webnovel

Day 19

Jisoo membuka matanya dan ia duduk di sofa lalu ia menghembuskan napasnya dengan kasar. "Jis?" Jisoo hanya berdehem lalu ia menatap Rose yang sedang memakai bajunya, "aku ke kantornya Tzuyu, kamu mau ikut?" Jisoo mengangguk. "Aku mandi dulu kalo gitu" Jisoo mengambil handuknya dan ia langsung berjalan menuju kamar mandi.

Jisoo langsung menutup tutup klosetnya dan ia naik ke ventilasi udara dan ia mengambil bukunya, "Jis. baik-baik aja di dalem?" Jisoo berdehem, "aku agak pusing" Jisoo buru-buru menutup ventilasi udaranya dengan pelan dan ia langsung menaruh bukunya di bawah handuk kecil miliknya, Jisoo duduk di tutupa kloset lalu ia berpura-pura merasakan pusing lalu Rose menghembuskan napasnya.

"Kalo kamu sakit, mendingan gak usah ikut, aku bisa sendiri kok" Jisoo menggeleng, "jangan sendiri. Aku gak mau kamu di apa-apain sama Tzuyu" Rose tersenyum tipis lalu mengangguk, "ini keinginan kamu loh, Jis" Jisoo mengangguk lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Aku mau mandi dulu" Rose mengangguk.

"Aku mau tanya sama kamu, ulang tahun kamu kapan?" Rose mengerutkan keningnya, "aku cuman tanya, masa kamu tau aku tapi aku gak boleh tau kamu?" Rose mengangguk-anggukan kepalanya, "umm.. aku ulangtahun akhir bulan ini, kenapa?" Jisoo tersenyum. "Rahasia dong" Rose mengangguk. "Boleh nebak?" Jisoo mengangguk. "Boleh, aku harap kamu jangan ngintip hadiah yang kemaren-kemaren aku kasih, aku pengen liat seberapa sabar kamu dalam menunggu" Rose tertawa kecil lalu ia mengangguk.

"Dua minggu lebih aku mempelajari sesuatu tentang kamu" Rose mengangguk, "udah... mandi dulu aja sana, ntar lagi ngomongnya" Jisoo hanya tersenyum dan Rose keluar dari kamar mandi dan membiarkan Jisoo sendiri. "Kamu ternyata punya sifat baik" Jisoo langsung mengambil bukunya lalu ia membuka halaman pertama dan menulis tentang Rose yang ia temukan beberapa hari ini.

.

.

.

.

.

.

Tzuyu membanting hape milik Rose dan menggeram, "jadi kaliab berdua mau meras gue!?" Jisoo menatap Rose, "gak kok, kalo lo deketin gue dan ngancem cabut saham..." Rose tersenyum, "gue pastiin rekaman ini sampe ke telinga jurnalis New YorkTimes. Lo mau masuk majalah di halaman depan?" Tzuyu mengusap dagunya lalu ia mengangguk. "Kali ini lo menang!" Rose menyunggingkan senyumnya.

"Anggep aja itu bales dendam atas kelakuan lo yang kemaren" Tzuyu langsung menandatangani kontrak lalu ia memberikannya kepada Rose. "Thanks, Mr. Chou" Jisoo berdiri lalu ia mengikuti Rose keluar, "kamu gak akan bunuh Tzuyu kan?" Rose menggeleng, "gak kok" Jisoo mengangguk dan ia langsung menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Ini..." Rose menunjukkan notifikasi kepada Jisoo, "yaudah ayok ke sana" Rose mengangguk dan mereka berjalan beriringan. Rose melihat Nayeon yang sedang melihat mereka dan ia menyungingkan senyumannya, "kamu ngeliat apa?" Rose menggeleng, "gapapa kok" Jisoo membukakan pintu untuk Rose lalu ia duduk tepat di sebelahnya.

"Aku penasaran gimana kamu sama Nayeon putus?" Jisoo menggaruk rambutnya, "dia selingkuh sama temen aku, namanya Jeongyeon" Rose mengangguk, "di tusuk di belakang sakit pake banget, abisnya" Rose mengangguk "soal temen masa kecil kamu yang hilang, Parkie?" Jisoo menatap Rose, "dia ada di kota ini" Jisoo tersenyum, "beneran?" Rose mengangguk.

"Kamu cari dia buat aku?" Rose menatap Jisoo lalu tersenyum, "iya bener, aku nyari dia karena aku..." Rose menatap Jisoo, "gak mau buat kamu gak nyaman" Jisoo memeluk erat Rose dan ia lansgung membalas pelukan Jisoo.

"Apa kamu udah nemu alamatnya dimana?" Rose menggeleng, "karena aku taunya dia hanya ada di kota ini jadi... aku belom nemu alamatnya" Jisoo menghembuskan napasnya lega lalu tersenyum senang, "makasih, jujur aku berhutang budi banget sama kamu, Rose. Makasih" Rose mengangguk lalu ia menggenggam tangan Jisoo. "Um... soal yang tadi pagi?" Jisoo mengangguk.

"Aku pengen nebak hadiah yang bakalan kamu kasih" Jisoo menatap Rose, "apa itu?" Jisoo tidak sasdar jika ia membalas genggaman tangan Rose, "ini mungkin sebuah alat, beratnya ringan, mudah di pake" Jisoo mengangguk, "kalo salah?" Rose mengendikkan bahunya. "Terserah kamu" Jisoo hanya tertawa lalu ia melihat ke jendela.

"Jis.." Jisoo berdehem lalu ia menegakkan badannya, "kalo misalnya nih, aku hamil kamu mau tanggung jawab?" Jisoo menatap Rose terkejut, "kan misalnya, aku belom hamill kok" Jisoo mengangguk, "aku kira hamil" Jisoo menghembuskan napasnya, "berani berbuat berani bertanggung jawab" Rose mengangguk.

"Kita mau makan..." tiba-tiba mobil yang di kendarai oleh supir pribadi Rose berhenti. "Ini kenapa coba!?" Rose dan Jisoo langsung turun dari mobil dan mobil mereka tidak sengaja menabrak motor, "heh lo harus tanggung jawab!" Jisoo menahan bahu orang tersebut dan ia mendorongnya pelan. "Kita bisa ngomong ini..." orang tersebut langsung meninju pipi Jisoo dan Rose hanya diam.

"Lo pikir gue takut sama lo hah!?" Orang tersebut langsung menghajar Jisoo hingga ia tak sadarkan diri.

.

.

.

.

.

.

Seattle, United State of America

Jisoo membuka matanya dan ia tidak mendapati Rose di sampingnya, "kemana tuh bocah" Jisoo menyentuh pipinya dan ia mendengar suara pintu terbuka dan ia melihat Rose yang membawakan nampan berisi bubur dan air putih.

"Kamu gapapa?" Rose menatap Jisoo dan ia sedang berusaha agar ia tidak mengeluarkan amarahnya, "aku..." Jisoo menatap sekelilingnya, "ini di Seattle?" Rose mengangguk, "kenapa coba?" Rose menghembuskan napasnya, "kamu lupa hari ini kita ngunjungin ibu kamu?" Jisoo hanya tertawa kecil lalu mengangguk. "Maaf..." Rose menggenggam tangan Jisoo erat. "Jangan bunuh orangnya, kasihan. Dia mungkin punya keluarga" Rose mengangguk, "yaudah... kamu istirahat dulu" Jisoo menahan lengan Rose dan ia menatap matanya.

"Duduk, ayok" Rose duduk di tepi kasur Jisoo dan Rose mengusap pipi Jisoo dengan lembut, "sakit?" Jisoo menggenggam tangan Rose lalu mengangguk, "lebih sakitan liat kamu kaya gini, ketimbang lebam yang di pipi" Rose menghapus air matanya lalu tertawa kecil. "Aku gapapa kok, janji aku bakalan gapapa" Jisoo memeluk Rose erat dan mengusap punggungnya.

Bonus Scene...

New York, United States of America

Rose mengikuti orang tersebut dengan sebuah pisau di tangan kanannya, "lo ngapain ngikutin gue!?" Rose yang mengenakan topeng Anonymous hanya diam. "Haloo?? Gue gak ngomong..." Rose langsung mencekek orang yang ada di depannya "minta maaf sama orang yang lo pukulin tadi siang" orang tersebut masih meronta dan Rose mendengar dua langkah kaki yang berjalan mendekat ke arahnya.

Rose langsung memotong lidah orang tersebut dan ia tersenyum, "seenggaknya lo masih gue biarin hidup" Rose langsung berlari meninggalkan orang tersebut yang sedang berusaha untuk meminta tolong. Rose menghembuskan napasnya kasar, dan ia mengelap darahnya di dalam limosinnya. "Jisoo?" Jisoo yang masih tertidur karena efek obat yang di berikan oleh dokter membuatnya tersenyum lega.

"Cepet bawa kita ke Seattle, kalo bisa ngebut, berhenti hanya untuk ke kamar kecil dan isi bensin" Rose menyembunyikan pisau yang ia bawa lalu ia menatap wajahnya, "maaf, Jis... aku sudah berusaha tapi aku tetep aja gak bisa" Rose mengusap pipi Jisoo mencium keningnya. "Dia selalu di sampingmu, Kimmie" Rose menghembuskan napasnya lega dan tersenyum.

TBC

Siguiente capítulo