webnovel

Kesalahpahaman Felicia

Happy Reading

Felicia dan Maya masih duduk di bawah pohon sambil tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian yang baru saja terjadi di kantin. Kedua gadis itu merasa jika yang dilakukannya sedikit konyol dan juga sangat berlebihan. Saking asyiknya mengobrol sambil menertawakan diri sendiri, kedua gadis itu tak sadar jika bel masuk sudah berdering. Bahkan mereka tak menyadari jika halaman sekolah sudah sangat sepi. Kekonyolan yang baru saja dilakukannya telah membuat lupa diri dan hanya terkekeh sambil saling meledek satu sama lain. Mereka juga tak sadar jika ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka berdua.

"Felicia! Maya! Datang ke ruangan saya sekarang juga!" Sebuah suara yang sangat dingin dan terdengar mengerikan tiba-tiba saja hadir di depan kedua gadis yang sedang asyik bercanda di bawah pohon.

Ekspresi keterkejutan terlihat jelas dari tatapan mata dua gadis yang masih asyik tertawa di bawah pohon. Maya dan Felicia saling menatap satu sama lain. Mereka berdua bingung, alasan apa yang membuat wali kelasnya itu menyuruh mereka menghadapnya. "Mengapa Pak James meminta kita ke ruangannya?" tanya Maya pada gadis cantik yang duduk di sampingnya.

Felicia tak mengatakan apapun pada temannya itu. Dia hanya mengerutkan keningnya sambil memandang James yang sedang melambaikan tangannya dan menyuruh mereka berdua segera ke ruangannya. "Ayo kita menemui Pak James, sebelum wali kelas kita membekukan hati dan pikiran kita," ajak Felicia sambil senyum-senyum menggoda temannya. Mereka berdua langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan sang wali kelas. Sampai di depan pintu, Felicia menghentikan langkahnya lalu memandang gadis yang berdiri di belakangnya. "Kamu aja yang duluan, Maya," bujuknya pada teman dekatnya itu.

"Kok jadi aku! Kamu sengaja menjadikanku tumbal," gerutu gadis cantik yang senyum-senyum dengan hati berdebar karena akan menemui lelaki dingin dan tanpa ekspresi itu. Dengan sedikit ragu, Maya mendorong pintu ruangan itu sambil melangkah kakinya. "Permisi, Pak. Dua murid Anda paling cantik sudah datang," sapa Maya dengan melemparkan sebuah senyuman yang setulus dan selembut mungkin pada wali kelasnya itu.

"Duduklah," sahut James dengan suara cukup tegas dengan tatapan yang cukup dingin yang sedikit menakutkan.

Kedua gadis cantik itu langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan wali kelasnya. Felicia langsung memandang lelaki yang menjadi guru biologi sekaligus wali kelasnya juga. "Ada perlu apa Pak James memanggil kami?" tanyanya dengan sangat sopan.

Bukannya langsung menjawab, James justru memperlihatkan jam tangan mahal miliknya pada kedua murid didiknya. Lelaki itu tak mengatakan apapun pada mereka, membuat kedua gadis itu saling menatap satu sama lain. "Apa Pak James sengaja pamer pada kami?" kesal Felicia pada wali kelasnya yang sangat tampan dan cukup memikat hati. Namun gadis itu tak menyangka jika sang wali kelas bisa-bisanya memamerkan jam tangan yang cukup mahal pada. Hal itu membuatnya kesal seketika itu juga. Bahkan gadis itu tak mampu lagi memperlihatkan senyuman sedikit pun.

Ada ekspresi keterkejutan yang ditunjukkan oleh James begitu mendengar pertanyaan murid barunya itu. "Apa maksudmu? Siapa yang sedang pamer? Aku hanya ingin kalian melihat jam di tanganku, bukankah ini sudah jam masuk kelas? Kalian justru mengobrol di bawah pohon," kesalnya pada kedua muridnya yang sedikit menyinggung hati dan harga dirinya. Lelaki itu tak habis pikir jika murid barunya itu berpikir jika jadinya sedang pamer. Padahal James tak pernah berpikir sampai ke sana.

Felicia menjadi memucat seketika, dia tak menyangka jika dirinya telah memberikan tuduhan yang sangat salah pada wali kelasnya itu. Gadis itu langsung menundukkan kepalanya dalam penyesalan yang begitu dalam. Felicia benar-benar merasa sangat bersalah telah melakukan tuduhan itu. "Maaf, Pak James. Perkataan saya pasti sangat menyinggung hati Anda. Saya benar memohon maaf atas kekhilafahan dalam berucap kepada Anda." Felicia tak berani menatap wali kelasnya. Dia sangat sadar jika ucapannya pada James sangat keterlaluan. Gadis itu menjadi sangat frustasi dan sedikit takut. Dia berharap sang wali kelas bisa memaafkan semua kesalahannya.

"Kalian berdua harus mendapatkan hukuman," cetus James pada dua gadis di depannya.

Namun tiba-tiba saja, Maya bangkit dari tempat duduknya sambil memegang erat perutnya. "Maaf, Pak James. Saya akan menerima hukuman apapun ... namun saya ijin ke toilet sebentar." Maya langsung berlari secepat mungkin menuju ke toilet yang berada cukup jauh dari ruangan itu.

Kedua anak manusia yang masih duduk saling berhadapan itu langsung saling menatap sambil tertawa kecil melihat ekspresi Maya yang terlalu menggelikan. Tanpa sadar mereka tertawa bersama seolah tak ada jarak di antara mereka. Felicia dan James sama-sama tak dapat menahan diri untuk tertawa. Bahkan gadis itu sampai meneteskan air mata karena begitu geli dengan teman dekatnya itu. Secara spontan, James mengambil tissue di mejanya lalu mengusap lembut pipi gadis di depannya.

Hati Felicia langsung berdebar saat kedua pasang bola mata itu saling bertemu. Gadis itu terpaku dengan wajah tampan yang menatap dirinya cukup dekat. Ingin rasanya dia menghentikan waktu saat itu juga, Felicia tak peduli jika debaran hatinya itu bisa benar-benar menyesakan dada. Seolah gadis itu tak peduli jika dirinya akan hidup hanya sampai saat itu saja.

"Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari mulut James karena merasa terlalu dekat dengan gadis cantik di depannya. Tak bisa dipungkiri oleh lelaki itu ... dirinya juga merasakan debaran hebat yang bergejolak di dadanya. Setengah mati James berusaha untuk menutupi perasaan itu. Dia tak ingin perasaannya menjadi kisah kasih cinta terlarang di antara mereka.

Felicia memundurkan langkah kakinya agar sedikit menjauh dari sang guru. Meskipun hatinya sangat kecewa, gadis itu berusaha menahannya. Dia sempat berpikir jika momen seperti tadi akan berakhir manis dengan sebuah ciuman lembut seperti di drama-drama yang sering ditontonnya. Namun yang terjadi justru di luar ekspektasi. "Seharusnya saya yang meminta maaf." Felicia langsung membalikkan badannya, dia tak ingin lelaki itu melihat kekecewaan di dalam wajahnya. "Terima kasih untuk tissue nya," ucap gadis cantik yang masih berdiri sambil membelakangi wali kelasnya.

Tiba-tiba saja, Maya masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat kecanggungan di antara mereka berdua. "Ada apa dengan kamu dan Pak James? Kenapa terlihat seperti kekasih yang sedang marahan?" sindir Maya pada kedua orang yang terlihat sangat aneh baginya.

"Hentikan omong kosongmu, Maya!" sahut Felicia dengan suara yang terdengar cukup lembut meskipun sedang kesal. "Hukuman apa yang Anda berikan pada kami Pak James?" tanya gadis itu tanpa melihat lawan bicaranya.

Maya pun mendekati temannya lalu membalikkan badannya agar menatap lawan bicaranya. "Begini baru benar," gumamnya sambil tertawa kecil melihat kecanggungan di antara mereka berdua.

Siguiente capítulo