Audia melihat jam di dinding untuk yang ke sekian kalinya. Pukul sepuluh malam. Satu jam lebih lama dari waktu kepulangan Alvin biasanya.
Audia mengusap-usap perutnya. Duduk selonjoran di sofa sambil menonton televisi, yang sebetulnya tidak lagi menarik untuk ia nikmati. Hatinya kembali gundah.
Sejak pagi usai mengajar, Alvin tidak lagi menghubungi Audia, sekadar pesan singkat menanyakan kabarnya dan anak dalam kandungannya. Apalagi telepon. Sebelumnya Alvin pernah memberitahunya, bahwa sebelum hari pelantikannya, dirinya akan sangat sibuk dengan urusan kantor. Dan, Audia yang sudah paham watak pak Mandala, memilih untuk tidak menghubungi suaminya terlebih dahulu.
Menunggu tanpa kepastian, membuat Audia tanpa sadar tidur terlelap di sofa. Dan terbangun sekitar jam dua dini hari, karena merasa ingin buang air kecil. Yang membuatnya kebingungan. Dirinya terbangun di atas ranjangnya di dalam kamar.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com