Aku menatap wajah Mahesa serius karena harus kupastikan kebenaran ini sekali lagi padanya.
"Mahesa, tentang yang kau katakan tadi, kau yakin Sadin dan wanita penyihir yang menyerang desa kalian merupakan orang yang sama?"
Dengan tegas Mahesa mengangguk. "Ya, aku yakin sekali. Walau 20 tahun sudah berlalu, tidak mungkin aku melupakan wajahnya. Aku melihat dengan mata kepala sendiri ketika dia dan pasangannya membunuh semua orang dan juga ... kekasihku." Saat mengatakan itu kesedihan dan juga kebencian terpancar jelas di wajah Mahesa. Dengan ini aku tak meragukan lagi yang dikatakannya memang benar. Sadin memang seorang penyihir, selama ini dia hanya berpura-pura menjadi orang biasa yang lemah dan tidak berdaya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com