webnovel

Crown Prince Plan

Angin berhembus dengan dedaunan yang berjatuhan, manik hijau sang Kaisar terlihat terkejut. Menatap anak kembarnya yang mengabaikan dirinya.

Setelah memberi salam keduanya langsung pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan yang dirinya lontarkan. Bahkan pelayan si kembar hanya bisa diam dan mengikuti langkah di kembar.

Kaisar hanya bisa menghela nafas, ini salahnya karena dialah yang membuat si kembar menjadi seperti itu. Dia tidak bermaksud mengabaikan si kembar dulu, hanya saja dia ingin fokus dengan Putra Mahkota sekarang.

Tapi ternyata dirinya harus siap di benci oleh kedua anaknya. Memikirkan masalah dulu membuat dirinya kesal harusnya dia lebih tegas pada Ratu dan para bangsawan.

Mungkin saja si kembar akan mendapatkan kasih sayang tanpa peduli bahwa mereka cacat, tapi nyatanya mereka tidaklah cacat. Mereka hanya butuh waktu lama untuk memunculkan sihir mereka.

"Mari pergi" ucap sang Kaisar setelah lama terdiam.

Dia kembali ke ruangannya dan dia langsung di sambut oleh Ratu yang tengah duduk dengan secangkir teh miliknya "Yang Mulia" ucap Ratu langsung berdiri dengan cepat.

"Ada apa sampai Ratu datang?" tanya sang Kaisar mendekati Ratunya.

"Ada kabar bahwa Yang Mulia mulai mendekati si kembar" ucap Ratu menatap suaminya yang tengah fokus memeriksa pekerjaannya.

"Lalu apa salahnya mereka juga anak kita" jawab Kaisar dengan santai.

"Kau tau para bangsawan bagaimana bukan!" sahut Ratu menatap kesal pada Kaisar yang terlihat tidak peduli.

"Aku tidak peduli soal mereka, si kembar tetaplah anak ku"

Ratu kesal dia langsung mendekati Kaisar sampai sebuah ketukan di pintu mengalihkan mereka berdua. Pengawal di luar memberi tahukan bahwa pelayan Putra Mahkota memberinya sebuah surat. Dengan cepat Kaisar mengambilnya dan membuka surat dari Putra Mahkota.

Maniknya sedikit membulat saat tau isinya, sebuah permintaan untuk memasukkan si kembar ke Akademi. Berbeda dengan Kaisar, Ratu merasa bahwa itu adalah hal yang baik.

"Bukankah itu bagus, bahkan keduanya tidak pernah mengikuti kelas selama ini" ucap sang Ratu merasa ide Putra Mahkota bukanlah ide yang buruk.

"Lihat bahkan Putra Mahkota sangat perhatian dengan si kembar, bagaimana bisa kalian perhatian seperti ini pada anak cacat itu!" sahutnya kesal saat tau maksud Putra Mahkota.

Kaisar merasa aneh, bukankah Putra Mahkota dan Ratu sama-sama tidak menyukai si kembar. Tapi kenapa Putra Mahkota menginginkan si kembar masuk Akademi bukankah akan lebih baik jika keduanya tidak mendapatkan pelajaran supaya Putra Mahkota bisa naik tahta dengan mudah.

Sepertinya ada yang di sembunyikan oleh Putra Mahkota sekarang, tapi semoga saja apa yang di pikirannya tidaklah benar.

"Jadi kau akan menyetujui keinginan Putra Mahkota bukan?" tanya Ratu dengan tatapan kesal mengarah pada Kaisar.

"Aku tidak tau" jawab Kaisar menghela nafas "sudahlah aku banyak pekerjaan, kau pergi saja!" ucapnya lagi mengabaikan surat dari Putra Mahkota.

Ratu kesal, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan sang Matahari Kekaisaran itu yang kelihatan kebingungan. Dia masih belum bisa memikirkan soal apa yang terbaik untuk si kembar saat ini, karena dia ingin tau keinginan si kembar saat ini. Tapi melihat si kembar tidak meresponnya sama sekali membuatnya tidak bisa memutuskan semuanya.

"Felix"

Pintu terbuka memperlihatkan seorang pria dengan seragam formal, pria tampan dengan rambut hitam dan mata emas itu berjalan mendekati sang raja yang memanggil dirinya. Tubuhnya membungkuk meberi salam pada Kaisar yang duduk di meja kerjanya "Yang Mulia memanggil saya"

"Kau coba dekati si kembar" ucapnya membuat Felix terkejut.

Dia bahkan sudah terkejut saat tau Kaisar menghampiri si kembar tadi lalu sekarang dia harus mendekati si kembar juga. Tapi dia tidak bisa menolak, sebagai tangan kanan Kaisar dia harus menuruti semua perintahnya. Jika dia si suruh mati pun, Felix akan melakukannya tanpa berpikir panjang.

"Baik saya mengerti Yang Mulia" ucap Felix membuat Kaisar mengangguk senang dan menyuruhnya pergi.

Felix pergi meninggalkan Kaisar dengan raut wajah tak percaya, sepertinya Kaisar mulai tertarik dengan si kembar. Ah.. atau ada alasan lain yang membuat Kaisar menyuruhnya melakukan tugas ini.

Sedangkan Kaisar sendiri berpikir bahwa mungkin dia memang harus memperhatikan si kembar lagi, dan dengan begitu mereka pasti akan luluh. Tangannya terulur mengambil surat yang di tulis Putra Mahkota, dengan cepat dia pergi dengan tangan meremat kertas itu.

Pengawalnya bahkan sampai bingung melihat Kaisar mereka berjalan dengan cepat. Butuh waktu lama untuk dirinya bisa sampai di Istana Putra Mahkota, dengan langkah cepat akhirnya dia sampai di Istana Putra Mahkota.

Pengawal di sana langsung membuka pintu ruang kerja membuat Kaisar langsung masuk. Dia bisa melihat Putra Mahkota yang terkejut akan kedatangannya "Yang Mulia.." ucap Putra Mahkota langsung membungkuk memberi hormat pada ayahnya.

"Duduklah"

Mereka berdua duduk dengan kertas yang di meremat Kaisar ada di meja. Putra Mahkota terkejut saat tau bahwa itu adalah surat yang dia tulis tadi. Kaisar menatap dirinya tajam bahkan Putra Mahkota sampai tidak bisa berkutik sama sekali.

Apakah dirinya memilih keputusan yang salah, apa pada akhirnya Kaisar kembali menyayangi si kembar. Tangannya mengepal kuat berharap pikiran ini adalah sebuah kesalahan saja, dan apa yang dirinya takutkan tidak akan terjadi.

"Apa niatmu?" ucap Kaisar dengan tatapan yang mematai Putra Mahkota, anaknya sendiri.

"Saya hanya ingin mereka mendapatkan pengetahuan yang baik sebagai anak Kekaisaran" jawab Putra Mahkota berharap dirinya menjawab dengan benar sekarang.

"Apa kau yakin hanya itu? Bahkan mereka belum meminta apa pun padaku!"

"Iya Yang Mulia.. tapi jika mereka tidak menginginkannya saya juga tidak akan memaksa" dalam hatinya dia merasa kesal dan marah bahwa Kaisar kembali menyayangi si kembar.

Walau dia masih kecil tapi dirinya jelas tau apa yang ingin ayah mereka katakan saat ini. Bahkan dia merasa kalah lagi padahal dia baru saja memulai semuanya. Kenapa mereka harus kembali dalam keadaan hidup, seharusnya mereka mati saja hari itu pasti semua ini tidak akan terjadi.

Jika semua ini tidak terjadi pasti dirinya tidaak akan pernah membuat semua rencana kejam ini. Dan dia pasti akan menjadi satu-satunya anak Kaisar di Negeri Veddira dan para bangsawan akan menghormati dirinya seperti biasanya.

Tapi bagai di hantam sebuah batu besar. Kenyataan datang padanya, dan dirinya harus mengalami hari-hari buruk sekarang. Tidak ada lagi untuknya hari bahagia kecuali si kembar berniat pergi dari sini atau mengalah dari tahta Kaisar. Mungkin saja dia akan memaafkan mereka dan membiarkan mereka hidup.

"Baiklah aku akan bertanya pada mereka dan jika mereka mau, mereka akan masuk Akademi seperti keinginanmu"

Siguiente capítulo