webnovel

Pelarian Bersama Kapten Ardi

Tentang Munich, Fira sebenarnya tidak ingin pergi. Dia berlama-lama dalam mengemas pakaiannya.

Di ruang konferensi Garuda Airlines di bandara Juanda, Ardi yang sudah lulus tes kini kembali memakai seragam kapten. Dibandingkan dengan biasanya, dia tampak lebih gagah.

Bagas memberikan salinan data peta awan dan cuaca kepadanya dan kepada Kapten Anwar. Ardi membalik halaman perlahan-lahan dengan jari-jarinya yang ramping.

Pramugari Amanda sedang melakukan penilaian terhadap beberapa pramugari, dan Putri melirik pria yang duduk di seberangnya itu dari waktu ke waktu.

Ponsel Ardi bergetar, dan dia berkata pelan, "Aku harus menelepon seseorang."

Kapten Anwar berkata sopan "Hei, kita sudah hampir selesai di sini."

Ardi membawa ponselnya dan melangkah ke jendela besar yang membentang dari lantai ke langit-langit, lalu dia memutar nomor ...

Fira sedang berbaring di kursi malas di halaman rumah sambil menikmati semangka. Dia sedang berpikir apakah dia sebaiknya memulai jalannya untuk menjadi seorang master di bidang musik. Kalau itu terwujud, masalahnya saat ini takkan ada artinya.

Ponselnya tiba-tiba bergetar, dan setelah melihat nama penelepon di layar, Fira segera duduk, "Hei ..."

"Apa kamu sudah mengemasi barang bawaanmu?"

Fira memandang semangka di tangannya "Sudah kukemas...."

"Mobil yang menjemputmu sudah berhenti di depan gang rumahmu. Kalau kamu sudah berkemas, keluarlah kesana."

Fira berlari ke pintu dan keluar untuk mengintip. Seperti yang dikatakan oleh pria itu, ada sebuah mobil mewah berkilap yang berhendi di depan gang.

Apa Ardi sudah bisa menebak kalau dia akan mencoba mencari alasan untuk tidak pergi?

Banyak orang ikut melihat mobil itu dan dia benar-benar tidak bisa melarikan diri sekarang. Dia hanya bisa berkata "Oke ... aku akan segera keluar."

Lupakan saja, anggap saja dia adalah pengawal pribadi selama perjalanan ini.

Fira buru-buru memasukkan beberapa pakaian dari lemari ke dalam koper. Sambil berlari keluar, dia menghubungi Ratih, "Ardi dan aku akan pergi ke Jerman. Aku akan memberitahu ibuku bahwa aku pergi berkemah bersamamu. Jangan komentar,"

Suara Ratih segera terdengar, "Fira, kenapa kamu selalu menggunakan alasan berkemah?"

"Jangan sampai ketahuan. Kalau tidak, ibuku bisa khawatir,"

"Jangan khawatir. Aku sudah ahli berbohong pada ibumu, tapi membohongi Ardi membuatku gemetaran,"

Setelah dia duduk di dalam mobil, udara panas langsung diserap oleh AC. Fira mengulurkan tangannya untuk menyentuh logam yang dingin, dan memandangnya dengan heran karena itu adalah sebuah teropong mahal.

Pria itu meneleponnya lagi.

"Setelah tiba di bandara, kamu bisa pergi ke gerbang 85. Di depan jendela setinggi langit-langit, kamu bisa melihat melalui teropong. Nomer pesawatnya adalah D1005. Aku akan melakukan inspeksi pada pukul empat sore."

Fira menjawab tanpa semangat "... bagus"

"Kedengarannya kau tidak bersemangat. Apa kamu tidak ingin melihat bagaimana aku melakukan pekerjaanku?"

Fira sedikit terkejut. "Eh? Tentu saja aku sangat tertarik pekerjaanmu. Kamu pasti tampak profesional dan tampan. Aku tidak sabar untuk melihatnya."

Ardi menambahkan "Kita akan tiba di Jerman pada pukul 20.00 waktu setempat. Tempat duduk untukmu berada di dekat jendela. Saat kita tiba di Jerman, kamu bisa melihat ke luar jendela. Karena kebiasaan hidup mereka yang berbeda di masa lalu, orang-orang Jerman Timur sudah terbiasa menggunakan lampu kuning sementara orang-orang Jerman Barat terbiasa dengan lampu putih. Kamu akan bisa melihat perbedaan antara Jerman Timur dan Jerman Barat dari warna cahayanya ... "

Ardi memiliki suara yang dalam, dan dia benar-benar ingin menunjukkan pemandangan yang indah di penerbangan nanti.

Fira menyingkirkan pikirannya itu, dan berkata "Oke, aku akan ingat untuk melihatnya sendiri nanti."

"Saat kita tiba disana, akan ada pengumuman yang disiarkan di pesawat."

"Baiklah."

Beberapa pramugari berbisik, "Kapten Ardi berbicara dengan siapa? Suaranya lembut sekali."

"Seharusnya itu pacarnya. Aku melihatnya hari itu dan merasa kapten sangat mencintai gadis itu."

"Aku sangat iri."

Putri meremas buku catatan di tangannya dan melirik sosok pria tinggi di depan jendela Prancis itu. Hatinya serasa diremas-remas.

Apa ingatan Ardi kacau karena kecelakaan mobil? Bagaimana mungkin dia berpacaran dengan gadis seperti itu?

Bab 46 Tidak ada selimut

Ardi menutup telepon dan kembali ke meja konferensi. Kapten Anwar menyatukan kedua tangannya "Rapat sudah selesai. Ayo kita naik ke pesawat dan melakukan pemeriksaan rutin harian."

Semua orang membawa kopernya dengan tertib, berjalan melalui lorong khusus untuk staf, dan kemudian naik ke pesawat.

***

Fira mengikuti prosedur normal untuk check-in di bagasi terdaftar, dan memasuki ruang VIP. Ardi memesankan tiket untuk kelas bisnis.

Si pengawal menemaninya di sepanjang perjalanan, seolah-olah dia takut Fira akan melarikan diri di tengah jalan.

Pada pukul empat sore, Fira berlari menuju jendela besar yang membentang dari lantai ke langit-langit, mengeluarkan teropong, melihat ke luar sana, dan menemukan nomor pesawat Garuda Airlines D1005. Di bawah lensa teropong, dia melihat seorang pria jangkung yang gagah sedang berjalan menyusuri lorong dengan seragam kapten.

Kelihatannya dia melirik ke arahnya, dan Fira melambai padanya.

Tapi dia tahu bahwa pria itu pasti tidak akan bisa melihatnya dari jarak sejauh ini.

Ketika Ardi bekerja, dia tidak bersikap seperti seorang pria kaya. Dia tampak serius dan profesional, dan tidak menyalahgunakan posisinya untuk mendapatkan keuntungan dari pacarnya.

Kalau dia ingin melihatnya, maka dia hanya bisa melihatnya dengan menggunakan teropong pada jarak 400 meter.

Fira merasa bahwa pria kaya yang tak terinfeksi satupun sifat buruknya itu sangatlah berharga.

Dia brilian dan tampak kesepian.

Setelah pemeriksaan silang yang ketat selesai dilakukan, pengumuman yang mengingatkan para penumpang untuk segera naik ke pesawat terdengar di bandara. Si pengawal mengantarnya ke gerbang keberangkatan, mengawasinya naik ke bus antar-jemput, dan kemudian pergi.

Apa Ardi begitu mengkhawatirkannya?

Karena pergi dengan terburu-buru, dia hanya memakai kaos oblong dan rok pendek berlipit, dengan kaki panjang yang tak ditutupi apa-apa, dan setelah memasuki pesawat, AC yang dingin membuatnya menggigil.

Setelah menemukan tempat duduknya, dia memandang sekeliling. Di belakangnya terdapat bilik makan dan tempat pramugari, sementara tak jauh di depan ada kokpit. Ardi sedang duduk di kokpit sambil mengenakan seragam kapten saat ini. Dia pasti sangat tampan.

Fira merinding setelah memikirkannya, dan dengan sopan menghentikan seorang pramugari yang lewat "Maaf, bisakah aku mendapatkan selimut?"

Melihat Fira, jantung Putri berdebar dan tiba-tiba otaknya menjadi kosong.

Ardi baru kembali bekerja sehari sebelumnya, dan dia berada di penerbangan yang sama, jadi apa Ardi yang memintanya datang?

Ekspresi terlatih di wajah Putri langsung runtuh saat itu.

"Maaf, bisakah aku mendapatkan selimut?" Fira bertanya lagi.

Baru kemudian Putri kembali ke tampilan biasa dan menunjukkan senyum standar "Maaf, Nona. Semua selimut sudah dibagikan dan tidak ada lagi stok yang tersisa."

Fira menggosok lengannya karena kedinginan "Ah? Tidak ada?"

"Ya, saya minta maaf."

Fira sedikit terkejut mendengarnya. Apa penumpang kelas satu memang tidak mendapatkan selimut? Tiket pesawat yang mahal itu sama sekali tidak sebanding.

Apakah dia akan mati kedinginan selama sepuluh jam terbang?

Pramugari ini sepertinya pernah mengunjungi bangsal Ardi sebelumnya.

Seharusnya dia tidak, tunggu, apa dia... rival dalam cinta?

Mempersulit segala hal dari saingannya?

Kapten Ardi, kamu memiliki terlalu banyak peminat, dan kamu benar-benar tidak menyadarinya.

Amanda melihat gerakan Fira dan dia mendekatinya untuk mengecek. Dia sedikit terkejut, tapi lalu berkata sambil tersenyum, "Apa ada yang Anda butuhkan, nona?"

"Bisakah aku mendapatkan selimut? AC di pesawat ini terlalu dingin. Aku agak kedinginan, tapi dia bilang tidak ada selimut lagi."

Fira bermaksud mengatakan bahwa dirinya telah dianiaya.

Amanda tersenyum, "Tunggu sebentar, saya akan mengambilkan satu untuk Anda,"

Menarik Putri ke ruang makan di belakang, senyumnya menghilang sesaat "Sudah jelas masih ada selimut, kenapa kamu memberi tahunya kalau sudah tidak ada selimut?"

Mata Putri sedikit memerah "Karena aku tidak menyukainya."

Amanda mengertakkan giginya dengan marah "Pertama-tama, dia adalah penumpang, tamu terhormat dari Garuda Airlines, dan kedua, dia adalah pacar kapten. Sebagai pramugari Garuda Airlines, bagaimana mungkin kamu membohongi penumpang?"

Siguiente capítulo