Malam adalah hal yang paling kubenci tatkala sampai di depan rumah Lawas di pinggir kota Surabaya itu. Bergumul dengan dua bajingan itu. saat keluar dari mobil, aku memantapkan mentalku supaya kuat menghadapi mereka.
Selain mobilku, ada juga motor klasik yang kutahu adalah milik dari Anton. Mobil Fortuner milik Pak Sugeng tidak ada, tandanya dia belum sampai di sini. Ada sedikit kelegaan menyusup dalam dada.
Pintu depan mengangga. dengan sedikit berjinjit, aku berjalan supaya tidak terdengar langkah kakiku. Ruang itu dipenuhi dengan perabotan khas zaman dahulu, masih dibiarkan terpelihara menghiasi setiap sudut rumah. Warna putih gading menutupi permukaan tembok yang tidak rata. Serta kusen pintu dan jendela, yang kayunya masih tampak kokoh namun tertutup dengan pelitur untuk menjaga warna aslinya yang tahan lama.
Satu hal yang menarik perhatianku. Sebuah foto hitam putih yang cukup besar. Foto dari keluarga bangsa Belanda zaman dahulu. Sepasang suami istri dan dua anak perempuan kecil yang sedang menggendong boneka. Sepertinya mereka adalah pemilik pertama rumah ini. sebelum akhirnya mereka pergi.
Tapi kemana perginya mereka?
Sebuah pertanyaan besar hinggap di kepalaku. Iya, karena hanya foto itu saja yang terlihat. Bukannya seharusnya ada foto lain yang menunjukan proses kehidupan mereka? seperti foto anak gadis itu yang beranjak dewasa atau sepasang suami istri yang menua? Tapi aku melongok kemanapun. Tidak ada. Hanya satu foto besar itu saja.
Ah, berpikir apa aku ini. Tidak ada waktu untuk mengurusi hal yang bukan urusanku. Urusanku saja masih banyak, gerutuku. Sembari melewati foto itu, aku berjalan ke belakang.
Anton? Kemana Anton?
Sedari tadi aku tidak menemukan keberadaaan Pria berparas sangar itu. Apa jangan-jangan dia sedang di kamarnya?
Jantungku berdegup kencang, membayangkan hanya ada aku dan Anton di rumah ini. Hanya kita berdua. Aku masih ingat tubuhnya yang terpahat sempurna. Sebagai seorang laki-laki, bisa dikatakan dia adalah idaman kaum hawa. Bahkan untuk wanita dengan fantasi liar sepertiku. Meski perangainya tidak ubahnya seorang lucifer.
Pelan-pelan, ku dekati pintu kamarnya sembari menempelkan telinga. Sunyi. Apa benar dia sudah tidur? ah masa jam segini sudah tidur. Bukannya dia tipe orang yang suka dengan dunia malam? aku tahu karena biasanya setelah latihan di gym. Dia langsung pergi ke diskotik terbesar di surabaya. kadang bersama teman-teman Gym atau di jemput oleh teman yang lain. Yang tanpa mereka sadari bahwa sosok gagah itu adalah jelmaan iblis. Tentu hal yang sangat lucu sekali kalau dia tidur jam segini.
Ingin rasanya aku membuka pintu pelan-pelan untuk memastikan. Tapi takut kalau dia bakal mengintimidasiku dengan kata-kata kasar yang membuatku muak. Namun, Penasaran seolah menguasai diriku. Aku harus memastikan bahwa bajingan itu ada di dalam. Aku pun memutar gagang pintu dan membuka pintunya sepelan mungkin.
Derit suara engsel menggelitik telingaku sekaligus memacu telingaku. Setelah sedikit terbuka, aku berhenti. Menunggu respon dari dalam. tidak ada respons. Lalu, membukanya lagi. Tetap tidak ada respons. Sampai pintu itu terbuka lebar.
Kosong.
Dahiku berkerut. Di bawah lampu neon, terlihat tidak ada siapapun di sana. Hanya ruang kamar yang tampak berantakan. Apa ini sisa pertempuranku dengan Pak Sugeng kemaren yang belum di rapikan? Entahlah.
Ketika aku masuk, semerbak bau keringat langsung menusuk hidung. Ini bau keringat Anton! Bau keringat yang sama sekali tidak bau, karena tercampur harum bebauan bunga. lebih tepatnya, berbagai bunga yang bercampur menjadi satu. Sungguh menenangkan hati.
Mataku langsung tertuju kepada cairan putih kental yang menggenang di ubin. Aku sedikit memiringkan kepala. Cairan itu begitu banyak sehingga menggenang bagaikan air hujan yang terperangkap di jalan berlubang. Aku pun menunduk, menyentuh cairan itu, dan membaunya.
Ini kan bau? Aku terhenyak saat menyadarinya. Lalu, aku menjulurkan lidahku ke cairan itu. mencecapnya. Tidak salah lagi, ini cairan kejantanan. Tapi milik siapa?
Biasanya cairan jantan seseorang tidak sebanyak ini. Mungkin, hanya berupa tetesan kalau berceceran di lantai. Tapi ini seperti kumpulan cairan dari puluhan pria, bahkan ratusan pria?
Apakah ini cairan milik Anton. Dia kan manusia setengah genderuwo.
Aku menggeleng-geleng kepala kagum. Belum pernah dalam hidupku menjumpai cairan jantan sebanyak ini. Sedikit saja mampu memabukan wanita. Bagaimana kalau sebanyak ini.
Tiba-tiba, aku merasakan gatal yang luar biasa di kewanitaanku. Aku langsung terduduk dan mencari posisi yang nyaman. Rok hitamku kusikap. Lalu dengan sigap aku menurunkan Cdku. Aku memejamkan mata sembari menyentuhnya dengan nikmat. Jariku menyentuh tonjolan seperti kacang. Menyentuhnya dan memutarnya. Hal itu kulakukan berulang-ulang.
Jari yang sudah teroles dengan cairan itu langsung kujilat. Hmmmm... nikmat sekali, aku mengemut tanganku sendiri seperti lollypop. membersikan cairan itu sampai tidak bersisa. Kembali aku mencolek cairan itu dan melakukan hal serupa.
Ah. Aku bersadar di pinggir tempat tidur. ketiga jariku bergerak cepat keluar masuk dalam liang, membayangkan seolah sedang bersetubuh. Tapi aku tidak kunjung menemukan kenikmatan.
Aku membuka mata. Jelalatan melihat ke penjuru kamar. entah kebetulan atau tidak. Terdapat benda yang berbentuk seperti batang milik Pria di atas meja. semacam dildo tapi terbuat dari kayu. Untuk apa Anton menyimpan barang seperti ini?
Dengan tertatih karena menahan nafsu, aku menggapainya. Sejenak aku melihat benda itu. sebuah ide liar mencuat kepermukaan. Ku jatuhkan dildo itu ke genangan. Melumurinya dengan cairan itu. setelah itu. Aku mengangkatnya dengan mata yang penuh nafsu. Tidak menunggu waktu lebih lama lagi, Aku melumatnya habis.
Setelah memastikan cairan di dildo habis, aku menjatuhkannnya lagi ke cairan itu. Melumurinya bagaikan adonan. Dan langsung memasukannya kepada liangku yang sedari tadi gatal.
Ahhh, aku menggelinjang. Dildo itu menggaruk-garuk dinding liangku dengan cepat. Nafasku menderu. Aku membayangkan Anton, orang yang menurutku paling jantan itu memompa liangku dengan kasar. Semakin aku membayangkannya, semakin aku tidak bisa menahan gejolak ini.
AHHHHHHHH
Aku melenguh panjang. Dildo itu seakan kejantanan Anton yang mentok di rahimku. Tubuhku bergetar hebat hingga akhirnya melemas. Tenagaku habis.
Plup. Dildo itu keluar sehingga menimbulkan suara yang khas. Cairan kewanitaanku meleleh bercampur dengan cairan keperkasaan itu.
Tapi entah kenapa, Liangku kembali gatal lagi. Bahkan kini semakin menjadi-jadi. Langsung aku masukan dildo itu lagi. Tapi selihai apapun aku memainkannya, itu tidak cukup untuk menghilangkan rasa gatal itu.
Aku menggeliat seperti cacing kepanasan. Bagaimana tidak? Rasa gatal yang entah bersumber dari mana itu semakin menyiksaku.
Tiba-tiba,
"Memang kau wanita jalang, hahaha." Ujar seseorang tiba-tiba muncul dari pintu. Dia mengabadikan apa yang aku alami tadi lewat handycam di tangannya.
bersambung
Note:
gimana seru gak ceritanya bund?
komen apa gitu kek, biar author nya seneng🤭🤭🤭
Jangan lupa di tambahkan ke rak juga ya Zeyenk.