"NYONYA!" pekik Olin.
Olin dan Delice berlari dari arah dan ruangan yang berbeda, setelah mendengar jeritan yang samar dari kamar utama. Delice berlari jauh lebih cepat di bandingkan dengan Olin.
BRAAAKKKKKKKKKKK...
Pintu terbuka dengan kasar, karena Delice yang terlalu khawatir dengan Naura. Delice menemukan Naura yang sudah duduk di atas lantai, dengan tangan yang berpegangan kuat pada seprai, untuk membantu menompang tubuhnya supaya tidak tergeletak.
"Naura!" Delice langsung menggendong Naura dan kembali menidurkannya ke atas ranjang.
Naura memegangi Delice sembari menggeleng-gelengkan kepalanya supaya Delice tidak menurunkannya. Delice merasakan tubuh Naura mulai mengeluarkan keringat dingin. Naura juga gemetaran seperti rasa takut, telah menghantuinya.
"Naura, ada apa?" tanya Delice.
Naura tidak menjawab. Naura hanya meremas-remas kemeja yang Delice pakai, sembari menangis. Delice mengurungkan niatnya untuk merebahkan tubuh Naura kembali seperti semula. Delice menggendong Naura, sembari memeluk dan memberikan rasa nyaman untuknya.
"Mengerikan, orang itu sangat mengerikan. Aku... Aku takut," gumam Naura di sela-sela tangisnya yang sudah mulai reda.
"Orang itu? Siapa?" tanya Delice.
"Aku... Aku tidak tahu!"
"Tuan! Bagaimana Nyonya?" tanya Olin yang baru saja tiba.
"Olin, panggil pihak keamanan mansion untuk menghadapku di ruang pertemuan!"
"Baik, Tuan!"
Delice mencabut cairan infus yang tergantung dan membawanya bersamaan dengan Naura yang berada dalam pelukannya.
"Jangan takut! Aku tidak akan meninggalkanmu sedetikpun," ujar Delice.
"Kenapa saat ini kau seperti malaikat? Bisakah kau bersikap seperti ini sepanjang waktu? Harusnya aku lebih takut padamu, dari pada dengan pria misterius yang hanya membelah apel seperti bayangan mencabik-cabik jantung manusia, tapi kenapa aku malah merasa aman denganmu?" batin Naura.
"Aku tidak akan membiarkanmu terluka!" batin Delice.
Delice sudah duduk sembari memangku Naura. Tubuhnya yang besar dan gagah, tidak merasakan beban berat dan hanya menganggap Naura seberat kapas.
"MENGHADAP, TUAN!" jumlah ada 45 orang bagian keamanan sudah menghadap Delice sesuai perintahnya.
"Siapa yang saat ini bertugas menjaga di bagian ruang utama?" tanya Delice.
"Tenang, aku tidak boleh terpancing emosi. Wanita tidak menyukai pria kasar," batin Delice dengan terus memfokuskan diri untuk tidak memperdulikan emosinya.
Lima orang maju dengan rasa tanggungjawab yang di pikulnya. Meskipun mereka takut dengan rumor tentang Delice sang psychopath yang sudah tersebar, tapi karena Delice menggaji pekerjanya 2x lipat di bandingkan di tempat lain, sehingga mereka memilih untuk mempertaruhkan antara hidup dan mati mereka.
"Kamu periksa CCTV sekitar kamar utama. Adakah sesuatu mencurigakan?"
"Menjawab Tuan! CCTV sudah kami periksa. Tidak ada orang asing ataupun mencurigakan yang masuk ke dalam rekaman CCTV. Tapi, ada sesuatu yang janggal," Moren menunjukan sebuah rekaman pada Delice.
"Hanya bayangan hitam?" tanya Delice dengan mengernyitkan alisnya yang tebal.
"Benar, Tuan!"
"Moren, kau yang paling aku percayai. Kau sudah ikut denganku 11 tahun lamanya. Jangan megecewakanku, oke! Ruang utama, harus di perketat penjagaannya. Aku tidak ingin kalian lalai. Kali ini aku akan melepaskan kalian dari hukuman, tapi tidak untuk lain kali," jelas Delice.
"Tuan, saya menemukan ini di pinggir jendela kamar utama!" bisik Moren.
"Kalian semua boleh keluar dan kembali dengan tugas masing-masing," perintah Delice.
***
Delice memasukkan sebuah kode pada dinding, yang jika di lihat dengan mata yang tidak jeli, tidak akan terlihat di mana letak tombolnya.
"Sebenarnya, ruangan ini aku siapkan khusus untuk kita malam pertama setelah menikah. Ini adalah kamar yang sudah aku siapkan dari jauh-jauh hari. Kau sedang membutuhkan sebuah ketenangan, jadi tempat ini begitu cocok untukmu," ucap Delice pada Naura yang sudah tertidur di dalam pelukannya.
Delice menggantungkan cairan infus di bagian atas pear rotan yang ada di dalam ruangan yang bernuansa putih berpadu dengan cream. Delice duduk di pear rotan sembari memeluk Naura.
Pear rotan itu, langsung menghadap ke arah taman belakang mansion. Saat ini sedang musim semi, sehingga taman terlihat sangat indah. Bunga-bunga bermekaran, kupu-kupu juga berterbangan, bebas mengepakkan sayapnya ke udara.
Delice merasakan sebuah kedamaian hati, lalu tertidur dengan tangan yang tidak melepaskan tubuh Naura dari pelukannya.
***
"Kau tidak akan menduga, siapa orang terdekat yang mengkhianatimu! Lambat laun, aku akan bisa membalaskan dendamku karena kau sudah membunuh calon Istriku! Delice Kaleid, aku sudah begitu muak untuk terus berakting mendukung dan menuruti perintahmu!" ucapnya dengan geram.
Pria mysterius itu terus menghujani foto Delice dengan anak panah untuk meredakan amarahnya. Pria yang sudah setia kepada Delice selama 5 tahun lamanya, hanya untuk mencari kelemahan Delice dan membalaskan dendam yang selama ini terpendam.
Perlahan-lahan, pria misterius itu mulai menunjukan diri dan dendamnya pada Delice. Dia mulai meneror Naura, yang saat ini jiwanya tengah tergoncang.
"Kau harus kehilangannya, sama seperti aku yang kehilangan Laila!"
***
"Emmmmmmm..." Naura terbangun setelah 3 jam tertidur.
Naura menyadari bahwa tidur panjangnya, di akibatkan oleh pelukan Delice yang memberikannya rasa aman.
Biibir Delice yang sexy, hidung yang mancung melebihi hidung Naura, bulu mata yang panjang, dan lentik, juga wajahnya yang sangat tampan. Naura melihat Delice yang tertidur, seperti memiliki nilai tambahan, melebihi julukan sang malaikat.
"Kau seperti orang lain jika seperti ini," gumam Naura.
"Jangan menyentuhku sembarang!" Delice menahan tangan Naura yang hendak menyentuh wajahnya. "Aku takut tidak bisa menahan diri untuk menggerayangimu," pungkasnya dengan jujur.
Naura menarik tangannya. Karena genggaman tangan Delice, jarum infus yang terpasang terasa sedikit ngilu.
"Uhhhhhhh..." rintih Naura.
"Kenapa? Mana yang sakit?" Delice yang masih memejamkan matanya, langsung panik dan kalang kabut seketika, setelah mendengar Naura merintih.
"Aku lapar!" ucap Naura untuk mengalihkan perhatian Delice.
"Aku akan mengambilkanmu makanan untukmu," Delice membaringkan tubuh Naura di pear rotan yang menghadap ke arah taman. "Janga takut! Di sini aman. Aku akan segera kembali!" ucap Delice.
"Wahhhhhhhh indahnya! Ternyata sudah musim semi. udah berapa lama aku di sini ya?" gumam Naura dengan kesedihan hati.
***
"Olin, kau buatkan makanan untuk Nyonya!" pinta Delice. "Maria, kemarilah!" imbuhnya.
Maria mendekat ke arah Delice, dengan perasaan senang dan berbunga-bunga.
"Tuan pasti sangat merindukanku, sampai-sampai dia memanggilku dengan tersenyum begitu. Tapi tumben tidak memintaku untuk mandi dulu?" batin Maria.
"Maria, apa kau sudah menikmati hari-harimu?" tanya Delice.
"Benar, Tuan!" jawab Maria dengan senyum menggoda yang selalu di andalkannya.
PLAKKKKKKKK
Tubuh Maria terpental hingg 3 meter, setelah Delice melayangkan sebuah tamparan menggunakan tenaga yang paling kuat.
"Uhhhh... Uhuk... Uhuk... Tuan!" rintih Maria.
BUKKKKKKK... BUKKKKK... BUKKKKK
Delice menendang Maria bertubi-tubi. Delice menarik rambut Maria tanpa belas kasih. Diam-diam, Delice melihat gerak-gerik semua orang yang ada di sekitarnya.
"Kalau kau masih mau bekerja padaku, Kalau kau masih ingin hidup, SEKARANG KATAKAN SIAPA ORANG DI BALIK SEMUA INI!" bentak Delice