webnovel

Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {3}

Anqier langsung keluar dari aula agung, dia berjalan dengan hati yang benar-benar riang. Sekarang, dia bahkan tak perlu terbang, sekarang dia bahkan tak perlu sembunyi-sembunyi untuk keluar. Dia kemudian tersenyum, mengingat apa yang telah dilakukan Putra Mahkota kepadanya. Lalu tiba-tiba wajahnya memerah, sambil jemari lentiknya memegang bibirnya yang basah. Tidak... ini benar-benar gila! Kenapa dia harus sangat bahagia mengingat kejadian itu? Laki-laki itu telah lancang mengambil hal yang bukan miliknya, dia telah mencuri ciuman pertamannya. Lantas kenapa Anqier malah tampak bahagia?

Anqier lantas berlari, sambil menyapa satu demi satu dayang-dayang sampai para Dewi yang sedang berjalan di dekatnya. Untuk kemudian, dia melihat sebuah bukit yang sangat indah, membuat Anqier langsung menuju ke sana.

Di sisi lain, Xie Liao Xuan tampak mulai bosan. Dia memandang ke arah para tamu satu persatu. Jemarinya terus terusan bergerak, membuat ibunya memandang ke arahnya.

"Apa kau lelah, Putra Mahkota?" tanya sang Ibu. Xie Liao Xuan menoleh, kemudian dia tersenyum simpul.

"Ritual penobatan tadi benar-benar membuat tenagaku habis, Ibunda Ratu. Rasanya aku benar-benar sangat lelah," jawabnya.

Sang Ibu hanya tersenyum paham, sebab menurut kisah, bahkan raja terdahulu yang memiliki tanda penujukkan dari langit pun, langsung jatuh pingsan sampai beberapa waktu lamanya tak sadarkan diri. Melihat putranya masih berdiri dengan tegap tadi, dan masih bisa duduk di sampingnya, adalah hal yang sangat luar biasa. Putranya benar-benar memiliki ilmu tenaga dalam yang semua tak mampu mengelaknya.

"Istirahatlah, Xie Liao Xuan. Ayah dan Ibundamu yang akan mengurus para tamu undangan," perintah sang Raja.

"Baiklah Yang Mulia, aku pamit undur diri," ucap Xie Liao Xuan pada akhirnya. Kemudian dia berjalan keluar, dan disusul oleh Li Zeng.

Xie Liao Xuan menghentikan langkahnya, kemudian dia melirik ke arah Li Zeng, sementara kedua tangannya sudah diikat dengan sempurna di belakang punggung.

"Kamu kembalilah, nikmati jamuan malam ini. Sebab aku ingin sendiri, menyaksikan rembulan merah jambu yang ada di bukit itu."

"Baik, Putra Mahkota," setelah mengatakan itu, Li Zeng langsung pergi. Membuat Xie Liao Xuan kembali melangkah demi selangkah menuju tempat yang ia maksud.

Sesekali dia tampak menahan napas, seolah pikiran berat tengah ia rasakan sekarang. Setelah dia sampai di puncak bukit, tangannya seolah mengepal rembulan indah yang ada di hadapannya, untuk kemungkinan dia tersenyum kecut.

Jujur dia tahu, jika dia adalah putra ke dua dari ayahnya. Dan seharusnya singgasana Putra Mahkota bukanlah menjadi miliknya. Dia sangat merasa tak enak dengan saudara tirinya, namun demikian dia tak mungkin bisa mengatakannya dengan nyata. Dia tak mau, rasa bersalahnya yang tulus membuat saudara tirinya akan semakin membencinya. Sebab dia sudah cukup tahu, semenjak kelahirannya saudara tirinya itu tak pernah menyukainya sedikit pun.

Lagi, Xie Liao Xuan menghela napas berat, matanya terasa panas setiap kali dia mengingat kejadian-kejadian terdahulu. Betapa dia berusaha untuk berteman dengan saudara tirinya, bagaimana dia berusaha untuk mengalah untuk saudara tirinya agar saudaranya itu mau berteman dengannya. Agar saudaranya itu tahu, kalau dia benar-benar tulus. Akan tetapi, setiap usaha yang ia lakukan selalu berakhir sinis, dan itu tak hanya ditanggapi oleh saudaranya saja, bahkan Ibunda Selir pun iya. Dan rasa bersalah itulah semakin membuat beban dalam hati Xie Liao Xuan.

"Hey siapa kamu?!"

Xie Liao Xuan hendak menoleh, tapi tangannya langsung ditarik oleh seseorang. Diajaknya Xie Liao Xuan berlari, dan dengan patuh Xie Liao Xuan menuruti hal itu. Dia tersenyum melihat sosok itu terus menggandeng tangannya tanpa melepas sedikit pun, membawanya berlari entah ke mana. Sampai akhirnya, genggaman itu terlepas, sosok itu tampak membungkuk berusaha mengatur napasnya dalam-dalam.

"Hampir saja...," keluhnya dengan napas yang masih terengah. Xie Liao Xuan bersedekap, memandang Anqier dengan seksama, bibirnya kembali tersenyum melihat tingkah lucu Anqier. "Kenapa kau memandangiku seperti itu?!" marah Anqier, dia langsung memalingkan wajahnya, sambil mengerucutkan bibirnya.

Membuat Xie Liao Xuan langsung berjalan mengitarinya, kemudian berdiri tepat di hadapannya.

"Apa kau pikir, kahyangan adalah dunia? Di mana kau bisa bertingah konyol seperti apa yang kau lakukan di dunia fana?" ucap Xie Liao Xuan. Bahkan, dia baru tahu jenis makhluk aneh seperti Anqier, yang akan berlarian, dan bertingkah benar-benar berbeda seperti para Dewa dan Dewi. Bahkan Xie Liao Xuan tak melihat sisi feminim sekalipun dalam diri perempuan di depannya ini. "Sekarang, jelaskan kepadaku...," kata Xie Liao Xuan, dia bersedekap, sementara kakinya terus maju ke arah Anqier, membuat wanita itu spontan mundur. Sampai akhirnya, tubuh Anqier terhalang oleh sebuah pohon, membuatnya tak bisa lagi berkutik sekarang. "Sebenarnya apa yang kau lakukan sampai kau dikejar oleh para pelayan istana? Apa kau sedang menguntit? Apa kau sedang mencuri? Atau kau diam-diam mengangumi ketampananku yang luar biasa ini?" selidik Xie Liao Xuan.

"Cih!" kata Anqier sambil mendengus, matanya melotot ke arah Xie Liao Xuan seolah sedang menantang. "Yang jelas yang terakhir itu tak termasuk dalam hitungan...," jawabnya. Untuk kemudian, dia memandang ke arah Xie Liao Xuan takut-takut, lalu dia merogoh bagian dalam lengan pakaiannya. Tangannya langsung diulurkan ke depan, kemudian dia memalingkan wajahnya dengan malu-malu.

Xie Liao Xuan tampak memekik, saat sebuah buah persik ada di tangan Anqier, dia tak pernah tahu apa maksud dari buah persik itu.

"Aku... aku tak sengaja mengambil buah ini. Lantar para pelayan itu melihatku, kemudian mereka berlomba-lomba untuk menangkapku," jelasnya pada akhirnya.

Xie Liao Xuan tampak tersenyum, tapi dia langsung menutupi dengan punggung tangannya. Membuat Anqier kembali mencibir.

"Jadi kau telah mencuri buah persik yang ada di dalam istana?" tanyanya, Anqier mengangguk enggan. "Apa kau tahu apa hukuman untuk pencuri kecil sepertimu?"

"Apa? Bukankah buah persikmu ini saja tak cukup atas apa yang telah kau lakukan kepadaku tadi? Kau...," kata Anqier tehenti, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Xie Liao Xuan dengan ragu, membuat Xie Liao Xuan menarik sebelah alisnya memandang bola mata Anqier dengan tatapan tajamnya. "Kau bahkan mencuri ciuman pertamaku," gumam Anqier pada akhirnya, yang terdengar sangat jelas di telinga Xie Liao Xuan.

"Ah, mencuri ciuman pertamamu?" kata Xie Liao Xuan mengulang ucapan Anqier. "Apa kau buta, apa kau tak bisa membedakan antara mencuri ciuman pertama dan memberikan setengah intisari yang ada di tubuhku kepadamu? Bahkan, sekarang kau bisa berkeliaran dengan bebas di sini, itu semua berkat siapa? Lagi pula, siapa yang ingin mencuri ciuman pertama dari manusia jelek sepertimu,"

"K... Kau!" wajah Anqier sudah merah padam, dia benar-benar telah merasa dipermainkan oleh laki-laki menjengkelkan yang ada di depannya ini. Seharusnya, dia tak perlu mengatakan itu. Seharusnya, dia tak perlu mengungkit masalah itu kepada laki-laki menyebalkan seperti Xie Liao Xuan.

"Kenapa? Kau tak terima? Bukankah aku berkata yang sejujurnya? Aku seorang Putra Mahkota, yang jika aku ingin, aku tinggal menunjuk Dewi tercantik mana pun di sini untuk melayaniku. Bagaimana bisa aku yang agung ini harus mencuri ciuman pertama dari perempuan tak waras sepertimu? Apa kau pikir aku gila?"

Mata Anqier sudah tampak nanar mendengar ucapan pedas dari Xie Liao Xuan, dia kemudian melangkah hendak pergi dari sana. Namun, saat langkah Anqier hendak menjauh, tangan Xie Liao Xuan langsung menarik tangan Anqier sampai wanita itu berada di dalam kedakapannya.

Anqier memandang tatapan tajam dari Xie Liao Xuan dengan mata nanarnya, kemudian dia hendak menoleh tapi ditahan oleh Xie Liao Xuan.

"Apa yang kau lakukan, Yang Mulia Putra Mahkota?" desis Anqier marah.

Dan sebuah seringaian itu tercetak di sudut bibir Xie Liao Xuan, kemudian dia pun menjawab, "jika kau pikir aku telah mencuri ciuman pertamaku. Maka, aku akan mengambil kembali ciumanku itu,"

Setelah mengatakan itu, Xie Liao Xuan langsung mencumbu bibir merona milik Anqier. Mencumbu dengan sangat cepat. Awalnya Anqier mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan panggutan itu. Namun lama-kelamaan, tangan yang ia gunakan untuk mendorong tubuh Xie Liao Xuan menjauh pun melemah. Xie Liao Xuan melepaskan ciumannya, matanya memandang ke arah Anqier yang sudah memandangnya tanpa kedip. Untuk kemudian, dia kembali melumat bibir itu, dan disambut balasan oleh Anqier. Dan malam itu, disaksikan oleh sinar rembulan merah jambu, sepasang makhluk itu bercumbu. Menghabiskan malam mereka bersama, dengan hasrat yang bergemuruh di dalam dada.

Siguiente capítulo