webnovel

Labirin Yang Sangat Mudah

Sekarang mobil Zen sudah dirubah menjadi tempat untuk bermalam yang nyaman. Zen memang mendisain interior mobilnya agar bisa dijadikan tempat bermalam, dengan cara mengubah tempat duduk pada mobilnya menjadi tempat tidur.

"Jadi ini alasan kita tidak menginap dikota tadi" kata Yue.

"Bukankah ini lebih nyaman?" tanya Zen.

Yue sendiri tidak menjawab perkataan Zen itu, karena dia merasa risih dengan wanita disebelahnya yang saat ini berguling bolak – balik kecil ditempat itu, karena merasakan sangat nyaman saat ini.

"Sudah lama aku tidak tidur pada tempat tidur yang nyaman" kata Shea.

Padahal sebelumnya Shea merasa sedih, karena dia menganggap bahwa dia tidak akan diajak oleh Zen dan Yue. Namun saat Zen berhenti lalu mengajaknya, Shea langsung merasa sangat bahagia.

Setelah mereka keluar dari hutan, dimana Zen menyuruh semua manusia kelinci yang dilatihnya untuk tinggal, Zen lalu kembali mengeluarkan mobilnya dan menuju kearah tujuannya, yaitu Labirin Reisen.

Mereka sempat melewati sebuah kota, Namun mereka tidak berhenti dikota itu, dan lebih memilih melewatinya. Yue sempat bingung dengan tindakan Zen itu dikarenakan hari yang sudah mulai gelap. Namun saat Zen mengubah mobilnya menjadi tempat bermalam, akhirnya dia mengerti mengapa Zen melanjutkan perjalanannya.

Sekarang posisi tidur mereka yaitu Yue berada ditengah, Zen disebelah kiri dan Shea disebelah kanan Yue.

"Padahal aku ingin tidur disebelah Zen-san" rengek Shea yang tidak terima Yue menghalanginya.

"Sudah tidurlah, atau aku akan menendangmu keluar" kata Yue yang mendengar rengekan dari Shea tersebut.

Mereka terus berdebat, hingga akhirnya mereka kelelahan sendiri dan akhirnya memutuskan untuk tidur. Tidak seperti Shea yang tidur terlentang dengan gaya bar - barnya, Yue saat ini tidur sambil memeluk tangan dari Zen.

Zen sendiri saat ini memilih untuk memikirkan rencananya, karena setelah selesai menyelesaikan labirin Reisen, beberapa rencananya akan dimulai.

"Shea sudah mendapatkan tandaku, berarti aku bisa kembali ke Alaska setelah menyelesaikan labirin itu" kata Zen didalam benaknya.

Shea memang sudah mendapatkan tanda awal dari Zen. Sangat mudah mengetahuinya, karena pakaian Shea yang sangat terbuka saat ini. Zen sempat ingin memberikan dia sebuah pakaian, namun dia bersikeras menggunakan pakaian terbukanya itu.

Akhirnya, setelah memikirkan dengan matang rencananya, Zen ikut terlelap bersama Yue dan Shea yang saat ini sudah masuk kedalam mimpi indah mereka masing – masing.

.

.

Akhirnya mereka bertiga sampai dipintu masuk Labirin Reisen saat ini. Namun tulisan pada pintu masuk itu dan suara yang keluar dari sana membuat Yue dan Shea sedikit terperangah, karena tulisan dan suara itu terdengar dengan nada yang imut yang menyebalkan.

"Mari kita masuk" kata Zen.

Namun saat baru masuk labirin tersebut, jebakan langsung mengarah kepada mereka. Jebakan itu merupakan jebakan tongkat besi tajam, yang melesat kearah mereka. Zen dengan sigap membuat pelindung dan menghalangi jebakan itu.

"Ingat, berhati – hatilah. Labirin ini penuh dengan jebakan, dan satu lagi tahan emosi kalian" kata Zen.

Labirin itu mempunyai beberapa pintu masuk, namun Zen sengaja memilihnya acak, karena dia lupa yang mana jalan yang benar saat ini. Zen saat ini hanya mengikuti arahan dari Irene saat ini.

Mereka terus memasuki labirin itu dengan santai, sambil melewati beberapa jebakan dari pembuat labirin ini. Jebakan pada labirin ini sangatlah banyak, namun karena Zen masih tetap tenang melewatinya, jebakan – jebakan itu dilewatinya dengan mudah saat ini.

Sedangkan Miledi selaku pembuat labirin ini mencoba terus meneriakan kata – kata penghinaan dan menggangu konsentrasi kelompok Zen. Namun saat ini hanya Shea yang termakan kata – kata tersebut, sedangkan Yue mulai bisa menahan amarahnya berkat Zen.

"Pria itu sepertinya tidak terpengaruh" kata Miledi yang masih mengawasi kelompok Zen tersebut.

Sudah beberapa hari mereka memasuki labirin tersebut, namun Shea mulai kelelahan fisik dan mental, sedangkan Zen dan Yue masih seperti biasa saat ini. Memang Zen sudah mengingatkan Shea untuk tidak termakan perkataan Miledi, namun Shea tidak bisa menahan ejekan yang diberikan kepadanya terus menerus.

Dan akhirnya disinilah mereka, disebuah aula besar dimana jalan terakhir dari labirin ini. Dikejauhan bisa dilihat pintu besar pada ujung aula besar ini. Namun Zen mengetahui, ada sebuah segel yang menghalangi pintu itu untuk terbuka.

"Oke, mari kita berbagi tugas. Sebentar lagi kita akan terkepung disini, jadi Yue bertugas untuk memecahkan segel pintu yang disana, lalu aku dan Shea akan menghadapi monster golem berarmor yang akan datang sebentar lagi" kata Zen.

"Baiklah" kata kedua wanita yang bersamanya.

Akhirnya mereka menerjang menuju pintu besar diujung aula tersebut, namun beberapa monster golem mulai menghalangi tindakan mereka.

"Shea!" teriak Zen.

Shea lalu menggunakan palunya dan menggunakan rune gravitasi pada palunya dan menancapkan ditanah dan membuat lantai tempat itu hancur dan menghancurkan beberapa golem. Aula itu porak poranda, namun anehnya tempat itu kembali seperti semula.

Bahkan golem yang berhasil dihancurkan, kembali utuh saat ini. Melihat itu Zen dengan cepat menebas satu persatu golem itu dan membuat jalan untuk Yue menuju keara pintu tersebut. Akhirnya mereka bertiga berada didepan pintu besar itu sambil bersiap untuk melaksanakan tugas mereka masing - masing.

Yue lalu mencoba menghancurkan segel pintu itu sedangkan Shea dan Zen menghalangi golem yang terus datang kearah mereka saat ini.

"Anggaplah ini latihan Shea" teriak Zen.

"Baiklah" kata Zhea yang terus menggunakan palunya untuk menghancurkan satu persatu golem yang berada disini.

Zen dan Shea terus membantai golem – golem disini, namun mereka terus kembali seperti semula. Selang beberapa lama kemudian, akhirnya Yue berhasil menyelesaikan membuka segel pintu tersebut.

"Shea!" teriak Zen.

Lalu Shea sekali lagi menggunakan palunya, lalu memukul pintu besar tersebut dan akhirnya terbuka sepenuhnya, lalu mereka mulai masuk kedalam ruangan dibaliknya. Pintu itu langsung tertutup, dan mereka saat ini sedang berada didataran yang mengapung.

"Akhirnya sebentar lagi kita akan melawan boss labirin ini" kata Zen.

"Fufufufufu.... akhirnya orang – orang lemah berhasil sampai disini" kata sebuah suara yang berasal dari sebuah golem besar berarmor berbentuk seperti robot yang besar yang berada didepan mereka yang merupakan suara Miledi.

"Kamu...!!!" teriak Shea yang saat ini terlihat sangat emosi mendengar suara yang berasal dari golem tersebut.

Shea lalu meraih palunya dan tanpa pikir panjang tanpa menggunakan runenya dan menyerang robot tersebut.

"Kita tidak akan membantunya Zen?" tanya Yue yang tindakannya dihalangi oleh Zen.

"Biarkan Shea melampiaskan emosinya" kata Zen.

"Hahahahahaha... kamu mencoba melawanku sendir-" kata Miledi, namun terpotong.

"HYAAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriak Shea sambil menggunakan palunya menyerang robot tersebut.

Serangan palu Shea mampu ditahan oleh tubuh golem besar Miledi dengan santai. Namun, tiba – tiba saja sebuah Rune langsung bersinar pada palu tersebut, dan membuat tubuh robot Miledi sedikit terperosok kebawah.

"Apa?! mengapa ini mengapa sangat berat!! Tunggu! M-Mengapa kamu bisa menggunakan skill gravitasi?" teriak Miledi.

Perlahan – lahan robot itu mulai retak sedikit demi sedikit, karena tidak mampu menahan berat dari palu yang digunakan Shea yang sudah dienchant menggunakan sihir gravitasi oleh Zen. Lalu Shea kembali mengaktifkan rune apinya, yang termasuk dalam skill yang sudah ditambahkan Zen dalam Palunya.

"TIDAKKKKKKKKKK"

Siguiente capítulo