Tak... Tak... Tak...
Begitulah suara yang terdengar dari seorang yang saat ini terbaring, dan sedang diseret oleh dua orang anak kecil. Orang tersebut yang merupakan Zen, saat ini terbaring dengan mata yang tertutup sambil menikmati sensasi kepalanya terbentur pada ujung tangga satu persatu, saat dirinya diseret menaiki tangga.
Setelah berhasil mengalahkan ksatria integritas yang menggunakan panah dengan mudah, Zen hendak membunuhnya, namun dia memutuskan menyadarkan orang tersebut, dari pencucian otak yang selama ini dia alami sebagai antisipasi jika rencananya gagal.
Lalu Zen mulai melanjutkan menaiki gereja ini, namun dia dihadang oleh kedua anak kecil imut. Zen sebenarnya ingin mengalahkan mereka berdua dan membokar kedok mereka saat hendak mendekati Zen.
Namun karena dia merasa kasihan, dia mengikuti alur cerita tersebut dan membiarkan dirinya diseret menuju keatas.
Tibalah mereka disebuah ruangan dan kedua anak perempuan itu lalu melemparkan Zen kedalam ruangan tersebut. Bisa terlihat beberapa ksatria berada diruangan itu. Kedua anak kecil itu mulai membanggakan diri mereka dan akhirnya beranjak menuju kedepan.
Saat mereka melewati Zen, Zen lalu bangkit dan mengambil dager pelumpuh mereka dan menyayat ringan mereka, hingga mereka tersungkur karena tidak bisa menggerakan semua anggota tubuh mereka.
"Jadilah anak yang baik oke, diam disini" kata Zen sambil menjongkok dan mengusap kepala kedua anak perempuan tersebut.
"Ah.. aku jadi kangen dengan Yui" kata Zen didalam hatinya yang masih mengusap kepala kedua gadis tersebut.
Namun ksatria yang sedari tadi diam, akhirnya berlari mencoba menyerang Zen, menyisakan seorang yang masih berdiri tegak dengan pedangnya menyaksikan anak buahnya bertarung.
"Ah.. sepertinya aku harus pergi" kata Zen melepaskan usapannya dari kedua anak kecil tersebut.
Kedua anak kecil tersebut merasa sedikit kehilangan saat Zen melepaskan tangannya dari kepala mereka. Mereka saat ini merasa sesuatu yang membuat mereka nyaman telah hilang.
Zen lalu mengeluarkan kedua pedangnya dan mulai menerjang kearah depan dimana beberapa ksatria juga menerjang kearahnya. Pertarungan itu sangat mudah bagi Zen, dia berhasil melumpuhkan keempat ksatria yang menyerangnya itu.
Saat ini dengan kedua pedang ditangannya, Zen mulai berjalan perlahan kearah menuju ksatria yang sedari tadi diam berdiri memperhatikan pertarungannya.
"Ternyata kamu lumayan hebat" kata Ksatria tersebut.
Zen tidak menghiraukan perkataannya dan langsung melesat maju kearah ksatria tersebut. Serangan pedang pertama Zen berhasil ditangkis oleh ksatria tersebut, namun pedang Zen yang kedua langsung menyerangnya dan membuat ksatria tersebut kewalahan dan menghindar.
Zen tidak tinggal diam dan terus menyerang, namun ksatria tersebut mengeluarkan skill cahayanya dan menembak tepat kearah Zen. Zen lalu menancapkan pedang birunya dan membentuk Es dan menghalang serangan tersebut.
Ksatria tersebut terus menembakan skill cahayanya kearah Zen yang masih berada dibalik Es yang melindunginya. Namun tiba – tiba saja, ksatria itu merasakan seorang berada dibelakangnya. Dengan sigap dia menghindar, namun serangan pedang Zen berhasil mengenai armor helm dari ksatria tersebut dan menyebabkan terpecah.
Bisa terlihat seorang wanita berambut ungu gelap terlihat setelah helmnya terpecah.
"Seperti biasa, setelah orang mengetahui bahwa aku wan-" kata ksatria itu terpotong karena Zen mulai menyerangnya kembali.
Zen sudah mengaktifkan elemen kegelalapan dari pedang hitamnya dan langsung menyerang kearah ksatria tersebut. Melihat itu, ksatria wanita tersebut mengeluarkan elemen cahayanya dan membalas serangan kegelapan.
Namun sialnya, serangan cahaya dari ksatria wanita tersebut tidak mampu menahan serangan Zen dan menyebabkan dia terpental kebelakang dan membentur tembok dibelakangnya. Bisa terlihat darah keluar dari mulutnya akibat serangan tersebut.
Serangan cahaya dari ksatria wanita tersebut, tidak hanya berdampak besar kepada musuh namun terhadap dirinya sendiri. Zen lalu berjalan perlahan kearah ksatria wanita tersebut yang saat ini terlihat sangat mengenaskan.
Zen lalu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan meminumkan kepada wanita tersebut. Bisa terlihat luka – luka dari wanita tersebut mulai sembuh namun belum tersadar. Zen lalu meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan perjalanannya.
Namun tiba – tiba saja tubuh ksatria itu menghilang dari tempat tersebut setelah Zen meninggalkannya. Zen terus berjalan hingga sampai diujung tempat ini, dan terlihat sesuatu turun menuju kearahnya. Zen menatap benda itu dengan santai dan menaiki benda tersebut setelah dia sampai ditempatnya.
"Bawakan aku keatas" kata Zen dan tidak menghiraukan wanita yang turun dengan benda tersebut.
Zen akhirnya dibawa naik dengan benda tersebut dan akhirnya tiba disebuah ruangan baru dan ada pintu besar didepannya.
"Terima kasih" kata Zen lalu beranjak dari tempat tersebut, lalu menuju kearah pintu dan mulai membuka pintu tersebut, yang membawanya kesebuah tempat seperti taman yang sangat indah.
Zen lalu berjalan perlahan menuju kepusat tempat ini, hingga dia bisa melihat seorang wanita yang membawanya ketempat ini sedang menikmati waktunya berada dibawah pohon yang menjadi pusat tempat ini.
Zen terus berjalan mendekat kearah Alice. Alice sebenarnya sudah mendeteksi kedatangan Zen, namun dia mebiarkannya mendekat. Setelah sudah lumayan dekat, Alice akhirnya mulai berdiri dari tempatnya.
"Akhirnya kamu sampai diatas sini, lalu dimanakah sahabatmu itu?" kata Alice.
"Bisa dibilang dia sudah tenang diatas sana" kata Zen.
"Kalau begitu, aku turut berduka cita atas temamu itu, namun aku tidak mengira kamu bisa sampai disini setelah keluar dari penjara tersebut" kata Alice.
"Ya.. bisa dibilang aku kesini untuk menepati janjiku kepada seseorang untuk menemukan Kakaknya" kata Zen.
"Kakak? Maaf tetapi sebagian besar orang yang berada disini merupakan utusan dari Dewi Stacia, jadi kuragukan bahwa kamu bisa menemukannya" kata Alice sambil membentangkan tangannya dan mengubah pohon disebelahnya menjadi pedang.
"Benarkah? Namun mengapa aku bisa melihat orang tersebut?" kata Zen.
Alice yang mendengar ini menghentikan tindakannya yang saat ini sedang mencabut pedangnya dari sarung yang menutupinya.
"Apa mahsutmu?" tanya Alice.
"Orang yang kumahsut adalah dirimu Alice" kata Zen.
Mendengar ini mata Alice melebar, lalu mengeluarkan sepenuhnya pedangnya dan langsung menerjang kearah Zen dengan penuh amarah.
"Hentikan omong kosongmu, dari mulutmu yang menjijikan itu penjahat" kata Alice, yang saat ini serangannya berhasil ditahan oleh Zen menggunakan pedangnya.
Alice lalu mengubah pedangnya menjadi bunga api keemasan dan mulai menyerang Zen. Zen sendiri meraih pedang birunya dan kembali menancapkan dan menciptakan dinding Es menahan serangan tersebut.
Alice tidak tinggal diam, dia langsung melesat kearah Zen dan menebas kembali dengan bunga api keemasannya, Zen mulai menghindarinya dan maju mendekat kearah Alice. Tebasannya saat ini akan menebas Alice, namun Alice mengubah pedangnya kembali menjadi bentuk pedang dan menahan serangan Zen.
"Lalu apakah kamu ingin mengetahui tentang Selka?"