webnovel

Penobatan Putra Ke Dua Dari Sang Ratu Langit

Istana langit saat ini sedang diselimuti suka cita, Ratu kesayangan dari Sang Raja telah melahirkan anak pertama, yang merupakan anak kedua dari Sang Raja setelah kelahiran putra dari salah satu selirnya. Dan bukan hanya dari kalangan para Dewa, Raja-Raja di alam semesta pun seolah ikut menyambut kedatangan putra kedua tersebut. Tak cukup sampai di sana, bahkan rembulan dengan sinar merah jambu tampak bersinar terang, diikuti munculnya sosok naga putih, yang seolah menari-nari di atas langit tanpa henti. Sangat indah, warna putih, dan keemasannya seolah memberi lambang kepada surga, jika sang putra kedua adalah sosok yang akan menjadi calon penguasa selanjutnya.

Namun tampaknya, kebahagiaan itu tak seluruhnya dirasakan oleh seluruh isi Istana langit. Sebab, ada satu orang beserta dayang-dayangnya yang sedang berduka. Selir kedua dari sang Raja benar-benar tidak menyukai berita ini. Terlebih mendengar dari Dewa-Dewa lain, jika putra dari Sang Ratu ditakdirkan menjadi penerus selanjutnya tahta dari kerajaan langit ini.

Kedua tangannya mengepal kuat-kuat, dia bahkan hanya melihat sosok bayi yang kini menangis dengan sangat kencang di ranjang kotaknya.

"Aku akan menjadikan mu Putra Mahkota, apa pun, dan bagaimana pun caranya," gumam sang selir tampak percaya diri.

Namun, apa yang dikatakan pada hari itu rupanya gagal. Setiap usaha yang ia lakukan untuk mencelakai, dan menghabisi sang putra kedua semuanya sia-sia. Sampai saat penobatan itu berlangsung sang selir tak bisa berbuat apa-apa.

"Kita harus berbuat apa, Yang Mulia? Bahkan, semua upaya kita untuk menyingkirkan Pangeran Xie Liao Xuan satu pun tidak ada yang berhasil. Hari ini, adalah penobatannya menjadi seorang Putra Mahkota yang sah, dan aku tak mau kalau sampai dia benar-benar menduduki singgasana yang seharusnya menjadi milikku. Aku adalah putra pertama dari Sang Raja, aku yang seharusnya menduduki singgasana itu, bukan dia, Yang Mulia!"

Xie Ming—putra dari selir pertama itu pun murka, sebab dia merasa semua yang ia usahakan telah sia-sia. Tapi, dia tak akan pernah rela, jika apa yang menurutnya menjadi hak miliknya, harus direbut oleh saudara tirinya.

"Kau tak perlu cemas, Anakku. Aku akan mencari seribu satu cara untuk menyingkirkan Putra Mahkota untukmu,"

*****

"Puta Mahkota! Berhentilah sebelum Raja memarahiku karena dia berpikir aku tak bisa membawamu kembali ke istana!" teriak Dewa Li Qian Long. Tapi, apa yang dikatakan benar-benar tak diindahkan oleh Xie Liao Xuan, pemuda berumur seribu tahun itu malah berlari semakin menjauh. Sampai-sampai, Dewa Li Qian Long kehilangan jejaknya, karena kecepatan Xie Liao Xuan dalam terbang.

Putra Mahkota Xie Liao Xuan, bukannya tak mendengarkan teriakan dari Dewa Lin Qian Long. Hanya saja, perhatiannya terganggu dengan kiltan cahaya putih yang tadi melintas tepat di atasnya. Dia ingin memastikan, kilatan itu milik siapa. Sebab selama dia hidup di sini, dia belum pernah melihat kilatan berwarna itu dimiliki oleh Dewa, atau Dewi mana pun.

Dan saat dia menangkap sosok yang tampak duduk di danau yang tak jauh dari tempatnya berdiri, Xie Liao Xuan langsung bersembunyi memerhatikan sosok itu.

Pakaiannya serba putih, tampak serasi dengan kulit putih bak susu itu. Rambut hitam legamnya terjuntai begitu panjang. Mata Xie Liao Xuan melebar saat sosok itu memiringkan wajahnya. Bahkan dari kejauhan, setiap detil dari wajah itu tampak jelas di mata Xie Liao Xuan. Bagaimana hitam alisnya, bagaimana lentik bulu matanya, bagaimana mungil hidungnya, bagaimana merona bibirnya. Untuk sesaat Xie Liao Xuan menggenggam dadanya, dia benar-benar tak tahu, bagaimana bisa jantungnya terpacu dengan begitu kencang seperti ini. Hanya dengan melihat sosok yang kini sedang duduk—atau bahkan ingin... mandi?

Xie Liao Xuan terbelalak, saat sosok itu melapaskan jubah putih yang ia kenakan. Kemudian dia mengedarkan pandangannya untuk memastikan tidak ada satu sosok pun yang melihat wanita itu mandi. Namun, saat dia kembali melihat wanita itu, sosok yang sedari tadi duduk di sana pun menghilang. Yang tersisa hanyalah, jubah putihnya yang tertinggal di sana.

Xie Liao Xuan kembali memerhatikan daerah di sekitar telaga, barangkali jika wanita itu sudah masuk ke dalam sana dan mandi. Namun kemudian....

"Apa kau tak merasa malu mengintip seorang wanita yang sedang mandi? Apa ini perbuatan pantas yang dilakukan oleh seorang Dewa Langit?"

Xie Liao Xuan langsung berdiri dengan tegap, kemudian dia berdehem berkali-kali. Sial! Batinnya. Bahkan langkah dari wanita kecil ini benar-benar tak terdengar di telinganya? Yang bahkan ketajaman indera pendengarannya bisa untuk mendengar langkah semut sekali pun.

Dia kembali melihat ke arah wanita yang ada di depannya. Melihat jika wanita itu tak mengetahui siapa dirinya membuat Xie Liao Xuan kembali menarik sebelah alisnya. Dia—wanita ini, bukanlah Dewi dari langit, sebab dia tak pernah melihatnya sebelumnya. Terlebih, aura yang dipancarkan wanita ini benar-benar berbeda. Campuran aura... manusia?

"Apa kau seorang manusia? Kenapa kau ada di istana langit? Siapa yang membawamu ke sini? Taukah kau jika tak seorang manusia pun di bumi yang berhak berada di sini?" selidik Xie Liao Xuan.

Wanita itu tampak kaget, kemudian wajahnya memucat. Dia buru-buru hendak pergi, terbang ke tempat lebih rendah tapi Xie Liao Xuan tak membiarkannya lolos. Hingga akhirnya, keduanya saling kejar, sampai pada saat Xie Liao Xuan mendapatkan tangan wanita itu dan menariknya dengan paksa, sehingga tubuh wanita itu berada dalam dekapannya seutuhnya.

Keduanya masih dalam keadaan terbang, saling berpelukan satu sama lain. Mata mereka saling pandang, seolah tak ingin melepaskan.

Xie Liao Xuan memandang wanita itu dengan perasaan anehnya, aneh kenapa ada manusia di sini, terlebih aneh dengan perasaan yang dia rasakan sendiri. Sementara itu, wanita itu memandang sosok yang tengah memeluknya dengan mata nanarnya. Dia takut jika sosok itu akan melaporkannya kepada Raja Langit, untuk kemudian dia diberi hukuman berat atau bahkan hukuman mati. Sebab dia bisa merasakan, aura dari sosok yang memeluknya ini bukanlah aura sembarangan. Aura yang sangat kuat, yang bahkan bisa mementalkan manusia biasa jika hendak mendekat. Meski dia tak menampik, jika sosok ini memiliki paras yang tak bisa ditandingi oleh manusia, Raja, bahkan Dewa mana pun di alam semesta ini.

"Putra Mahkota Xie Liao Xuan!"

Baik Xie Liao Xuan, dan wanita itu langsung menjauh satu sama lain. Spontan Xie Liao Xuan mengeluarkan kekuatannya, membuat tempok tak kasat mata untuk melindungi wanita itu agar tak terlihat oleh siapa pun. Untuk kemudian, dia masih terbaang, berdiri di atas angin sambil mengikat kedua tangannya di belakang punggung.

"Putra Mahkota, Raja Langit sudah menunggumu untuk jamuan malam ini. Tidakkah kau ingin segera bersiap?" kata Dewa Li Qian Long.

Xie Liao Xuan lantas berdehem, kemudian dia melirik ke arah belakang sekilas, lalu dia tersenyum simpul. Dan setelahnya, dia langsung turun menemui Dewa Li Qian Long.

"Sudah kukatakan, aku ada urusan. Kenapa kau terus-terusan mengejarku," ucapnya. Mengibaskan jubah keemasannya kemudian pergi dari sana.

Di sisi lain, wanita itu masih berdiri mematung. Matanya bahkan tak berkedip sedikit pun. Dia kemudian memandang kedua tangannya sendiri, untuk kemudian air matanya mengalir di kedua pipinya. Dia tak pernah menyangka, jika bertemu dengan Putra Mahkota dari kerajaan langit. Terlebih, dia bersentuhan dengan sosok agung itu.

Merasa jika dia tak aman, wanita itu akhirnya mengambil jubah putihnya kembali, kemudian dia terbang untuk kembali ke tempat orangtuanya.

Siguiente capítulo