webnovel

Mencoba Melawan

Sebuah kereta kuda yang membawa beberapa orang akhirnya tiba didepan sebuah istana yang sangat megah. Kereta kuda tersebut, membawa beberapa orang yang merupakan harapan dari penduduk yang meninggali kerajaan ini.

Namun anehnya, bukannya senang dengan sambutan yang mereka terima saat mereka tiba, saat ini para pahlawan tersebut seperti orang yang saat ini mempunyai banyak pemikiran. Tidak dipungkiri, bahwa kejadian sebelumnya membuat mereka masih terbawa hingga mereka tiba ditempat ini.

"Baiklah, lebih baik kalian istirahatlah." Kata Kapten Meld kepada semua pahlawan yang berada ditempat tersebut.

Disisi lain, seorang pria dan wanita muda beserta beberapa orang sedang menunggu kedatangan para pahlawan tersebut. Saat para pahlawan mendekat kearah mereka, akhirnya beberapa dari pahlawan mulai tersenyum, walaupun hanya para pria, karena melihat seorang kecantikan yang menantikan kepulangan mereka.

Namun Pria muda yang berada disamping kecantikan yang ditatap para pahlawan, saat ini sedang mencari seseorang. Namun nyatanya orang tersebut tidak kunjung muncul dihadapannya. Bahkan Kakaknya dan seseorang yang merupakan Aiko juga bingung, kemana perginya beberapa muridnya tersebut.

"Pahlawan Kouki, dimanakan Pahlawan Kaori, mengapa dia tidak bersama dengan kalian?" tanya pria muda tersebut, yang merupakan pangeran kerajaan ini.

Kouki yang mendengar hal tersebut tidak menjawab pertanyaan dari Pangeran tersebut, namun kembali merenung dan seakan – akan kemarahan didalam dirinya akan meluap saat ini. Namun karena tindakannya itu, beberapa orang disana mulai salah paham dengan tingkahnya saat ini.

Namun Aiko berusaha tenang dan mendekati seorang muridnya dan menanyakan tentang keadaan Kaori dan Shizuku, dan merasa sedikit tenang setelah mendengar kabar mereka berdua.

"Setidaknya mereka aman bersamanya" gumam Aiko pelan, namun gumamannya tersebut terdengar oleh orang disebelah pangeran, yaitu Putri Liliana.

Putri Liliana juga sedikit tenang, karena salah satu pahlawan yang sangat dekat dengannya, akhirnya tidak kembali ketempat ini. Karena entah mengapa perasaannya tidak enak dengan kondisi dari istana ini, setelah Ayahnya saat ini lebih religius dari biasanya.

Sementara disisi lain dari istana tersebut, beberapa orang sedang merapatkan sesuatu yang genting saat ini.

"Ini tidak bisa dibiarkan Yang Mulia, bagaimana ras yang menjijikan tersebut membuat sebuah organisasi. Takutnya mereka akan melakukan sesuatu pada kerajaan kita" kata seorang pria tua dengan jubah kebesarannya.

"Ya, memang ras yang tidak diakui oleh dewa tidak bisa kita biarkan menghancurkan kerajaan ini" kata seseorang yang sedang duduk disinggasananya saat ini.

Pria berjubah yang merupakan Ishtar tersebut hanya tersenyum setelah rencananya menghasut raja kerajaan ini berbuah hasil. Karena menurutnya jika kerajaan bertindak, maka organisasi tersebut akan mudah untuk disingkirkan saat ini.

Ditempat yang jauh dari istana kerajaan dimana para pria tua sedang mendiskusikan penghancuran dari kelompok yang dibentuk oleh Zen, saat ini seorang pria sedang menggunakan alat aneh dan berbicara melalui alat tersebut.

"Oke, aku akan menteleportkan dirimu kekamarku sebentar lagi" kata pria tersebut mengakhiri percakapannya dengan orang yang dihubungi olehnya, melalui benda aneh yang dia gunakan tersebut.

"Bagiamana Zen-san, apakah rekanmu akan membantu kami?" tanya seorang paru baya yang merupakan Duke yang memimpin wilayah ini, yang bernama Lanzwi Feuward Zengen atau Ayah dari Bize.

"Tenanglah, dia akan datang sebentar lagi. Dan bisakah aku mendapatkan sebuah ruangan, karena sihir yang kugunakan sangat menguras tenagaku saat ini" kata Zen berbohong.

"Biarkan anakku yang mengantarkan anda Zen-san" kata pria paru baya tersebut.

Akhirnya Zen diantarkan menuju kesebuah kamar yang lumayan mewah dari kediaman pemimpin wilayah ini. Setelah Zen dipersilahkan istirahat oleh orang yang mengantarkannya, Zen lalu memasuki kamarnya dan tidak lupa menguncinya saat ini.

Zen yang sudah tiba didalam kamarnya, tanpa pikir panjang langsung menteleportkan Aki dari Alaska menuju kamarnya saat ini. Aki yang tiba diruangan ini, melihat sejenak kondisi tempat dia berada saat ini, lalu tersenyum kepada Zen.

"Bisa jelaskan kembali mengapa kamu memanggilku Zen?" kata Aki.

Zen lalu mempersilahkan Aki duduk pada tempat tidurnya dan mulai menceritakan permasalah Ankaji saat ini. Sebenarnya Zen bisa saja menyembuhkan semua penduduk dikota ini, namun demi kepentingan kelompok yang dia buat, terpaksa dia meminta bantuan dari Aki.

Tujuannya sederhana, agar beberapa penduduk dapat melihat kelompok Elite mempunyai banyak anggota yang sangat hebat, agar tidak terlihat hanya beberapa orang saja yang sangat kuat didalam kelompok Elite ciptaannya.

Aki hanya mengangguk mendengar semua perkataan Zen tersebut seakan sudah mengerti dengan apa yang dikatakannya sebelumnya. Akhirnya setelah Zen mengatakan rencananya, Aki mulai menanyakan beberapa hal, hingga mereka mengobrol ringan saat ini.

Memang, dapat menikmati waktu bersama Zen berdua saja sangat susah. Aki yang saat ini sedang bercanda gurau dengan Zen, tiba – tiba saja tatapan mereka saling bertemu. Selang beberapa lama saling menatap, akhirnya wajah mereka semakin mendekat hingga bibir mereka sudah menyatu.

Ciuman mereka berakhir dengan lumatan nafsu. Zen dengan perlahan sudah melepaskan bajunya dan melepaskan baju wanita cantik didepannya. Zen yang sudah melihat Aki sepenuhnya telanjang langsung mendorong wanita tersebut berbaring pada tempat tidur yang mereka duduki sebelumnya dan memulai aksinya.

.

.

Keesokan harinya Aki yang sudah menggunakan jubah Elite, sudah berada disebuah aula untuk menyembuhkan beberapa orang ditempat kota ini. Banyak warga yang berbondong – bondong datang untuk disembuhkan oleh Aki.

Sedangkan disisi lain, Zen saat ini sedang berjalan diatas mata air kota Ankaji ini. pertunjukannya berdiri diatas air ini, membuat beberapa orang takjub. Setelah dia sudah berada ditengah mata air ini, Zen lalu mengeluarkan sharingannya untuk mendeteksi monster didalamnya.

Monster tersebut langsung keluar kepermukaan dengan tentakelnya yang menyeruak telebih dahulu. Berkat pengaruh sharingan dari Zen, Zen dengan cepat menghindari semua tentakel dari monster tersebut dan menendang monster yang muncul itu untuk keluar dari mata air tersebut.

Dampak tendakan Zen, membuat monster tersebut terpental kesebuah lapangan tandus. Zen dengan perlahan berjalan santai menuju kemonster tersebut dengan membawa katananya, dan langsung membunuh monster tersebut setelah tiba didekatnya.

"Baiklah, sekarang tinggal menyelesaikan sebuah labirin dan memurnikan mata air ini" kata Zen setelah menyerap semua status monster tersebut.

Namun sebelum itu, Zen ingin mengabari dirinya kepada wanitanya yang berada dikota Horaud. Namun saat Zen hendak mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi wanitanya, Irene mulai menyela kegiatannya tersebut.

[Bagaiamana jika Kakak menyambungkan Spatial Magic Kakak dengan tanda yang dimiliki oleh semua wanita Kakak] kata Irene.

"Apa mahsutmu Irene?" kata Zen.

[Mahsut Irene, bagaimana jika Kakak menggunakan spatial magic Kakak untuk bisa teleport langsung dengan lambang mereka menjadi tanda, agar Kakak bisa langsung teleport menuju tempat mereka] kata Irene.

"Jadi aku bisa langsung berteleport kewanitaku berada?" kata Zen.

[Yap, tetapi Kakak harus mempelajarinya terlebih dahulu] Kata Irene. Mendengar hal tersebut, Zen hanya tersenyum dan akhirnya beranjak dari tempat tersebut.

Zen mulai beranjak dari sana dan mencoba untuk membantu Aki agar urusannya dikota ini cepat selesai dan mempelajari spatial magic. Setelah sampai ditempat Aki, memang banyak penduduk sudah berkumpul disana untuk disembuhkan.

Akhirnya dengan dua orang yang melakukan penyembuhan seluruh warga Ankaji, pekerjaan itu akhirnya bisa menyembuhkan setengah warga Ankaji saat ini, yang mengalami gejala yang sudah lumayan parah.

"Hah... akhirnya selesai juga" kata Zen.

"Zen, sepertinya aku harus kembali ke Alaska sekarang juga. Karena Asuna sedang sakit"

Siguiente capítulo