webnovel

Pesona Wanita

Perlakuan Spesial

"Kalau begitu pertandingan… DIMULAI….!!"

Wanita bernama nia langsung melepaskan pakaiannya ketika mendengar nada pertandingan dimulai. Celana dalam berwarna merah muda berenda dengan bra yang juga berwarna merah muda terlihat. Wajah rigma memerah ketika melihat tubuh indah milik nia dengan payudara besar menghiasi dadanya.

"Eh…? Kenapa kau melepaskan pakaian…!?"

"Maaf pakaianku kotor setelah terkena beberapa serangan elemen air sebelumnya… jadi agak mengganggu gerakanku… jadi akan lebih baik jika seperti ini…"

"Yaa… kalau kau ti… tidak keberatan… a-aku tidak masalah…"

Asrea terlihat kesal karena melihat tingkah rigma yang jelas telah terpesona oleh tubuh lawannya.

"Rigma… "

"Eh iya siap…! Maaf…!"

"Setidaknya kita harus fokus lawan kita bukan sesuatu yang mudah ditangani…"

"Iya maaf… kau benar…"

Rigma pun mengambil nafas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan. Seketika tatapan rigma kembali menjadi tajam dan fokus melihat wajah nia yang ada di depannya.

"Sepertinya kalian juga sudah siap…"

*wush… *

'Cepat… dia sudah ada dibelakangku…!? Tapi…'

Saat tongkat nia hampir mengenai rigma, sebuah percikan air terlihat menghalangi laju serangannya.

"Ini…!?"

[Perisai Tetesan Air]

Rigma tersenyum saat melihat nia terkejut, serangan tongkat nia terpantul hanya karena sebuah tetesan air.

'Aku sebenarnya bisa menghentikan serangannya… tapi itu akan membongkar identitasku sebagai etranger yang menyembunyikan kekuatan… jadi aku lebih memilih kerja sama...'

Rigma sudah mengambil posisi untuk melakukan serangan ketika keseimbangan nia goyah di udara.

"Lumayan tapi…"

[Teknik Pedang Senopati : Tusukan Beruntun]

"...!"

*swing swing swing… *

Tiga tusukan pertama berhasil ditahan oleh tetesan air, namun serangan ke 4 gagal ditahan. Rigma akhirnya terpaksa merubah pola serangannya dan menggunakan tangan kanannya untuk menghentikan serangan nia.

"Sudah beberapa orang mencobanya… tidak ada yang bisa menahan seranganku dengan tangan kosong…!"

*tap crack…*

Nia terkejut ketik tongkat kayunya retak saat dipegang oleh rigma, momen singkat itu dimanfaatkan rigma untuk memukul perut nia. Nia akhirnya terkena serangan telak di bagian perut hingga terpukul mundur. Tongkatnya juga sudah hancur, ia tidak menyangka akan ada etranger yang memiliki kemampuan seperti rigma.

"Hebat… aku tidak menyangka tongkat kayuku akan hancur seperti ini... kalian berdua… aku mengakui kemampuan kalian…"

"Fiuh… terima kasih… kalau anda memakai pedang asli… mungkin aku tidak akan bisa menghentikan serangan ke empat…"

"Kau terlalu merendah… aku yakin kau paling tidak sudah menyiapkan 3 cara untuk menahan serangan ke empatku…"

"Hahaha ketahuan ya…"

Rigma dan nia tersenyum lepas ketika mereka sama-sama mengetahui kemampuan lawannya. Sementara itu, asrea hanya bisa terdiam karena ia tidak pernah mengira kemampuan rekannya ternyata sangat hebat.

"Tunggu kau sudah memprediksi serangan keempatnya…? Kau juga memikirkan berbagai cara untuk menangani serangan keempatnya…?"

"Iya… malah aku juga memperkirakan serangan kelima atau keenam... tapi siapa sangka semua berakhir di serangan keempat…."

"Gila… kalian benar-benar gila…"

Asrea hanya bisa memasang wajah pucat ketika melihat dua orang kuat di depannya tersenyum. Ia tidak menyangka rigma dan nia mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seolah itu adalah hal biasa.

"Tapi kemampuanmu juga bagus…tetesan air milikmu sangat merepotkan… apalagi kau pandai menjaga jarak…"

"Ya itu karena kemampuanku memang bukan untuk pertarungan jarak dekat…"

"Pertahankan potensi kalian…"

Denar bingung ketika melihat respon nia yang menyerah hanya dalam 15 detik pertarungan. Sebab ia tidak bisa melihat dengan jelas gerakan rigma dan nia saat pertarungan dimulai.

"Tunggu sebenarnya apa yang terjadi…!?"

"Ah iya… aku lupa kamu bukan etranger… jadi mustahil mengikuti kecepatan bertarung kami… intinya mereka sangat layak untuk menjadi anggota barisan depan… sebab mereka bisa menahan seranganku… bahkan bocah ini berhasil menendang perutku…"

"Benarkah…!? Hebat… jadi sekarang kita punya kandidat pemimpin pasukan etranger sukarelawan ya…"

"Benar…"

"Eh…? Anu…"

Rigma mencoba memotong pembicaraan sebab ia tidak mengerti apa yang mereka maksud kandidat pemimpin pasukan.

"Selamat ya bocah… kau lolos seleksi menjadi pimpinan… sama seperti 4 orang sebelumnya…"

"Tunggu sebentar…! Aku tidak mengerti sama sekali... ! apa yang kau maksud pimpinan pasukan…!? Dan 4 orang sebelumnya itu juga menang darimu…!?"

"Tentu tidak… empat orang sebelumnya hanya berakhir seri saat bertarung denganku… hanya kalian yang membuatku menyerah… itupun aku hanya menggunakan 20% kekuatanku… sementara saat melawan kalian aku menggunakan 30%..."

Rigma benar-benar tidak mengerti sebagian perkataan nia, namun ia paham dengan maksud dari kandidat pemimpin. Rigma menyimpulkan kandidat pemimpin adalah etranger-etranger kuat serta memiliki kemampuan yang hebat. Nia sebagai etranger terkuat dalam pasukan tentu akan mengetes setiap pasukan sukarelawan yang datang. Sebab nia tidak bisa memimpin pasukan ketika ia berhadapan melawan orang terkuat di markas teroris.

"Baiklah karena tesnya sudah selesai… aku akan mengantar kalian ke kamar untuk istirahat…"

Denar tiba-tiba menjadi lebih sopan kepada rigma dan asrea setelah melihat mereka berdua bertarung melawan nia. Rigma dan asrea pun mengikutinya ke lantai 2 hingga tiba di sebuah ruangan besar dengan fasilitas lengkap.

"Ini adalah kamar untuk kandidat pemimpin… selamat menikmati…"

"Oi tunggu…! Meski kamarnya besar… apa kami berdua harus satu kamar…?"

"Maaf tapi peraturan disini mengharuskan 1 grup etranger ditempatkan di satu kamar… sebab fasilitas kami sangat terbatas… kalian bisa istirahat sampai besok pagi... "

Setelah menjawab pertanyaan asrea yang terlihat tidak puas, denar pun pergi begitu saja. Rigma sama sekali tidak mempermasalah soal ruangan yang ia dapat di markas pasukan sukarelawan. Malah rigma sudah duduk bersantai di sofa panjang yang ada di tengah ruangan besar itu.

"Sudahlah asrea… aku tidak masalah tidur di sofa ini… kau boleh ambil kasurnya…"

"Ya bukan itu sebenarnya yang aku permasalahkan… aku wanita dan kau itu pria… kalau sampai ada apa-apa kau harus tanggung jawab…"

"Cih… maaf asrea aku tidak sebejat yang kau pikir… lagipula untuk apa melakukan hal merepotkan dengan rekan satu tim... ketika aku bisa bersenang-senang di desa ini tanpa harus memikirkan tanggung jawab…?"

Rigma mengingatkan asrea soal wanita penghibur yang jumlahnya cukup banyak di sekitar desa.

"Ah ya sudah… aku mau keluar sebentar… aku ingin menemui kak resta... dia pria yang jauh lebih baik dalam memperlakukan wanita…"

"Ya maaf kalau aku kurang baik… tapi satu pesanku asrea…"

"Apa…?"

Asrea menghentikan langkahnya ketika mendengar perkataan rigma yang nada suaranya terdengar serius.

"Berhati-hatilah saat menemui pria bernama resta itu… aku punya firasat buruk tentang dia…"

"Kau terlalu banyak berpikir negatif…!"

Perkataan rigma membuat asrea kesal, sebab ia sangat mengagumi resta dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Ya sudah… lagi pula pria bernama resta itu memang bejat… sekarang saja ia sedang berduaan dengan wanita…"

Rigma bergumam sendiri beberapa saat setelah asrea keluar kamar untuk menemui resta. Rigma menggunakan kemampuan radar retakan dimensi untuk mengawasi sekitarnya.

'Hooo jadi kau sudah bisa mendeteksi manusia…?'

'Bukan manusia… aku hanya bisa mendeteksi etranger… dan kebetulan si resta ini sedang bersama etranger wanita…'

'Kenapa kau tidak terus terang saja pada gadis kecil tadi…? Hatinya akan hancur kalau melihat pria yang ia sukai berduaan dengan wanita lain…'

'Itu bukan urusanku… aku kesini hanya untuk misi… bukan untuk mengurus kisah cinta tragis dari seorang gadis remaja…'

Rigma membalikkan tubuhnya dan mulai terlelap, ia tidak mau terlibat dengan masalah pribadi asrea. Namun hati kecil rigma tetap gelisah karena memikirkan asrea hingga membuat perasaannya bercampur aduk. Rigma akhirnya memutuskan untuk mencari angin segar di luar agar pikirannya tenang.

Gairah

"Kak resta… hmmm…"

Seorang wanita bertubuh sintal dengan payudara besar dan tubuh ramping sedang asyik bercumbu mesra bersama resta. Ciuman mesra itu perlahan berubah menjadi permainan lidah yang menggairahkan. Tangan resta menyusup masuk ke dalam kaos sang wanita untuk menjamah buah terlarangannya.

"Kak… jangan… nanti ada yang lihat…"

"Gak akan… area ini paling jarang dilewati orang karena jalan buntu…"

"Tapi kak…"

Resta tidak menjawab perkataan sang wanita sexy dan langsung menaikkan tempo permainannya. Tangan kanan resta mulai turun dari bagian dada sang wanita ke area selangkangan. Tangannya mendapati hutan lebat yang licin akibat cairan cinta keluar dari lubang terlarang sang wanita. Tangan wanita yang tubuhnya sedang dijamah oleh resta pun ikut memainkan peran dengan tangannya.

"Kak… nanti kalau aku kepingin gimana…?"

"Ya gampang… aku akan bertanggung jawab penuh kalau hal itu terjadi…"

Resta kembali mencium sang wanita disaat keduanya sibuk menjamah selakangan lawan mainnya.

"Kak ini sudah keras…"

"Kenapa…? mau aku masukin…?"

*angguk…*

Wanita yang menjadi lawan main resta hanya mengangguk pelan dengan wajah merah merona. Resta tanpa ragu mulai menurunkan celananya dan membiarkan senjata tumpulnya bebas. Kemudian ia pun membantu sang wanita untuk melepaskan celana pendeknya.

"Ahhh… kak keras dan besar banget…"

"Lubangmu sempit banget… aku gak salah milih kamu…"

"Ahh pelan… pelan… uhhh hnnnn…"

Ketika keduanya sedang asyik bercinta, seorang gadis remaja bersembunyi di balik dinding bangunan sambil menangis. Air matanya mengalir tanpa bisa terbendung, gadis polos itu baru merasakan patah hati yang begitu menyakitkan untuk pertama kalinya. Suara desahan wanita yang bercinta dengan resta membuat telinga sang gadis remaja terasa perih. Gadis remaja itu merasa dirinya sangat bodoh karena menyukai pria yang sudah lama tidak bersamanya.

'asrea kamu memang gadis bodoh…!'

Hati gadis remaja itu pun ikut memakinya karena melihat dirinya yang begitu menyedihkan.

Bersambung…

Siguiente capítulo