webnovel

Alien?

Mereka semua mendengarkan penjelasan Aki, tentang Zen yang meminta bantuannya mengambil darah Zen dahulu. Mereka mendengar dengan serius dan akhirnya menatap Zen dan menunggu penjelasannya saat ini.

"Yap, aku mengambil darahku untuk menciptakan tubuh Yui" kata Zen. Sedangkan Yui yang berada dipangkuannya hanya memberikan senyuman manisnya kepada semua wanita yang menatap Zen.

"J-Jadi apakah kamu seorang Alien Zen?" tanya Silica setelah mencerna perkataan mereka sebelumnya.

"Alien? Tentu saja bukan, aku manusia sama seperti kalian. Perbedaannya aku bukan berasal dari dunia ini" kata Zen.

"A-Apa mahsutmu Zen?" tanya Suguha kemudian.

"Baiklah, seperti kataku tadi, aku mempunyai kemampuan untuk berpindah dunia dan mungkin beberapa kemampuan lainnya." Kata Zen, Sambil menunjukan skill anginnya dan menghembuskan kepada mereka.

Mereka semua masih tertegun dengan apa yang didengar dan dialami oleh mereka saat ini. Mereka masih bingung, apakah apa yang dikatakan Zen benar, atau mereka hanya ditipu olehnya.

"L-Lalu Zen, dari mana asalmu?" tanya Asuna.

Zen yang mendengar ini hanya tersenyum kepada mereka semua. Zen lalu menyuruh mereka berpegangan tangan satu sama lainnya. Para wanita yang berada disitu bingung dengan perkataan Zen, namun mereka tetap melakukan apapun yang dia katakan tadi.

Zen lalu meraih tangan Asuna yang berada didekatnya lalu menteleportkan diri mereka semua menuju domainnya Alaska saat ini.

Sesampainya di Alaska, semua wanita yang dibawa oleh Zen sempat merasakan aneh pada tubuh mereka. Namun ini adalah hal yang biasa, karena pertama kalinya mereka mengalami perpindahan ruang.

Namun setelah tenang, mereka melihat pemandangan tempat yang mereka berada sekarang dengan sangat takjub, sambil mengambil langkah maju beberapa langkah kedepan. Bisa dilihat pegunungan, sungai, danau, air terjun, hutan, taman bunga dan sebagainya yang membuat tempat ini sangat indah.

"Inilah tempat asalku" kata Zen.

"Sangat indah Zen" kata Asuna yang tangannya masih digenggaman Zen.

Namun salah satu wanita langsung tersadar dari kekagumannya tersebut dan menatap Zen dalam, yang saat ini berada dibelakangnya.

"Apakah kamu tinggal sendirian disini Zen?" tanya Sinon.

"Bisa dibilang seperti itu. Bisa dibilang masa laluku, aku hanyalah orang yang sendirian tanpa teman, sahabat maupun orang yang spesial untuku." Kata Zen yang mengenang masa lalunya.

Mendengar itu para wanita Zen tertegun, mereka beranggapan Zen selama ini tinggal disini sendirian melewati kesepiannya ditempat ini, walaupun dunia ini sangatlah indah. Melihat ekspresi mereka semua yang seakan prihatin dengan Zen, Zen hanya tersenyum kepada mereka semua.

"Tetapi bukankah aku bersama dengan kalian semua saat ini?" kata Zen tersenyum.

Mendengar itu, mereka semua hanya terharu dengan perkataan Zen tersebut, mereka mulai berkumpul dengan Zen sebagai pusatnya dan memeluknya bersama seakan menguatkan perasaan mereka kepadanya saat ini.

"Baiklah, bagaimana kalau kita kerumahku?" kata Zen dan dibalas anggukan oleh mereka semua.

Mereka berjalan perlahan menuju sebuah rumah kayu yang besar. Rumah ini menyerupai seperti rumah Zen dan beberapa wanitanya yang berada didalam game, yang dahulu mereka mainkan sebelumnya, walaupun tidak mirip karena ukurannya.

"Bagaimana? Ini akan menjadi tempat tinggal kita saat ini" kata Zen.

Mereka semua mulai memasuki kedalam rumah tersebut, dan memasuki ruangan yang luas yang ternyata masih kosong karena tidak memiliki perabotan didalamnya. Mereka mulai mengelilingi rumah ini yang mempunyai sekitar 10 kamar dengan berbagai fungsi dan sama seperti ruang sebelumnya, semua tempat masih kosong.

"Mengapa rumah ini tidak mempunyai perabotan Zen?" tanya Asuna.

"Aku akan menyerahkan dekorasi kepada para wanitaku" kata Zen sambil tersenyum.

Rumah ini juga dilengkapi dengan listrik yang berasal dari berbagai pembangkit listrik yang Zen buat sebelumnya. Bisa dilihat Zen membuat kincir angin yang diletakan disebuah halaman didekat rumah itu dan pembangkit listrik dari air terjun yang berada didekat rumahnya, dan membuat sonar panel berada diatas rumahnya saat ini.

"Lalu bagaimana cara kita membawa perabotan dari dunia kita kesini?" tanya Lisbeth.

"Baiklah, pertama aku akan mengajarkan kalian bagaimana cara kedunia ini saat ini." Kata Zen.

Mereka semua akhirnya mulai serius mendengarkan perkataan Zen itu, dan mendekat kearahnya saat ini.

"Pertama, apakah kalian mengingat tanda yang berada pada punggung kalian?" tanya Zen. Dan dijawab anggukan oleh semua wanita disana.

Lalu Zen menyuruh mereka semua duduk sambil bersila, dan mengajarkan mengalirkan mana sederhana menuju kearah tandanya, yang dapat membantu mereka berindah tempat untuk keluar masuk tempat ini.

Mereka masih fokus, dan mempraktekan apa yang dikatakan Zen sebelumnya. Zen lalu dengan sabar duduk dan menunggu mereka karena waktu mereka mempelajarinya, akan memakan waktu yang lumayan lama.

Namun tiba – tiba ponselnya berbunyi. Memang, Zen baru menghubungkan sinyal kedalam domainnya, walaupun dengan cara yang sangat berbeda berkat bantuan dari Irene. Mendapatkan pesan tersebut, Zen memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Yui, bisakah Papa titipkan semua Mamamu padamu, Papa akan pergi keluar sejenak. Kalau ada yang berhasil, kamu ajarkan cara selanjutnya Oke?" kata Zen.

"Papa akan pergi kemana?" tanya Yui.

Lalu Zen membisiskan sesuatu ke Yui dan membuat anak perempuan itu hanya tersenyum senang dengan apa yang dibisikan oleh Papanya itu.

"Baiklah, Yui akan menjalankan tugas dari Papa" kata Yui.

Para wanita yang masih melatih aliran mana, sempat mendengar bahwa Zen akan pergi, namun mereka terus dituntut fokus agar dapat secepatnya menguasai tehnik tersebut. Zen perlahan – lahan mencium kening mereka satu persatu dan akan meninggalkan tempat tersebut.

Walaupun mereka merasa senang, namun mereka terus berusaha untuk tetap fokus, terutama Yuna yang sangat bahagia, karena pertama kalinya Zen mengecup dahinya. Zen lalu bersiap pergi dan tidak lupa mencium pipi putrinya dan akhirnya meninggalkan tempat tersebut.

Zen akhirnya tiba kembali kedalam apartemannya dan duduk disofa pada ruang keluarganya, sambil menunggu seseorang yang menghubunginya tadi. Tidak berselang lama, sebuah bel menandakan bahwa seseorang sedang datang dan berada didepan pintu apartemennya.

Zen lalu berjalan kearah pintu apartemennya dan membukakan pintu tersebut. Dibaliknya, bisa dilihat seorang wanita dengan pakaian kasualnya sedang menatap Zen, setelah dia membukakan pintu apartemennya.

"Masuklah Rinko-san" kata Zen dan membiarkan wanita itu memasuki apartemennya saat ini.

Rinko sempat terkaget, karena apartemen itu sangat sepi, tidak seperti apa yang dia dengar sebelumnya oleh beberapa orang yang mengawasi Zen, yang berkata beberapa orang wanita berada didalam apartemennya, termasuk Aki yang mereka curigai juga.

"Kamu mau minum apa Rinko-san?" tanya Zen setelah membiarkan wanita itu duduk diruang keluarganya.

"Tidak perlu Zen" kata Rinko, namun Zen menghiraukan perkataannya dan menuju kearah dapur dan membuat sebuah minuman.

Setelah beberapa lama kemudian, Zen datang dan membawakan dua buah cangkir kopi dan menghidangkannya pada wanita itu.

"Jadi, apa yang kamu butuhkan Rinko-san?" tanya Zen.

Rinko mulai meminum kopinya sejenak lalu menaruh kembali keatas meja dan menatap Zen dengan serius.

"Aku ingin ikut serta dalam projekmu Zen"

Siguiente capítulo