Ucapan Canela terus terngiang di pikiranku. Jika kupikir-pikir memang benar yang dia katakan. Selama ini hatiku sakit sekali setiap mendengar ada orang lain yang menggunjing dan menghina pernikahanku dengan Zero. Aku tak nyaman setiap mendengar ucapan pedas mereka tentang kami, seperti saat di desa kami dulu. Aku mulai tak betah menetap di sana salah satu alasannya karena penduduknya yang mulai sering menghina kami di belakang, juga secara terang-terangan tak menganggapku lagi sebagai bagian dari mereka.
Namun, tak pernah sekalipun aku memikirkan bagaimana perasaan Zero saat dia pun mengalami hal yang sama denganku. Mendengar orang lain membicarakannya di belakang, atau secara terang-terangan tak menganggapnya lagi sebagai bagian dari mereka sehingga keberadaannya selalu diabaikan. Jika aku saja merasa sakit hati dan tak nyaman, tentu saja Zero pun demikian. Betapa bodohnya aku karena tak pernah memikirkan perasaan Zero selama ini.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com