webnovel

Kurva 0 - Keinginan Terakhir

17 Juni 2025: Pukul 07:00 Pagi.

Aku hanya ingin hati ini penuh dengan seseorang yang kenyataannya tidak mungkin kembali. Apa ini? Perasaan hampa? Aku seorang apoteker yang seharusnya berhati besar. Tapi aku hanya seorang tak berguna!

Aku bahkan tak bisa menyelamatkan Istriku sendiri. Aku sudah 4 hari merenungi kehidupanku.

Tiba-tiba beberapa orang cewek datang kepadaku...

"Aki-kun, Makanlah. Kamu belum makan dari tadi."

Dia kakakku. Namanya Akiko Hashimoto. Dia Bidan dan Perawat di Rumah Sakit dekat Rumahku.

"Aki! Makan atau aku akan ancam kamu lagi! Sampai kapan kamu berada merenungi kehidupanmu terus! Benar-benar tidak dewasa!"

"Hentikan Onee-chan! Adik kita sedang stress. Coba kita rasakan perasaan dia. Masih untung Keluarga Kita terselamatkan."

Yuuka-oneechan memarahi aku lagi persis seperti waktu masih kecil. Kakakku yang satu lagi, Mayuri-oneechan mencoba menenangkan Yuuka-oneechan.

Kami berempat bergegas menuju ke meja makan. Papa dan Mama menunggu di meja makan.

Kebetulan makanannya lumayan enak. Aku suka yang namanya Chicken Cordon Bleu. Yang lain bebas memilih menu.

"Akihito-kun." ujar Papaku.

"Iya, Otou-san." jawabku.

"Kamu beberapa hari ini murung. Masih kepikiran Mana-chan?" tanya Papa.

"Benar, Otou-san." jawabku sedih.

"Hidup ini penuh ketidakpastian, Aki-kun. Jangan takut menghadapi ketidakpastian. Okaa-san banyak belajar dari kamu dan Mana-chan. Mana-chan orang yang berani dan baik. Okaa-san percaya dengan kalian." jawab Mama menyemangati.

"Arigatou, Otou-san, Okaa-san." jawabku tulus.

Aku bergegas menghabiskan makanan yang disediakan. Aku hanya bisa memendam rasa sedih yang mendalam.

Aku pun setelahnya merapikan kamar dan membersihkan diri. Kemudian bergegas ke Laboratorium. Aku bekerja lagi seperti biasa. Disamping itu setelah jam makan siang, aku bergegas ke Universitas Sawano untuk mengajar beberapa mata kuliah disana di beberapa fakultas.

Biasanya Mana yang mengantarku tapi ... .

Ah Sudahlah! Aku tak mau ingat lagi. Aku pun bergegas ke Laboratorium.

---

17 Juni 2025: Pukul 08:00 Pagi.

Aku memimpin upacara di sekitar Laboratorium menandakan hari mulai bekerja kembali. Hari ini adalah Hari pertama gencatan senjata yang disepakati tentara dan pemerintah Jepang. Aku benar-benar bahagia bisa bekerja lagi. Hal ini membuatku hidup kembali. Aku maju didepan tiang bendera memberikan pengarahan dan sambutan.

"Hari ini kita mulai bekerja seperti biasa. Semuanya harus semangat! Ingat bahwa Mana akan selalu mengawasi kita!"

Aku teringat dengan Mana. Aku teringat. Aku menangis! Aku tidak tahan lagi! Harusnya dia yang mengisi pengarahan ini. Aku hanya melihat dari kejauhan. Tapi aku tidak tahan lagi. Badanku tanpa sengaja rebah. Aku hanya melihat kegelapan.

---

17 Juni 2025: Pukul 08:30 Pagi.

Tiba-tiba, aku terbangun dan melihat sekelilingku. Ternyata, aku di klinik lab. Disampingku ada dua orang. Satu cowok dan satu cewek. Seniorku. Sakura-senpai dan Souji-senpai.

Mereka berdua adalah Mahasiswa Berprestasi di kampus lamaku, Universitas Osaka. Dan mereka menikah sejak beberapa tahun sebelum Aku dan Mana menikah.

"Akihito-kun, Ada masalah?" tanya Sakura-senpai.

"Jika kamu ada masalah. Ceritakan pada kami." jelas Souji-senpai.

Sakura Nishikawa dan Souji Nakayama adalah orang-orang terpilih yang dipilih langsung oleh Mana untuk bekerja di lab.

Mana sempat cemburu waktu itu dikarenakan Aku sempat suka dengan Sakura-senpai. Namun, Sakura-senpai menjauhkan diri dariku bersama Souji-senpai. Setelah beberapa bulan pasca kejadian, barulah mereka menceritakan yang sebenarnya terjadi.

"Akihito-kun. Perbedaan Laki-laki dengan anak-anak adalah Laki-laki berusaha habis-habisan. Bertanggungjawab secara langsung. Anak-anak butuh penyokong. Aku yakin kamu bisa menghadapinya sendiri tanpa bantuan Mana." ungkap Souji-senpai.

Kalimat ini persis yang dikatakan 8 tahun yang lalu kepadaku. Aku selalu ingat perkataan ini.

"Souji-senpai, Aku sudah memutuskan semuanya. Arigatou. Aku akan pulang dari klinik ini. Jangan khawatirkan aku lagi. Aku tidak apa-apa senpai." ujarku.

Mereka berdua kemudian tersenyum dan pergi.

Aku sendirian. Aku dengan nekad melepas suntikan infus. Aku berjalan dengan tertatih-tatih menuju elevator. Aku naik ke lantai paling atas.

Setelah sampai di lantai paling atas, kosong ternyata. Aku berlari. Menuju tempat paling curam. Aku pun melihat indahnya kota. Kota ini indah sekali. Aku hanya menyesal dilahirkan. Aku menyesal memendam semua emosiku. Aku tidak tahu apa arti hidup.

Aku pun dengan beberapa kali menghela nafas. Akhirnya lompat dari lantai 10 laboratorium. Aku merasa bebas sekali. Namun tiba-tiba, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak kuat. Aku tidak ingin mati! Aku masih ingin hidup! Aku takut! Aku takut! Aku takut!

HENTIKAN!

Tiba-tiba, tanpa sadar aku terjatuh di suatu dataran berwarna putih. Diujung horizonnya ada taman yang sangat indah sekali. Bukankah aku harusnya sudah mati? Kenapa aku masih hidup? Benarkah doaku dikabulkan? Aku pun mencari tahu jawabannya dengan menelusuri daerah tersebut. Tanpa sengaja tak lama menelusuri, aku melihat kedua cewek cantik. Tiba-tiba mereka berbicara.

"Akihito-kun. Selamat Datang di Pulsating Wavelength Alteration Timeline (Pulsanthe)"

Pulsanthe? Makhluk apakah itu? Apa ini semua? Kenapa jadi sesuatu yang tidak masuk akal seperti ini? Apa ini?!

"Akihito-kun, perkenalkan namaku Eiko."

Gadis bernama Eiko itu adalah Gadis berperawakan Mahasiswa Semester 6.

Gadis ini memiliki rambut pendek hingga ke bahu dan mirip dengan seseorang yang kukenal. Dia tampak ceria sekali. Dia benar-benar mirip dengan yang ada di mimpiku.

Ah sudahlah. Lupakan saja.

Aku pun menjabat tangannya.

Setelah itu gadis yang lainnya berkata.

"Aki... Perkenalkan namaku Manami."

Gadis yang memiliki rambut panjang nan ikal ini mendekat denganku dan menjulurkan tangannya.

Aku pun menjabatnya. Aneh, aku tiba-tiba flashback...

Aku...

Tanpa sadar Aku menangis.

"Aki-kun, ada apa? Kenapa kamu menangis? Kamu teringat seseorang?" tanya Manami khawatir.

"Aku tidak apa-apa Manami-san. Aku hanya teringat saja." Ujarku tegar.

"Akihito-kun, ayo kita jalan-jalan dulu sekitar sini." Ujar Eiko gembira.

Aku pun berbincang dengan mereka. Mereka bertanya mulai dari Nama Lengkap hingga kebiasaan sehari-hari. Mereka sangat tertarik denganku.

Aku punya beberapa pertanyaan terhadap mereka.

Makhluk apakah mereka itu?

Terlalu ingin tahu.

Rasanya aneh saja melihat mereka.

Aneh. Tapi aku pernah merasakan hal itu.

"Jangan bilang kamu sedang berbicara dengan dirimu sendiri?" ujar Manami mengagetkan.

Ah ketahuan juga. Memang aneh.

Tak lama kemudian kami sampai di tempat yang cukup teduh dan dingin. Disana kami duduk diatas kursi yang telah disediakan. Kami meminum teh dingin yang nikmat sekali.

Iya teh dingin. Bukan teh hangat. Kebiasaan aneh juga.

Kenapa aku bisa terdampar di tempat nan aneh seperti ini.

Apakah aku bermimpi?

Tidur pulas?

Atau aku sudah mati dengan sebenarnya??

Ah entahlah!

Aku bingung!

"Kenapa aku tidak jadi bunuh diri? Kalian bisa jawab?" tanyaku dengan penuh rasa ingin tahu.

"Akihito-kun. Kamu telah diselamatkan oleh kami. Kami ingin membawamu untuk melakukan regresi masa lalu." jawab Eiko.

"Kami disini mencarimu untuk membawamu kilas balik dari awal kamu lahir untuk menemukan potensimu yg hilang sehingga kamu bisa menghentikan ultimate destruction. Jenderal Moriyama memutuskan akan melakukan pemusnahan dunia dalam waktu 40 hari dari sekarang." lanjut Manami.

"40 hari? Kenapa tidak diekspos di media? Apa itu ultimate destruction? Kenapa harus aku? Kenapa bukan orang lain? Aku ini payah tak berguna." ujarku sedih.

"Aki-kun, Kamu jangan pernah merendahkan dirimu seperti itu. Kamu punya potensi yg sangat besar. Kamu adalah Messiah." ujar Manami.

"Messiah? Al-Mahdi begitu?" ujarku.

Messiah adalah nama lain dari Al-Mahdi, tokoh yang akan datang pada hari kiamat yang akan melawan tatanan dunia baru. Tapi aku bukan keturunan yang sesuai keterangan Hadits. Aku juga banyak baca buku Hadits karena buku itu terpampang di laboratorium ketika Mana membelikannya untukku untuk dipelajari.

"Kita tidak tahu pasti, kami hanya mengikuti order yang ada untuk menyelamatkanmu dari kematian." ujar Eiko.

"Yang jelas kondisi Jepang yang hancur ini tidak akan bisa dibiarkan lagi, kamu harus tahu akan ada pengaruh besar yang akan kamu lawan nantinya. Tapi selama perjalananmu, kamu akan banyak bertemu rintangan yang membuatmu kuat." ujar Manami.

"Terimakasih telah menyelamatkanku." ujarku.

"Aki-kun, Dari mana kamu ingin mulai?" ujar Manami

"Kita bakal jalan-jalan yay!" ujar Eiko

"Karena regresi ya, Aku penasaran. Aku mau mulai dari awal kelahiranku hingga tepat ketika aku menjatuhkan diri beberapa jam yang lalu." ujarku yakin.

"Baik. Kita akan proses ya. Sebentar lagi portal akan dibuka. Oh iya, tugas kita adalah menemukan memoria. Memoria adalah benda yang didalamnya terkandung kupu-kupu berwarna biru dengan bintil kuning. Kupu-kupu ini jika kamu sentuh maka kamu bisa mendapatkan ingatan dari dunia yg kamu tuju, dunia saat ini, dan kemungkinan dunia paralel lainnya. Apa tujuannya? Menerima dirimu secara utuh." ungkap Manami.

"Dan semakin banyak kamu mengumpulkan memoria, semakin kuat dorongan negatif dari dalam dirimu untuk menolaknya. Biarkan saja mereka keluar seperti laser ke angkasa hingga yang tersisa hanya sedikit dorongan negatif dan banyak dorongan kebaikan. Manusia harus sadar sepenuhnya untuk mengoptimalkan tugasnya sebagai pemimpin dan penjaga dunia. Ini akan menghentikan perang. Kamu akan menemukan potensi lain dalam diri kamu yang bisa dikembangkan untuk menghadapi New World Order." lanjut Eiko.

"New world order?" tanyaku bingung.

Aku masih tidak mengerti tapi tidak apa-apalah.

Aku coba.

"Nantinya apakah aku bisa pulang ke dunia nyata?" tanyaku.

"Tidak. Kau tertahan disini sampai semua kotak memoria dikumpulkan." jawab Manami.

Ya sudahlah. Mungkin harus tertahan disini.

Yang penting aku harus selesaikan semua ini!

Portal pun dibuka. Aku melihatnya persis seperti lubang hitam.

Tiba-tiba tanganku dipegang oleh masing-masing diantara mereka.

"Kita berangkat!" seru Manami.

"Ayo berangkat!" seru Eiko

"Baiklah!" seruku.

Kami pun memasuki portal...

Flashback: 31 Mei 1997

TO BE CONTINUED

Siguiente capítulo