Kizuki.

A-Apa?! I-Ini...

Tidak Mungkin!!!

KIZUKI!!!!!

Kepalaku sakit lagi, Kau kemudian perlahan mengubah dirimu menjadi bentuk yang bisa disentuh manusia normal... Kau peluk aku.

Kau menangis bersamaku.

"Kizuki... Aku..." ujarku menangis dengan keras, aku pun terisak, mataku tidak bisa membendung lagi.

"Aku tidak apa-apa, Akihito-kun, aku masih bisa berada disini karena jasadku sedang berada dalam proses wide awakening... Segala macam kabel diletakkan padaku."

Kau menunjukkan tempat aslimu berada saat ini...

"Ini aku... Aku mohon di dimensi ini kamu stop Yuuta!" ungkapmu.

"Kizuki..." ungkapku.

Aku pun membaca selebaran yang ada di sebelah kapsul tempat dimana Kizuki berada. Ruangan seperti laboratorium namun gelap ini, menjadi tempat stabilizer tubuh Kizuki yang saat ini berada dalam proses Wide Awakening.

"Kizuki Hashimoto, istri dari Akihito Hashimoto (meninggal 2029)."

Apa?! Istriku? Tidak mungkin!

Jadi ini adalah masa depan?

Setelah aku menuju masa lalu, sekarang aku harus ke masa depan?

Hari-hari penuh kejutan ya.

Jadi anakku siapa?

"Minami Hashimoto, bertunangan dengan Yuuta. SCARAB."

Gawat. Jadi aku harus mencegah mereka

"Minami!!" seruku.

Aku berlari keluar dari Lab, tepat didepanku mobil yang membawa Minami dan supirnya adalah... Yuuta...

"Minami!!!"

Mereka berdua mengarah kepada suatu Lab yang hampir sama dengan Lab tempat Kizuki diinapkan. Aku menghadangkan tanganku didepan pintu Lab.

"Kau siapa?" tanya Minami kepadaku sambil tersenyum.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Minami lagi.

Minami tiba-tiba terdiam...

"Ayah?"

"Minami... Ayah sudah kembali."

"Ayah kenapa menghilang selama ini?" tanya Minami marah.

"Maafkan ayah, ayahmu berusaha menyelamatkan diri."

"Karena Ayah meninggal karena kecelakaan, sama persis dengan isteri ayah sebelumnya."

"Mana?"

"Benar ayah. Yuuta yang menggotong Ayah waktu itu ke RS dan membawa Jenazah Ayah."

Yuuta hanya terdiam.

Yuuta langsung mencekikku.

"Kenapa kau belum mati, Akihito-san?!"

"Yuuta hentikan!" seru Minami.

Nafasku terengah-engah

Yuuta langsung menodongkan pistol kepadaku.

"Segera kau kubunuh!" seru Yuuta.

"Tidak semudah itu!"

Minami!

Minami mengacungkan pistol kepada Yuuta.

"Kau tidak akan pernah bisa membunuh ayahku dengan cara apapun selama masih ada aku." Seru Minami.

"Minami-chan..." ujar Yuuta

Dor!

"Mi..nami..chan."

Yuuta pun mati seketika.

"Ayah, ayo kita bebaskan ibu! Protokol Wide Awakening sudah ada bersamaku." seru Minami.

"Baiklah Minami!"

Kami berdua bergegas kembali ke tempat dimana Kizuki diinapkan. Shelter.

Sesampainya kami berdua ke shelter, Minami berusaha mengetik suatu command di komputer kontrol tersebut untuk menghentikan Wide Awakening, tapi apapun yang sudah ia lakukan, ia gagal.

"Minami, ayah akan melakukan Wide Awakening. Ayah akan susul ibumu. Ayah ingin tahu bagaimana rasanya Wide Awakening."

"Tapi Ayah, ayah akan mati.. Lalu aku sendiri..."

"Jangan khawatir, ayah pasti kembali."

Aku masukkan diriku ke dalam kapsul, lalu Minami mengetik perintah ke dalam komputer

"Wide Awakening: Akihito Hashimoto: 75% synchronization process. 100% fit body."

"Ayah..."

Minami menangis, aku tak bisa mendengarnya tapi aku bisa melihatnya dari balik kapsul ini.

Lalu tiba-tiba di layar muncul pemberitahuan.

"Digital-Vault Completion 100%"

Apa? Digital Vault?

Dan ketika aku melihat Kizuki, layar yang sama juga muncul...

Saat sinkronisasi sudah mencapai 100%, anehnya tidak terjadi apa-apa, hanya inderaku makin tajam, aku keluar dari kapsul itu, dan bilang.

"Minami, tidak terjadi apa-apa. Hanya indera Ayah makin tajam."

"Ayah, ayah tidak mati."

"Minami..."

Kizuki?!

Kizuki membuka matanya, kabel kabel yang mengikatnya beserta elektroda yang ada di sekelilingnya tiba-tiba tidak berfungsi, Kizuki kembali sadar.

"Ibu..."

Kapsul Kizuki terbuka dan Minami langsung berlari menuju ibunya itu.

Aku pun mendatanginya

"Kizuki, kau sudah sadar?"

"Akihito-kun..." ujar Kizuki meneteskan air mata.

"Maafkan aku butuh waktu lama..."

Momen ini adalah momen paling indah dalam hidupku, seolah semua penderitaanku usai. Aku telah berhasil menyelamatkan paling tidak satu lingkup kecil, keluargaku sendiri. Walaupun aku gagal melindungi Mana tapi aku berhasil melindungi keluargaku sendiri.

"Wide Awakening ini sudah berhasil pada kita berdua, dengan adanya Digital-Vault, kesadaran kita tidak hilang karena pengaruh kontrol Wide Awakening."

"Terimakasih atas penelitian hebatmu."

"Karena kamu aku bisa seperti ini."

Portal pun tiba tiba terbuka dari layar komputer.

"Ayah... Ayah akan pergi lagi?"

"Jujur ayah tidak tahu akan pergi kemana dan kenapa ini Komputer tiba-tiba buka portal sendiri?"

Kizuki tersenyum dan bilang.

"Lengkapi metode ini ya. Pergilah temui Mizuki Kajiura di Dimensi beta. Sekarang kamu berada di Dimensi alfa."

"Dimensi Alfa?" tanyaku.

"Iya, kamu pergilah menuju masa depanmu yang lain, kami berdua sudah aman. Temuilah Mizuki."

"Baik sayang."

"Aku sayang kamu."

Aku memasuki portal tersebut, berjalan seperti waktu pertama kali keluar dari Pulsanthe. Sekarang aku harus menuju tempat itu... Mizuki.

TO BE CONTINUED

Siguiente capítulo