webnovel

FLASHBACK

Hai, aku kembali❤

Happy Reading!

Flashback on

Gadis kecil itu merasakan kepalanya yang di perban berdenyut nyeri, lalu membuka matanya perlahan. Ia terkejut saat berada di ruang rawat, di mana dia sekarang? Bahkan siapa aku? Ia tidak mengingatnya, "Aw sssh, kepalaku sakit banget," desisnya sembari memegangi kepala. Tapi, tangannya terdapat jarum infus.

"Aku di mana?" lirihnya.

Ketika matanya menoleh, ia mendapati sosok pria yang mengulum senyum ke arahnya."Bagaimana keadaan kamu nak? Kepalanya sakit, ya?" Marcel bertanya, ia merasa kasihan pada anak ini. Tidak sengaja menabrak sampai anak itu terpental dan mengalami patah tulang.

"Aku siapa? Aku di mana?" Gadis kecil itu bingung pada dirinya sendiri. Ia tak mampu mengingat apapun, serasa terformat.

"Kamu nggak ingat apapun kah? Tunggu sebentar saya panggilkan dokter." Marcel pergi meninggalkan gadis itu untuk memanggil Dokter. Kenapa gadis itu tidak mengingat apapun? Apa lupa ingatan?

"Pasien mengalami lupa ingatan, kepalanya terbentur cukup keras. Sampai mengakibatkan memorinya hilang."

"Apakah ini hanya sementara?"

"Sepertinya ini akan cukup lama, ya semoga saja kita akan melakukan terapinya. Bagaimana?"

"Tapi, dia bukan anak kandung saya. Saya tidak sengaja menabrak anak ini saat menyebrang jalan." ujar Marcel Dokter tersebut terkejut, kalau tidak ada sesuatu untuk mencoba mengembalikan ingatan anak itu. Sepertinya akan selamanya lupa ingatan.

"Baiklah, kalau begitu Anda rawat anak itu seperti anak anda sendiri. Sebagai tanggung  jawab atas apa yang menimpa gadis kecil itu. Kasihan jika tidak ada yang merawatnya." ujar Dokter.

"Tentu saya akan merawatnya, karena saya sangat menginginkan anak perempuan. Terimakasih dokter."

"Ok, kalau begitu baiklah, saya permisi."

Marcel kembali menemui gadis kecil yang terbaring di brankar. Sudah lama ia menginginkan anak perempuan dari Aleta, hanya saja mereka belum diberikan momongan lagi. Ia melihat ada kalung berlian terukir nama Kayla, tidak ada nama panjang. Sepertinya anak ini bernama Kayla.

"Kayla, nama kamu kayla sayang. Anak papa." Marcel semringah mengatakannya,  namun Kayla hanya diam.

"Kayla Aurellia Thabita, iya, itu nama panjang kamu."

Marcel berusaha membuat Kayla percaya kalau ia adalah ayah kandungnya. Jika ini berdosa, tapi bagaimana jika jujur? Pasti Kayla akan sangat menderita. Kehilangan ingatan, tidak tahu menahu di mana keluarganya. Gadis itu mencoba membuka mulutnya. "Papah" lirihnya.

"Iya sayang, kenapa sayang? Papa di sini nak?"

"Kepalaku sakit,"

"Kamu istirahat saja ya, tutup mata kamu. Jangan pikirkan apapun. Papa disini menjaga kamu."

Kayla mulai mengulum senyum, sosok papa yang sangat perhatian dan menyayanginya. Kayla memejamkan mata, beristirahat lagi.

Marcel memutuskan untuk membawa Kayla ke indonesia. Dimana ia akan memberitahu sang istri. Sebenarnya Aleta sudah diberitahu oleh Marcel tentang asal usul Kayla. Sebagai seorang istri ia menerima dan mempercayai suaminya.

Ketika berada di bandara Kayla tidak lepas menggandeng tangan papa-nya. Malah terlalu erat sekali. Gadis itu merasa kalau ada yang aneh pada dirinya. Melihat orang bermasker hitam serta bertopi. Mengingatkan sesuatu, perasaan takut serta wajah pucatnya.

Saat bayangan-bayangan itu muncul dengan samar-samar di kepalanya Kayla merasakan kepalanya sangat sakit. Ia berteriak sembari memukul-mukul kepala. "Pergi, pergi, pergiiiiiiii!!" Ia mendapatkan bayangan tragis di memorinya.

Hikss, Marcel memeluk anak itu. Tentu pria itu sangat khawatir. Ada apa dengan Kayla? Setelah beberapa menit Kayla terdiam. Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar.

"Sayang, kamu kenapa hem? Kenapa tiba-tiba ketakutan?" tanya Marcel setelah berada di dalam pesawat.

"Kayla nggak tahu pa, tapi Kayla takut. Takut banget."

"Jangan takut, seharusnya kamu lawan sayang. Tapi jangan kamu memukuli kepala. Nanti semakin sakit loh,"

"Mungkin cara itu lebih baik pa, nyatanya langsung hilang."

Marcel mengecup kening anaknya sembari merangkul. Ia berharap semuanya akan baik-baik saja. Doyoung akan mencoba membuat Kayla tidak mengingat kejadian yang tragis atau yang buruk, misalnya.

Flashback off

****

Galang dan Angel masih menunggu anak itu sadar, sebenarnya mereka ingin menghubungi keluarga anak ini. Tapi, mereka juga tidak mengetahui nomor dan identitas anak ini. Mereka menunggu kapan anak ini sadar. Semoga saja tidak ada hal yang buruk. Melihat kondisinya saja sungguh memprihatinkan. Angel tak mampu menatapnya lama-lama. Dadanya serasa sesak.

"Kepalaku pusing," cicit Angel seraya memegangi kepalanya. Galang langsung menoleh, "Kamu pulang aja ya, istirahat di rumah." usul Galang.

"Nanti aja deh, kalau anak ini nggak punya keluarga. Aku mau mengadopsi dia, boleh nggak?" tiba-tiba Angel bertanya membuat Galang mengerjap. Haruskah seperti ini?

"Sayang," lirih Galang, "Aku terlalu berharap Kayla anak ku kembali. Aku tau dia pasti juga sudah tenang sama Layla. Hiksss, aku mau ngadopsi dia." Angel menitikkan air matanya begitu deras.

Galang tak membiarkannya, lelaki itu memeluk istrinya seraya mengelus punggung. Galang juga menginginkan sama seperti Angel. Tapi, tidak akan semudah itu.

Saat Angel dulu hamil anak ke tiga, wanita itu keguguran karena depressi dan stress. Kehilangan kedua putri kembarnya sangat membuat Angel seperti kehilangan separuh nyawanya. Ikatan anak sangatlah begitu dekat, darah dagingnya. Sampai sekarang Angel hanya hidup bersama Galang. Untung saja lelaki itu sangat menyayangi dan selalu menjaganya.

****

Ketika mendapat kabar dari polisi. Marcel dan Andrei langsung cepat-cepat berangkat ke indonesia. Mereka begitu khawatir. Akhirnya semalam langsung terbang dan pagi ini sudah berada di kantor polisi. Setelah itu Marcel menuju rumah sakit bersama Andrei.

Melihat Aleta sedang terbaring di atas brankar. Marcel seperti tersambar petir, dan lebih khawatirnya Marcel tidak melihat keberadaan Kayla.

"Kamu nggak apa-apa kan? Apa yang luka leta?" tanya Marcel, benar-benar cemas. Melihat pipi mulus istrinya lebam dan urat nadi ada yang di sayat.

"Mas..." lirih Aleta, "Apa yang terjadi? Kamu, Kayla?" tanya Marcel begitu cemas.

"Terus Kayla di mana ma?" suara berat itu keluar dari mulut Andrei, tentu ia sangat khawatir.

"Malam itu, ada rombongan orang jahat, aku nggak inget siapa dia. Kayla aku suruh kunci kamarnya tapi Kayla ngedorong aku. Dan dia nyelametin aku Mas... Mas Kayla pingsan.." sekuat tenaga Aleta menceritakan kejadian itu, nafasnya tidak beraturan.

"Terus Kayla dimana sekarang?" Marcel menangis,

"Aku nggak tahu mas... saat  itu aku di pukul sampai pingsan dan bangun aku sudah di sini..."

"Ya tuhan..di mana anakku?" Marcel tak bisa lagi menahan ke khawatirannya. Lelaki itu meninta Andrei untuk menjaga Aleta. Ia pergi mencari dimana Kayla sekarang dan menghubungi polisi

****

Selama masih diliputi masa lalu yang kelam. Apalagi dengan kejadian yang begitu tragis. Sungguh menyiksa Gabriel. Ia tidak bisa melupakan dan menghindari semuanya. Mentalnya lemah. Gabriel lebih memilih untuk mengurung dirinya. Tidak sekolah atau sibuk mencari keberadaan Kayla. Gabriel bagai pecundang yang entah waras atau tidak ia sekarang.

Teringat ucapan Elina kemarin. Ia juga merasakan sesak di dadanya. Apa selama ini ia terlalu berlebihan dengan Kayla. Masa bodoh dan gengsi menguasai dirinya. Teringat juga pada saat itu ia melihat pergelangan tangan dan punggung tangan Kayla memar. Jadi selama ini Kayla terlihat baik-baik saja tapi dalamnya menyimpan masalah.

Gabriel merutuki dirinya sendiri. Mengusap wajahnya kasar,  cowok itu memukul-mukul kepalanya sendiri. Menyakiti dirinya ketika menyesali perbuatannya yang begitu kejam pada Kayla. Sekarang apa yang harus ia lakukan. Kayla tak akan mau menerimanya lagi. Cih, penyesalan itu di akhir.

Melihat kondisinya di depan cermin. Gabriel belum puas menyiksa dirinya. Jangan, Gabriel tidak boleh seperti ini. Jika hidup perjuangan kenapa dengan cinta tidak? Gabriel ingin berjuang? Cih, ego anak itu terlalu tinggi!

Lisya mendapat kabar kalau Aleta sedang di rumah sakit. Wanita itu sangat khawatir apalagi Kayla tidak ada bersama mereka. Kayla menghilang entah kemana. Apa preman itu menyulik Kayla. Ia tersentak lalu duduk di sofa dengan tatapan kosong. Kayla sudah menjadi bagian dari keluarga ini, Lisya merasa sangat sedih. Di anak tangga, Gabriel mendengar percakapan antara Lisya dan Orang di telfon itu.

Kayla menghilang, lagi-lagi Gabriel tak sanggup mendengar kata-kata itu. Kepalanya berdenyut nyeri ia langsung terduduk di lantai. Lisya menyadari keberadaan Gabriel. Wanita itu menghapus air matanya, jangan sampai Gabriel melihatnya menangis. Lisya takut trauma Gabriel kembali kambuh. Tapi, Gabriel sudah mengetahuinya.

Gabriel memeluk lututnya sendiri. "Mom, aku harus gimana? Kenapa semua terulang lagi." lirih Gabriel wajahnya begitu pucat.

"Kayla baik-baik aja, kamu tenang yah." Lisya mencoba menenangkan Gabriel, tapi tubuh itu sangat dingin dan gemetar.

"Mommy, jangan tutupi apapun lagi. Kayla di mana mom. Apa ini semua karena aku? Mommy, harus aku kehilangan Kayla untuk kedua kalinya." bagai tersayat hatinya, Gabriel sungguh menyesali semuanya. Merasa semua ini salahnya. Tuhan, kenapa ini terjadi padanya? Luka belum sembuh kenapa harus terluka lagi?

Memeluk Gabriel adalah salah satu cara Lisya menenangkan anaknya. Ia tak mampu melihat wajah Gabriel seperti orang yang tidak berdaya. Bagaimana kalau Gabriel depressi. Oh Tuhan, Lisya tak mau itu terjadi.

****

"Papa...mama....." lirihnya, Kayla bersuara tapi belum ada tanda-tanda membuka mata. Kayla mengalami mimpi buruk saat ini. Dimana kejadian di masalalu saat itu, Kayla tidak melihat semuanya tapi dia sempat melihat betapa kejinya penculik itu menyiksa gadis kecil tak berdosa. Kayla terteriak lalu tangan dengan terikat menutup matanya.

Terdengar tusukkan pisau menghunjam tubuh gadis kecil itu. Kayla takut mimpinya benar-benar seperti nyata.

"Papa tolong....papa.....,"

"Papaaaaaaaa..." teriak Kayla, rasa takut itu menyelimuti dirinya. "Ssshhh, sakit." desisnya..

"Nak, kamu kenapa?" Galang terbangun saat mendengar Kayla berteriak. Lalu ia memencet tombol merah agar Dokter datang. Anak ini sadar, Galang merasa sangat bersyukur. Tapi, apa gadis ini mengalami trauma? Sampai terbawa mimpi.

Ketika Kayla membuka matanya perlahan. Ia tidak dapat melihat apapun sekarang. Semuanya gelap, gelap dan gelap. Ia dapat mendengar orang bernafas, tapi kenapa begitu gelap. "Papa, ini papa kan?"  tanya Kayla lirih. "Pa, kenapa semuanya gelap. Kayla nggak bisa liat apa-apa pa," gadis itu mengerjap ketakutan, ada apa dengan matanya?

"Pa, jawab Kayla!"

Kayla? Galang melongo tak percaya. Nama anak ini Kayla?

"Maaf saya dokter, papa kamu belum datang. Tapi, ada orang baik yang menolongmu." ujar Dokter, membuat Kayla semakin tak berdaya. Dirinya dimana sekarang?

"Dok, mata saya kenapa? Kenapa saya nggak bisa melihat?" tanya Kayla, ia memegangi matanya.

Dokter belum menjawab.

To be continue❤

Siguiente capítulo