webnovel

Memulai Kembali

Beberapa hari sudah dilewati, setelah penjualan perhiasan Zen yang laku dengan harga hampir menyentuh 100 juta dollar Amerika. Zen langsung tersenyum setelah mendapatkan uang yang banyak dan beberapa dari rencananya untuk tinggal didunia ini dengan nyaman akan segera terwujud.

"Bukankah tempat ini bagus?" kata Zen yang sudah menggenggam tangan dari Tio.

"Sangat indah Master, terlebih lagi tempat ini menghadap langsung kesamudera yang luas. Tetapi setelah aku melihat pemandangan ini, aku mulai mengkhawatirkan keadaan yang lainnya" kata Tio.

"Aku juga" jawab Zen sambil memandangi pemandangan laut yang luas dari atas tebing yang saat ini dia pijak.

Memang Zen berusaha sekuat tenaga mencari cara untuk kembali, atau setidaknya memberikan kabar kepada para wanitanya yang saat ini dia tinggalkan sebelumnya. Semua hal telah dia coba namun hasilnya nihil, tetapi ada sesuatu yang belum dia coba dan dia akan melakukannya saat rencana awalnya untuk hidup didunia ini sudah berjalan.

Memang, atas main quest yang dia terima sebelumnya, mau tidak mau semua yang menyangkut tentang perpindahan dunia tidak bisa dilakukan. Bahkan untuk megirimkan pesan saja dia tidak bisa, karena sepenuhnya dia terisolasi pada dunia ini.

Zen tidak tahu tujuan Kakeknya melakukan ini, namun dia tahu Kakeknya tidak mungkin melakukan ini tanpa ada alasan yang jelas. Tetapi dia mulai sedikit tenang, karena penjelasan Irene pada malam sebelumnya saat dia tiba ditempat ini.

[Tenanglah Kak, penyesuain waktu dunia ini dengan dunia yang lain mulai diperlambat. Itu artinya waktu ditempat ini akan berjalan dengan cepat] kata Irene.

"Seberapa cepat Irene?" tanya Zen kemudian dengan raut sedihnya saat ini.

[Untuk itu, Irene tidak tahu Kak] jawab Irene.

Zen saat itu hanya mengkhawatirkan tentang keberadaannya yang tidak ada saat Asuna dan Aki akan melahirkan anaknya. Dia sangat takut saat dia kembali, anaknya tidak mengenalinya sebagai Ayahnya.

Terutama dia tidak tahu, seberapa cepat waktu didunia ini berjalan, karena dia takut bahwa kecepatannya hanya berbanding 1:2 saja. Sehingga membutuhkan waktu setahun bagi mereka yang berada disana.

"Lalu apa mahsutnya dengan skill Merge Word Irene? Apakah aku bisa menyatukan dunia yang lain?" tanya Zen.

[Untuk skill tersebut, merupakan skill yang bisa menyatukan dunia yang pernah Kakak kunjungi. Tetapi hanya sebatas pada dunia dengan satu frekuensi yang sama.] kata Irene.

"Apa mahsutmu Irene?" tanya Zen.

[Jadi begini Kak, Kakak tidak bisa menyatukan dunia 0 dengan 1.0, karena dipastikan akan berbeda. Dan juga beberapa kondisi dunia termasuk dunia ini dengan dunia Sword Art Online] kata Irene.

"Mengapa? Bukankah dunia Sword Art Online adalah dunia yang sama dengan dunia ini?" tanya Zen.

[Itu dikarenakan dunia Sword Art Online sudah beberapa tahun lebih maju dengan dunia ini, jadi Kakak harus menyesuaikan kondisi dunia ini terlebih dahulu agar bisa Kakak satukan] kata Irene.

"Cih... ternyata aku tidak mendapatkan skill yang berguna setelah terkurung didunia ini selama 2 tahun" kata Zen.

[Tenanglah Kak, Skill ini akan berguna dimasa depan. Terlebih lagi, dunia ini bisa Kakak satukan dengan dunia tempat Shizuku, Aiko dan Kaori berasal dan hanya merubah berbagai hal kecil saja untuk menyatukannya] kata Irene.

"Benarkah?" kata Zen.

Zen sempat sedikit lega dengan percakapannya dengan Irene. Namun dia masih sangat mengkhawatirkan semua wanitanya terutama para wanitanya akan berusaha keras mencarinya yang tiba – tiba saja menghilang.

"Ah iya Master, siang ini perusahan kita akan meluncurkan sebuah desain baju karya Tio-san" kata Froze yang membuyarkan lamunan Zen saat ini.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan gedung yang menjadi gedung perusahaan kita?" tanya Zen kepada Froze.

"Aku sudah menyelesaikan pembeliannya, dan Master hanya perlu merenofasinya saja" kata Froze.

Memang Zen sudah membeli sebuah gedung perusahaan yang bangkrut dan sebuah tanah pada sebuah tebing yang dia sedang pijak saat ini. Walaupun Zen membeli gedung perusahaan yang kecil, tetapi tanah dari gedung tersebut masih sangat luas sehingga Zen memutuskan membelinya.

"Baiklah, kalau begitu kita akan membangun perusahaan kita dan rumah kita nanti malam" kata Zen.

.

.

Tio sudah berdiri didepan para hadirin yang menjadi saksi atas penemuan yang langka saat ini. Bukan saja tamu undangan yang memenuhi tempat ini, bahkan beberapa wartawan dari berbagai tempat juga berada disini.

Tio mulai menjelaskan tentang sebuah rancangan baju yang sangat indah hasil rancangannya. Namun selain keindahan desain yang ditunjukan oleh pakaian tersebut, inovasi yang membuat beberapa dari mereka tidak mempercayainya juga diperkenalkan.

"Baiklah, saat ini saya akan menunjukan fungsi lain dari dari pakaian ini" kata Zen, yang saat ini bertugas sebagai orang yang menjadi penguji coba baju yang elegan yang sedang dia gunakan.

Suara tembakan menggema ditempat ini, namun apa yang membuat mereka terkejut bahwa keadaan Zen baik – baik saja saat ini. Para hadirin yang datang ketempat ini tentu saja tidak percaya, hingga Froze yang menggunakan gaunnya juga melakukan hal yang sama.

"Bagaimana?" kata Zen setelah sesi pengujian salah satu produk perusahaannya selesai.

Semua hadirin yang menghadiri acara ini mulai bertepuk tangan dengan apa yang disuguhkan didepan mereka. Mereka tidak menyangka baju yang sangat indah tersebut, merupakan sesuatu yang sangat hebat.

"Untuk penjualannya, Perusahaan Elite akan menjualnya sesuai pesanan dan untuk harga serta desainnya akan diumumkan saat perusahaan kami akan meluncurkan produknya" Kata Tio mengakhiri acara ini.

Zen akhirnya mulai turun dari panggung dimana sebelumnya dia menjadi orang yang menguji coba produknya, dan mulai menyapa beberapa orang yang berada disana. Namun tidak dengan Tio yang sudah dikerumuni beberapa orang.

Memang Zen menjadikan Tio sebagai CEO perusahaannya, karena dia tidak bisa mengurus perusahaannya diikuti dengan pembelajarannya pada sebuah sekolah yang akan sebentar lagi dimulai.

"Tak kusangka, perusahaan Elite dipimpin oleh Pelayanmu" kata seorang wanita dewasa yang mendekati Zen saat ini.

Zen hanya tersenyum mendengar suara yang akrab tersebut, karena wanita didepannya merupakan wanita yang selalu membantunya hingga dia bisa seperti ini. Wanita tersebut merupakan wanita yang sebelumnya membeli perhiasan yang dijual oleh Zen saat pertama kali tiba didunia ini.

"Dia bukan pelayanku Yukinoshita-san, dia sudah kuanggap sebagai keluargaku" kata Zen yang saat ini sudah menghampiri wanita tersebut.

"Sudah kubilang, kamu bisa memanggilku Bibi. Dan kudengar kamu akan memasuki SMA Soubu?" tanya wanita tersebut. Dia memang sangat mengagumi Zen saat ini, karena dia tidak menyangka pria yang dia anggap penipu dahulu, sekarang bisa dibilang seseorang yang lumayan sukses berkat kemampuannya sendiri.

"Kakekku memaksaku untuk melanjutkan pendidikanku saat ini Bibi, dan akhirnya aku memutuskan bersekolah disana." jawab Zen.

"Benarkah... walaupun kamu sudah sesukses ini?" tanya wanita itu kembali.

"Aku hanya mengikuti permintaan Kakekku, bibi" balas Zen. Memang Zen berkata seperti itu, untuk menyembunyikan kedoknya yang hanya megikuti sebuah main quest.

"Putriku juga bersekolah disana. Bahkan putri pertamaku juga lulusan dari sekolah itu." kata wanita tersebut kemudian.

"Benarkah? Kalau boleh tahu siapa namanya Bibi, agar nanti aku mungkin akan menyapanya saat bertemu dengannya" kata Zen yang sebenarnya sudah mengetahui siapa putri dari wanita yang berada didepannya.

"Yukinoshita Yukino"

Siguiente capítulo