webnovel

Chapter 10

sebelumnya aku mau Terima kasih sama yg udh baca sebanyak ini. Ini pertama kalinya aku nulis di Webnovel dan mendapatkan pembaca sebanyak itu. siapapun kalian yg baca aku sangat-sangat berterima kasih(●´⌓`●)

awalnya aku gak percaya tapi yg baca jangan cuma jdi silent reader aja tapi comment dan kasih bintang juga. aku berharap byk sama kalian.

sekali lg terimakasih。:゚(;´∩`;)゚:。ヾ(*'O'*)/

*****

*FLASHBACK ON*

SEKOLAH DASAR MUTIARA INTERNASIONAL

Banyak sekali murid-murid SD Mutiara Internasional yang tengah belajar. Seorang anak laki-laki yang sepertinya murid baru melangkahkan kaki ke SD ini sendirian. Sepertinya anak ini tidak diantar oleh kedua orang tuanya ke sekolah barunya karena pekerjaan yang menghalangi mereka. Terpaksa murid ini ke sekolah sendiri. Ia pun mendatangi ruang guru.

Setelah selesai ke ruang guru. Salah satu guru wanita pun mengantarkan ia ke kelas barunya. Banyak yang memandangi anak ini di sepanjang koridor. Sampai akhirnya ia serta guru itu tiba di kelas. Kedatangan guru dan lelaki kecil ini pun membuat suasana hening seketika.

"Hallo anak-anak ibu yang ibu cintai. Nih kita kedatangan murid baru," ucap Bu Helen selaku guru di SD dan wali kelas di kelas tersebut.

"Silahkan perkenalkan namamu!" suruh Bu Helen kepada lelaki ini.

"Namaku Rivarrel Avandy Ryszard. Aku dipanggil Avan, semoga kalian bisa berteman baik denganku," kata Avan sembari tersenyum manis.

"Baiklah Avan. Kamu duduk bersama Bastian di sana," suruh Bu Helen sambil menunjuk bangku kosong di sebelah Bastian. Avan pun menghampiri bangku itu dan duduk di sana. Pelajaran pun berlangsung seperti biasa. Avan mencoba untuk akrab dengan teman-teman barunya.

Dua tahun berlalu tak terasa kini Avan sudah menduduki bangku kelas 5. Ia merasa senang karena sudah mendapatkan banyak teman di sana. Sifat asli Avan mulai terlihat sejak ia menduduki kelas 4 SD, sangat berandalan, cuek dan tidak sopan kepada orang lain. Walau ia terkenal nakal tetapi ia sopan kepada semua guru di sana, tak terkecuali Bu Helen. Guru itu tau jika Avan sangat nakal, tapi karena nilai pelajarannya di atas rata-rata maka guru itu mencap Avan sebagai anak kebanggaannya. Ditambah ia sama sekali tidak pernah melawan semua guru di sekolahan itu.

Nama Avan lumayan terkenal di kalangan anak-anak SD. Mereka semua takut jika berurusan dengannya. Bukan hanya berandalan, lelaki itu sering membully dan meminta uang-uang dari adik kelas yang melewati kelasnya. Bahkan ia bisa saja menyakiti mereka jika mereka tak memberi uang.

Seperti yang dilakukannya hari ini, Avan menghampiri para murid kelas 3 SD yang tengah asik makan di kantin. Dia duduk begitu saja di hadapan mereka yang terlihat takut.

"Heh, Bocah. Punya uang berapa?" tanya Avan memalaki anak-anak itu.

"Kita gak punya uang, kak," kata salah satu dari mereka.

BRAK!

"Kalau loe semua gak punya uang, terus kenapa loe bisa makan di sini? Loe mau nipu gue, hah? " omel Avan tak terima sambil menggebrak meja. Anak-anak SD itu pun menyerah dan memberikan uang mereka kepada Avan.

"Cuma segini?" tanya Avan. Mereka mengangguk ketakutan.

"Ck, yaudah, beliin gue minum gih." suruhnya sambil menghitung uang yang dia dapat dari anak-anak itu. Bukannya menuruti keinginan Avan, mereka malah menunduk.

"Loe tuli? LOE DENGER GUE GAK SIH?" bentak Avan membuat mata mereka berkaca-kaca ingin menangis. Mereka pun lari begitu saja meninggalkan Avan. Avan yang hendak berdiri untuk mengejar mereka ditahan oleh seseorang. Seseorang menekan bahunya untuk kembali duduk dibangku itu. Dan terlihatlah beberapa anak-anak SD ini tengah mengerumuni dirinya. Akhirnya ia tau mengapa murid kelas 3 itu kabur karena disuruh oleh mereka agar meninggalkan Avan. Ya, intinya mereka menyelamatkan murid kelas 3 SD itu.

Tiga perempuan dan satu anak laki-laki duduk dihadapan Avan, sedangkan dua laki-laki lainnya duduk di sebelah kiri dan kanan Avan. Mereka seakan-akan memblokir jalan keluar lelaki ini. Avan menghela nafasnya sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Apa gue punya masalah sama kalian yang katanya terkenal ini? Hm?" tanya Avan dengan santai. Ya, mereka berenam sangat dikenal oleh semua anak-anak SD, SMP dan SMA Mutiara Internasional ini serta para guru. Kebaikan keenam anak-anak ini mampu membuat mereka dipandang baik oleh semua warga sekolah. Tak heran jika banyak anak-anak SD, SMP bahkan SMA memandangi mereka. Sangat jarang sekali jika mereka mengobrol dengan orang lain apalagi mereka menemui Avan yang terkenal kenakalannya di kalangan anak-anak SD ini.

"Loe yang namanya Avandy?" tanya salah satu dari mereka.

"Iya kenapa? Apa loe mau ngehajar gue terus loe ngancem gue karena udah malakin adik kelas? Cara loe semua basi. Gue gak takut." kata Avan menantangi mereka. Mendengar hal ini membuat semua yang menonton mereka sangat terkejut dengan jawaban Avan. Tapi, tak ada pancaran kesal atau apapun yang terlihat di wajah anak-anak terkenal itu, mereka malah terlihat sangat tenang.

"Loe kelas berapa?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Avan.

"Kepo banget sih!"

"Loe tau kita siapa?"

"Cuma orang-orang bodoh yang pengen menguasai sekolah. Kalian disebut T-G-Eight (TG8), The Goblin 8 haha" jawab Avan dengan perkataannya yang cukup kasar. Keenam anak-anak itu terlihat mengernyitkan dahinya dan menunjukkan ekspresi kesal.

"Jaga bicara loe, Bodoh. Loe kira loe siapa melawan kita?" tanya seorang gadis cantik padanya.

"Loe tanya gue siapa? Gue adalah anak yang bakalan menguasai sekolahan. Gue yang bakalan merebut posisi kalian. Ngerti?" ancam Avan sambil menatap mereka satu persatu. Mereka pun mulai terbawa suasana yang diciptakan Avan dan menatap lelaki itu dengan tajam.

"Loe itu cowok bodoh yang gak tau aturan. Ngelakuin hal sesuka loe. Loe kira loe anak pemilik sekolahan hah?" Omel seorang lelaki yang berada didepan Avan.

"Gue gak bodoh, gue tau aturan dan loe semua yang bodoh, Goblin" jawab Avan seenaknya tanpa mengalihkan wajahnya. Ia terus melawan tatapan tajam lelaki dihadapannya ini

"Ck, loe gak tau aturan. Loe ngebully orang lain bahkan meminta uang sama mereka. Loe miskin? Butuh uang? Minta ke orang tua loe, bukannya ke orang lain yang bahkan gak loe kenal. Gak tau malu" marahnya. Avan mendesis pelan.

"Heh, dipapan peraturan sekolah gak ada larangan membully orang, gak ada larangan minta uang ke orang, ya, terus kenapa loe semua ribet sih? Ini urusan gue, loe gak usah ikut campur." balas Avan.

"Ck, bocah kayak loe emang susah buat diatur. Loe cuma bocah gak tau diri yang bisanya bikin kekacauan disekolah. Kita, disini cuma pengen loe gak melakukan hal itu karena apa yang loe lakukan mengganggu ketenangan sekolah. Dan itu udah termasuk melanggar peraturan sekolah, ngerti?" ujar seorang gadis didepan Avan. Lagi-lagi lelaki itu hanya mendesis meremehkan ucapannya.

"Udah ceramahnya? omongan loe semua gak penting dan gak ada pengaruhnya buat gue. Loe cuma anak SD, gak usah sok dewasa. Dan apa yang kalian bicarain tadi bener-bener lebay." kata Avan tajam. Pembicaraan yang disampaikan mereka sama sekali tak ia pedulikan. Bahkan dirinya menganggap mereka ini lebay dan sok dewasa. Entah apa yang membuat Avan seberani itu dengan mereka.

"Denger ya anak SD sok dewasa, selama gue pinter, disiplin sama guru dan bukan kriminal, gue masih dalam kategori mengikuti aturan sekolah. Iya kan? Lagipula selama gue ngelakuin hal yang gue suka, gak ada tuh guru yang menegur gue." lanjutnya.

BRAK!

Bersambung ...

Siguiente capítulo