webnovel

Sebelum Akhir

"Kita akan kemana Papa?" tanya Yui dan hanya dibalas dengan senyuman oleh Zen.

"Apakah kalian ingin mengatakan sesuatu kepada Yui?" tanya Zen kepada ketiga wanita itu.

Namun mereka bertiga hanya terdiam dan mulai berdiri dari bangku mereka dan mulai memeluk Yui satu persatu.

"Mama?" tanya Yui yang bingung akan sikap mereka.

"Yui, apapun yang terjadi kami akan selalu mencintaimu" kata Asuna.

Air mata mulai jatuh dari ketiga wanita itu, ketiga wanita itu ingin mengucapkan sesuatu tetapi mereka tidak bisa. Yui sendiri semakin bingung dengan apa yang dilihatnya.

"Baiklah Yui, kita akan kekamarmu" kata Zen.

Lalu Zen mulai memegang tangan Yui dan mulai membimbingnya menuju kamarnya. Zen sebenarnya ingin ketiga wanita itu melihat proses ini, namun Irene melarangnya, karena semua hal tentang sistem belum saatnya Zen memberitahukan kepada mereka.

Akhirnya Zen dan Yui sudah berada didalam kamar Yui dan Zen mendudukannya dikasur.

"Papa, apa yang sedang terjadi?�� kata Yui yang masih bingung akan perilaku papa mamanya.

"Yui, apakah kau tahu apa yang akan terjadi kepadamu jika Papa menyelesaikan game ini?" tanya Zen.

Yui hanya mengngguk mendengar pertanyaan Zen karena dia tahu betul apa yang akan terjadi.

"Lalu bagaimana jika Papa akan menyelesaikan game ini besok" kata Zen selanjutnya.

Mendengar ini Yui hanya tersentak.

"P-Papa akan menyelesaikan game ini besok?" tanyanya. Namun Zen hanya tersenyum kepada Yui seakan mengkonfirmasi perkataannya tadi.

"N-Namun j-jika, j-jika be-begitu" kata Yui yang sudah mulai menangis.

"Tenanglah Yui, Papa sudah mempunyai rencana agar keberadaanmu tidak hilang." Kata Zen.

Mendengar ini Yui hanya menatap Zen dengan air mata yang masih jatuh dari matanya.

"Jadi yang Yui lakukan selanjutnya hanya menunggu." Kata Zen selanjutnya.

"L-Lalu apa yang Yui harus lakukan selanjutnya?" kata Yui yang mulai tenang.

"Papa akan mengubahmu menjadi Objek di game ini" kata Zen.

Mendengar ini, Yui sangat bingung dengan perkataan Zen itu. Menurutnya jika dia diubah menjadi objek tetap tidak menjelaskan bagaimana Zen akan membiarkan keberadaannya tidak hilang. Dan juga Zen hanya seorang player digame ini, bagaimana bisa Papanya tersebut berbuat seperti itu.

"Tapi Papa, bagaimana caramu melakukannya?" tanya Yui.

"Papa mempunyai rencana, sekarang Yui cobalah tutup matamu" kata Zen.

Lalu setelah Yui menutup matanya Zen lalu menaruh tangannya diatas kepala Yui.

"Irene" kata Zen

[Siap Kak] jawabnya.

Lalu proses pengubahan tersebut akhirnya dimulai. Yui yang saat ini menutup matanya sangat terkejut bahwa sistem game ini sedang mengubah dirinya. Sekarang tubuh Yui sudah mulai bersinar menerang. Bahkan cahayanya muncul dari sela – sela pintu kamarnya saat ini.

Ketiga wanita yang melihat cahaya keluar dari pintu kamar Yui, sekarang mulai menangis, menangisi bidadari kecil mereka yang akan meninggalkan mereka.

"Papa apa yang kau lakukan? Bagaimana caramu melakukan ini?" tanya Yui yang saat ini akan menghilang dengan air mata yang sangat deras mengalir dari matanya.

"Itu adalah sulap. Lain kali jika kita bertemu lagi, Papa akan menunjukan caranya kepadamu" kata Zen yang melihat Yui akan berubah.

"Tapi... tapi..." kata Yui.

"Percayalah kepada Papa, oke" kata Zen.

Yui yang mendengar ini hanya mengangguk dan mulai berubah bentuk seperti sebuah air mata yang dipadatkan yang sekarang berada ditangan Zen.

"Terima kasih Irene" kata Zen dengan air mata yang jatuh dari kedua matanya.

[Tenanglah Kak, bagaimana jika Irene bilang bahwa Kakak bisa menghidupkannya kembali didunia nyata] kata Irene.

"Bagaiamana caranya Irene?" kata Zen yang mulai mendengar perkataan Irene tersebut.

[Pastikan level skill creation Kakak menjadi level 10, baru kita akan membicarakan ini selanjutnya] kata Irene selanjutnya.

.

.

Malam haripun semakin larut, semua anggota kelompok Zen saat ini berada di ruang keluarga. Semuanya saat ini duduk dengan tenang tanpa salah satu orang membuka percakapan. Mereka semua masih mencoba untuk menenangkan diri mereka dari kejadian sebelumnya.

"Baiklah, karena besok kita akan melawan boss lantai 75, dan jika hipotesaku benar, maka besok adalah hari terakhir kita berada didunia ini." Kata Zen dan ketiga wanita itu masih terdiam.

"Lebih baik, kita mulai beristirahat untuk hari besar yang akan datang" kata Zen dan ketiga wanita itu menyetujuinya.

Keesokan harinya, Zen, Asuna, dan Sillica sudah menggunakan perlengkapan tempurnya dan bersiap untuk melawan boss lantai 75.

"Dengarkan aku, sebelum aku menguji hipotesaku pastikan kalian tetap menjaga diri kalian sendiri untuk melawan boss lantai 75 dulu. Kuingatkan setiap boss lantai sangat amat berbahaya, jadi pastikan untuk menjaga diri kalian sendiri" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Asuna dan Sillica.

"Dan untukmu Lisbeth, sampai bertemu didunia luar" kata Zen kepada Lisbeth yang tidak mengikuti pertarungan ini, karena tugasnya dikelompok Zen hanya membuat dan memperbaiki senjata mereka.

Melihat ini Lisbeth mulai berlari dan memeluk Zen lalu dia ke Asuna dan Silica untuk memeluk mereka masing – masing.

"Tolong berhati – hati teman - teman" kata Lisbeth melepaskan kepergian teman kelompoknya.

Akhirnya Zen, Asuna dan Sillica mulai beranjak dari tempat itu dan mulai menuju lokasi pertemuan untuk melawan boss lantai tersebut.

Akhirnya mereka bertiga sudah sampai di portal sebuah tempat di lantai 75. Kehadiran mereka masih menjadi perhatian para player disekitar tempat berkumpulnya mereka.

Saat ini kelompok Zen mulai menyapa beberapa player yang dikenalnya satu persatu sampai sebuah siluet muncul di portal ditempat itu. Siluet itu memunculkan 2 orang yaitu Kirito dan Sachi yang saling bergandengan tangan.

Para player mulai menatap mereka karena kedua player ini sekarang menjadi topik hangat belakangan ini karena berbagai pemberitaan.

Setelah menyapa teman mereka seperti Klein dan Agil, Kirito dan Sachi akhirnya menuju tempat beeradanya kelompok Zen.

"Yo Kirito, kudengar kau sudah menikah?" Goda Zen yang melihat kedua player itu mendekatinya.

"Begitulah Zen" jawab Kirito. Namun Sachi disebelahnya mulai memerah karena perkataan Zen ini.

Akhirnya mereka mulai saling mengobrol ringan sampai akhirnya ketua guild Knight of Blood bersama beberapa anggotanya sudah tiba ditempat ini.

Tanpa pikir panjang, Heathcliff mulai mengelurkan sebuah kristal untuk membuka portal menuju lokasi boss lantai 75 berada.

"Coridor Open"

Siguiente capítulo