webnovel

Dawai-Dawai Asmara {3}

Untuk kemudian, Chen Liao Xuan lupa akan tujuannya tadi. Garirah yang membakar dirinya malah membuatnya memberikan cumbuan lebih kepada gadis yang bahkan tak sadarkan diri itu. Hingga dia melakukan sebuah penyatuan, dan matanya kembali terbelalak saat tahu, jika gadis yang kini telah ia tiduri masih murni.

Sementara di kerajaan langit, Sang Raja tampak berdiri di gerbang yang membuatnya terus mengingat rasa perih itu. Setiap saat, setiap hari. Hingga cahaya keemasan yang sangat menyilaukan itu tampak nyata. Bahkan cahaya itu sampai menembus alam langit dengan sangat sempurna.

"Bukankah ini sebuah takdir yang sangat menyakitkan, Baginda Raja," Li Qian Long berjalan mendekati Sang Raja. Untuk kemudian, dia memandang pintu yang tertutup rapat-rapat itu. Pintu yang dibuka hanya untuk Dewa-Dewi yang melakukan kesalahan. Dan pintu yang dibuka terakhir kali untuk sosok yang paling penting di langit ini. "Cahaya dari intisari kehidupan Putra Mahkota bahkan mampu menembus alam langit dengan sangat nyata. Bukankah ini tandanya, jika dua insan itu sekarang telah kembali bertemu?"

Rahang Sang Raja mengeras, tapi dia tak mengatakan apa pun selain diam. Sebab dia sendiri tak bisa berkomentar apa-apa tentang hal ini.

"Yang Mulia Raja, keberadaan Dewi Anqier dengan Putra Mahkota adalah takdir yang diberikan langit. Dewi Anqier adalah Dewi tertinggi di sini meski dia lahir dari setengah manusia. Dan memang Dewi Anqier merupakan jodoh yang diberikan langit untuk Putra Mahkota. Bagaimanapun Yang Mulia Raja memisahkannya, dan seberapa besar kekuatan Yang Mulia Raja menghapus ingatan mereka. Percayalah, Yang Mulia, takdir pasti akan mempertemukan mereka dengan cara mereka masing-masing,"

"Aku tidak peduli dengan itu, Dewa Li," Sang Raja pun akhirnya bersuara. Antara Anqier dan Liao Xuan terjadi sesuatu sesungguhnya tak merisaukanku. Hanya saja, kesalahan Liao Xuan benar-benar telah di batas wajarku sebagai seorang Ayah. Meski kadang-kadang aku merindukannya seperti halnya sekarang,"

Dewa Li Qian Long terdiam mendengar ucapan dari Sang Raja itu. "Bukankah kau yang menulis takdir untuk makhluk di alam semesta ini, Dewa Li. Lantas kenapa kau buat takdir putraku sampai seperti ini? Entah apa akhirnya nanti, akan tetapi putraku telah menjadi seorang Raja Iblis. Dan sampai kapan pun Raja Iblis tidak akan pernah bisa menjadi seorang Putra Mahkota Langit sampai kapan pun itu,"

"Yang Mulia, sesuatu yang telah menjadi miliknya akan kembali kepada tuannya. Itulah yang saya tahu dari hukum semesta ini," Li Qian Long kembali bersuara. Sang Raja hanya meliriknya sekilas, kemudian dia menghela napasnya panjang. "Yang Mulia akan selalu panjang umur. Asal posisi Putra Mahkota tetap kosong sampai tuannya datang. Sebab jika tidak, akhir dari kerajaan langit akan dimulai sejak itu,"

*****

"Maaf, Panglima Jiang, hamba sudah mencari Yang Mulia Raja di mana pun. Tapi sampai detik ini kami masih belum bisa menemukannya. Jika dilihat dari jatuhnya Yang Mulia Raja kami yakin kalau Yang Mulia Raja jatuh tak jauh dari hutan persik milik Kerajaan Iblis. Akan tetapi sampai detik ini kami menyusuri daerah itu, kami tidak menemukan petunjuk apa pun. Selain...."

"Selain apa? Katakanlah langsung tanpa basa-basi!" ucapan Jiang Kang Hua tampak menggelegar, bahkan intonasinya cukup tinggi untuk membuat makhluk sekelas manusia meremang dan menggigil ketakutan. Prajurit itu, kembali memberi hormat, dengan mimik wajah takut mereka.

"Selain cahaya yang sangat menyilaukan mata tampak menyala sampai menembus langit, Panglima Jiang. Saat kami hendak mendekat, tubuh kami semua terpental. Dan ada beberapa pasukan kami yang langsung hancur oleh cahaya itu. Sampai detik ini, kami belum bisa memastikan cahaya apa itu, Panglima Jiang. Tapi kami janji, kami akan kembali menyusuri tepian-tepian sungai, dan hutan pinus yang ada di sana."

"Baiklah, karena aku sudah banyak membunuh prajurit yang tak becus seperti kalian. Jadi kali ini, aku beri kalian kesempatan. Tapi, kalau sampai dua hari sebelum purnama penuh kalian belum juga membawa Yang Mulia Raja ke sini, kalian tahu apa hukuman untuk kalian? Tubuh-tubuh kalian akan ku jadikan mangsa anjing-anjingku yang kelaparan,"

"Baik, Panglima Jiang!"

Semua prajurit yang ada di sana langsung pergi, dengan hati berat mereka. Separuh dari mereka adalah manusia, yang diperbudak untuk menjadi budak dan menyembah kaum iblis. Terlebih, purnama merah akan muncul tepat empat hari sebelum hari ini. Mereka hanya diberi waktu dua malam, apakah itu cukup?

Sementara Jiang Kang Hua tampak meremas meja yang ada di hadapannya. Ya, dia juga tak buta. Malam tadi, dia menyaksikan sendiri, sebuah cahaya berwarna putih keemasan muncul dari sebuah titik, dan itu dari arah sekitar hutan persik milik kerajaan iblis. Jiang Kang Hua tak tahu, cahaya apa itu. Sebab setahunya dia hidup dalam ribuan tahun ini, dia tak pernah sekalipun melihat cahaya seterang dan seindah itu. Ya, indah... tapi, Jiang Kang Hua agaknya tahu. Indah menurut mata bukanlah indah menurutnya. Sebab yang pasti, cahaya suci seperti itu akan dengan mudah membakar tubuhnya menjadi seperti abu.

Dia kembali menghela napas panjang, semalam ini dia bahkan tak bisa untuk berpikir jernih. Dia tahu betul semua ini adalah salahnya, dia datang kepada Sang Raja di saat Sang Raja tengah bertapa, dalam rangka memulihkan kekuatannya yang hilang. Dan di saat dalam kondisi selemah itu, dia malah datang untuk meminta bantuan, memaksa Sang Raja keluar melawan selimuan rubah. Lagi, Jiang Kang Hua meremas merah itu bahkan sampai meja itu hancur berkeping-keping. Dia sangat khawatir dengan kondisi rajanya, dia sangat ingin tahu dengan kondisi rajanya. Apakah rajanya akan mampu bertahan hidup? Ataukah rajanya kini sekarat dan mati, dan butuh puluhan ribu tahun lagi untuk membangkitkan rajanya dari tidurnya. Tidak... itu tidak boleh terjadi. Sebab jika sampai seperti itu, kerajaan iblis akan diakuisi oleh orang-orang tak bertanggung jawab lainnya lagi.

"Kelopak terakhir dari pohon persik di luar yang hendak jatuh kini mulai bersemi, bukankah itu sebuah pertanda yang bagus?" penasihat Li pun datang, sambil mengibaskan kipasnya dia melirik Panglima Jiang dengan tatapan sengitnya. "Namun seperti itu, kesalahan adalah sebuah kesalahan. Dan apa yang kau lakukan di dalam pertempuran itu adalah kesalahan fatal, Panglima Jiang," katanya lagi, dengan penuh penekanan dan aura dingin yang mecengkam. Keduanya kini tampak saling pandang, emosi dan rasa kesal membuncah menjadi satu dengan sangat nyata. Kubu untuk Sang Raja, dan merasa ingin paling dianggap, membuat mereka menjadi satu musuh dalam selimut dengan begitu nyata.

Ya, di aula utama ada sebuah pohon perish, yang usianya sudah selama kehidupan Sang Raja. Bahkan pohon itu mulai muncul dengan cara cukup aneh saat Sang Raja datang ke alam iblis. Dan katanya, pohon persik itu menandakan tentang kesehatan dan umur Sang Raja. Sebab, setiap kali Sang Raja kehilangan kekuatannya, pohon itu tampak sangat layu, kelopak-kelopak bunganya berguguran. Namun, ketika Sang Raja kembali sehat, maka pohon persik itu akan menghijau dan subur, bahkan pohonnya penuh dengan bunga dan buah. Aneh, memang, bagi seorang Raja Iblis mengimbaskan dirinya dengan sebuah pohon persik. Entah apa yang terjadi di kehidupannya terdahulu. Atau malah, pohon persik dulu telah menjadi saksi atas kehidupan sebelumnya.

Siguiente capítulo